Jika ditanya apa yang Senja Maharani paling kagumi di dunia ini, pasti gadis berambut pendek itu akan menjawab bahwa ia mengitu mengagumi ciptaan tuhan bernama 'Senja'. Bukan, Ia tidak sedang mengagumi diri sendiri, yang ia maksud adalah waktu-waktu saat matahari terbenam. Hatinya begitu tenang melihat kilauan jingga itu bersinar, bagai tenggelam di lautan Sulawesi.Sore ini, gadis itu menyaksikan matahari yang berpulang dengan beberapa orang turis yang sepertinya juga sedang menunggu pertunjukan alam tersebut. Pantai yang sangat menakjubkan, begitu damai hingga rasanya sekarang deburan ombak seolah sedang mendongeng padanya.
Dalam hati ia bersorak bahwa tidak sia-sia perjalan satu setengah jam yang ditempuh dari kosannya demi bisa menyaksikan pemandangan indah di depan mata sekarang, bahkan mungkin dia akan sekali lagi mengunjungi tempat ini.
Dengan kamera yang selalu ia bawa, si cantik berkali-kali memotret mahakarya tuhan tersebut, serta tidak henti-hentinya melayangkan pujian terhadap objek di depannya.
Cekrekk!
Cekrekk!
Cekrekk!!
Bunyi kamera yang selalu di tekan terus memenuhi pantai yang damai itu, seolah sang pemilik kamera ingin memotretnya sepanjang hidup. Baru berhenti ketika hari benar-benar gelap, warna senja yang indah perlahan memudar berganti dengan malam.
"Kamu suka memotret?"
Senja sontak menoleh ke arah samping, sejak tadi memang bukan hanya dia yang menikmati pertunjukan alam dengan kamera. Ada juga Laki-laki berperawakan tinggi, dengan kamera klasik di tangannya.
"Seperti kamu, benar 'kan?"
Laki-laki itu tersenyum lalu mengulurkan tangan, "Saya Akasa, sudah jatuh cinta dengan senja sedari saya masih kecil."
Senja tentu menerima uluran tangan itu tanpa ragu. "Saya Senja, Mama saya sangat suka dengan senja hingga nama saya begini."
"Woaah, lucky you karna memiliki nama seindah itu."
"Biasa saja Akasa, namamu juga indah. Dalam bahasa Sansekerta, artinya langit. Kamu tinggi, seperti langit," kata Senja sembari menatap langit.
Akasa ikut menoleh, namun kemudian menunjuk ke arah tempat matahari terbenam tadi. "Langit indah ketika bersama senja, bagai pertunjukan Tuhan yang ingin menyampaikan pada umatnya bahwa ada hal baik di penghujung hari ini."
"Kau benar, Tuhan sengaja menciptakan hal seindah ini, juga sebagai pengingat agar kita tahu bahwa yang indah sifatnya sangat sementara," kata Senja menambahkan ucapan dari Akasa.
Akasa kemudian mengajak Senja ke warung makan yang ada di dekat bibir pantai, warung makan bertema sederhana yang benar-benar nyaman.
"Kamu sudah lama suka memotret?" tanya Akasa kepada Senja.
Gadis itu menelan sepotong roti isi sayuran yang ada di dalam mulutnya dahulu, lalu kemudian menjawab pertanyaan Akasa. "Sudah sejak SMA, kamu sendiri bagaimana?"
"Saya sejak kecil, Aya saya seorang yang juga sangat menyukai dunia fotografi. Dia suka mengabadikan banyak hal, termasuk hal seindah matahari terbit ataupun terbenam."
Senja mengangguk memahami, "Berarti kamera ini turun temurun?"
"Benar, kamera ketika ayahku masih muda."
Akasa memberikan benda penangkap kenangan tersebut pada Senja, membiarkan gadis itu melihat detail lebih jelas.
"Woahh, Ricoh F-3 sudah sangat langkah, dan kamu memilikinya." Berkali-kali Senja terkagum pada kamera milik Akasa, salah satu kamera impiannya.
"Kamu ingin mencobanya? Coba potret saya," pinta Akasa.
Senja mengangguk dengan semangat, lalu mulai mencoba memotret Akasa dengan telaten. Lalu setelah melihat hasilnya, Senja terkagum lagi.
"Saya sudah lama ingin mencobanya, dan kemudian saya bertemu kamu. Hari ini sangat beruntung," kata Senja sembari memperlihatkan hasil jempretannya pada Akasa.
Akasa tersenyum puas, laki-laki itu juga memuji keterampilan Senja dalam membidik agar terlihat sempurna.
Keduanya kembali mengobrol sangat seru, bagai teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Senja begitu nyaman berbicara dengan Akasa, pun demikian juga Akasa yang banyak kagum dengan skil pengetahuan Senja tentang kamera.
"Senang berkenalan denganmu Akasa, semoga bisa bertemu di lain waktu."
"Kita akan bertemu lagi, pasti."
Hari itu tertutup dengan Senja yang berpamitan untuk jalan ke arah utara, dan laki-laki yang baru dia kenal bernama Akasa berjalan ke arah selatan. Senja dengan sedikit rasa panik mulai mengendarai motor beatnya menyusuri jalan yang lumayan jauh, hari sudah semakin gelap dan Senja adalah orang yang penakut.
Meet the cast :
Tidak punya paham apa-apa tentang dunia fotografi, tapi nekat menulis cerita yang ada bau-bau fotografinya😭
Doain lancar guyssssss!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dan Langit [✓]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Terbit di Ralafa Publisher. Senja adalah bagian dari langit, dan langit adalah bagian dari Senja. Mereka tidak akan pernah berpisah karna keduanya adalah satu kesatuan. Senja Maharani juga berharap kisahnya dengan Akasa Chandrakala ju...