BLACK COUNTRY
Mulutku seakan terkunci. Aku menatap Tobias yang sedang tersenyum tenang.
Tidak ada tanda-tanda kelucuan terukir di mata Tobias.
"Kau sudah memiliki anak?" Tanyaku kelu.
Dia menatapku seolah-olah aku mencoba menyangkal pernyataannya yang dia ucapkan.
"Ya, Al. Mereka anak-anakku." Tegasnya. Foto-foto yang terhampar telah diambil Tobias dan dengan hati-hati dia melangkah pergi meninggalkanku.
"Tunggu!" Panggilku. Cukup 2 hari sudah membuatku bersikap kurang ajar pada bosku tapi inilah tabiatku.
Tobias menghentikan langkahnya dan menoleh kepadaku.
"Tidak mungkin mereka anakmu." Sanggahku setengah berlari.
"Apa itu masalah untukmu?" Ucapnya datar. Rasa kelu yang aku rasakan sama sekali tidak berkurang.
"Tidak mungkin kau memiliki anak negro. Meski kau menikah dengan seorang negro sekalipun, itu tidak akan mungkin menghasilkan¬___ "
"Anak negro, maksudmu?" Selanya dengan dahi berkerut dan aku mengangguk.
Apa aku sedang berharap bahwa Tobias sedang mempermainkanku? Atau malah aku sedang membuktikan pada diriku bahwa aku tidak ingin dia mempunyai anak?
"Secara hukum, mereka adalah anak-anakku." Jawabnya singkat dan meneruskan langkahnya. "Oh ya, bersiaplah. Kita akan pergi ke suatu tempat." Sebuah senyuman misterius terbentuk di bibirnya yang berhasil membuat hati serta jantungku melompat terkejut dan kegirangan.
"Kita akan kemana?" Tanyaku bingung.
Tobias berhenti di depan pintu ruang kerjanya. Matanya berputar sembari mengerutkan hidung seksinya dan kembali menatapku.
"Kau akan mengetahuinya nanti." Jawabnya dan raganya sudah tertelan pintu yang menutup.
"Selalu dengan kejutan!" Ucapku gemas.
000ooo000
Mobil BMW individual seri 7 berwarna hitam metalik membawa kami menuju bandara London Heathrow. Doug menemani kami sebagai pengemudi sedangkan aku dengan sedikit paksaan dari Tobias, duduk dengan manis di samping Tobias di kursi penumpang.
Aku tidak tahu apa direncanakan oleh Tobias. Dia tidak menyuruhku untuk mengepak beberapa baju.
"Aku tidak___"
"Tidak masalah. Kita bisa membelinya nanti." Penggal Tobias yang mengerti aku kebingungan karena ajakannya yang tidak dapat diprediksi.
30 menit kemudian kami tiba di bandara internasional Heathrow. Situasinya begitu ramai meski ini adalah hari Rabu. 2 hari pasca aku bekerja pada Tobias dan 2 hari aku merasa tidak melakukan apapun yang berguna. Aku merindukan sesi latihanku bersama K. Aku merindukan barretaku meski saat inipun aku membawanya. Aku merindukan rekan kerjaku dan bahkan aku merindukan kantor sempitku di MI5.
Apa yang aku lakukan di sini? Aku tidak lebih seperti penjaga bayi bukan bodyguard!
Benar! Tapi bayi yang kau jaga saat ini telah menjadi manekin ... Oh, Tidak! Obyek erotismu. Imajinasi paling tak tersentuh dari semua hal yang terjadi dalam hidupmu!
Benar saja! Suara sumbang paling memuakkan itu telah mengalahkanku telak dengan skor tak berhingga dan nol!
Sejak kapan aku memiliki pikiran picik dan kotor tentang seks? Hanya saat mataku bertemu matanya - saat itu!
YOU ARE READING
Double Me Agent
RomanceKetika hasrat yang membara bertekuk lutut pada cinta menjadi alasan sebuah pembalasan dendam. Manakah yang akan menjadi pemenang?