Chapter 5

7.3K 100 32
                                    

AS HOSTAGES

    “Al,” suara Dou yang rendah dan hampir tidak terdengar menggelitik gnedang telingaku. Aku mendapatinya sedang merapat di tembok luar gedung panti asuhan.
Tobias sedang mengurus segala urusan berkaitan hak asuh Xaxi dan Xayi. Merasa bosan, aku meninggalkan mereka dan keluar untuk mencari pemandangan kering yang dipersembahkan padang Afrika yang saat ini gersang sebelum suara Dou memecahku.

“Hei, Dou ...,” sapaku sekedar untuk basa-basi.

“Boleh aku berbicara padamu?”

“Kau sudah berbicara,” lanjutku yang langsung menyadari Dou terlihat serius bahkan terlalu serius padaku yang pada dasarnya tidak pernah berbincang sebelumnya. Hawa panas yang dirasakan menciptakan kecemasan yang tidak tahu cemas karena apa. Menatapa Dou, lelaki pirang dengan tinggi menjulang, tegap dengan postur wajahnya yang bisa dibilang menawan namun dibalik itu semua, dia pintar menyembunyikan banyak hal. Semua itu tercipta dari bentuk wajahnya, tatapannya yang jarang berkedip untuk ukuran manusia normal.

“Aku harap kau bersikap profesional pada mr. Currey ...”

“Aku bersikap profesional,” kataku merasa sakit hati.

Apa yang dia katakan? Aku profesional! Tobias saja yang keterlaluan. Hatiku juga. Sial!

“Aku tidak bermaksud menyinggung ... hanya saja ...,” Dou memutar matanya seperti mencari tahu bahwa pembicaraan kami tidak ada yang akan mendengarkan. “...Hanya saja aku tidak ingin kau menyesal nantinya,” sambungnya yang membuat perasaanku menjadi tidak karuan.

“Apa maksdumu?” sahutku dingin. Dia yang pendiam mengapa sekarang menjadi bersikap seperti ini? Apa yang sedang dia pikirkan? Apa dia mencoba menjauhkanku dari Tobias? Apa dia akan berniat buruk dan merasa aku menghalanginya?

“Kuharap pikiranmu tidak memikirkan yang buruk tentangku,” jawab Dou masih dengan nada bicara tenang dan emosinya begitu stabil meski aku sedikit terpancing amarah. “Jika aku ingin berlaku pada Mr. Currey, aku bisa melakukannya jauh sebelum kau datang,” katanya. Sial! Dia benar! “Aku hanya tidak ingin kau menyesal, Al,” suaranya meredup dan sorot matanya teduh. Seorang Dou yang jarang bicara mencoba memperingatiku?

Tatapanku melunak. Kuhembuskan napas yang tiba-tiba saja menyesakkan karena peringatan Dou. “Mengapa kau berkata seperti itu?”

Dou terlihat ragu. Kaki kanannya berdetak pelan.

“Aku sudah memperingatkanmu,” katanya. Pandangan Dou beralih melewati bahuku dan terdengar suara langkah kaki mendekat. Tobias, aku tahu itu dari mata refleksi mata Dou dan sigap aku memutar tubuh dan berhadapan dengan Tobias.

“Kita ke bandara sekarang,” ujar Tobias datar – seperti Tobias saat pertama kali aku bertemu dengannya.

Aku mengangguk dan mengekor di belakangnya diikuti Dou yang dengan sigap membukakan pintu Rover yang terparkir di samping halaman panti asuhan bagi Tobias. Aku menunggu sejenak melihat Xaxi dan Xayi yang berpamitan pada Mrs. Cloe dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Beberapa dari mereka ada yang menangis dan Xaxi bahkan cukup lama memeluk seorang gadis kecil yang mungkin baru berusia 2 tahun.

Sesuatu di dalam sana terasa sakit.

Sesuatu di dalam sana yang lama membeku kembali teriris.

Sesuatu di dalam sana juga turut disentuh dan dibelai.

Sesuatu di dalam sana ....

Aku memejamkan mataku saat Xaxi melepaskan pelukan gadis kecil itu dan bersama dengan Xayi, Xaxi menggandeng tangan adiknya begitu erat. Mereka berjalan beriringan dengan rasa bahagia yang ditunjukkan dari senyum yang melambaiku, melambai sesuatu di dalam sana.

Double Me AgentWhere stories live. Discover now