Senja, kau tidak mau kembali?

148 9 1
                                    

"Iya, ini gue.. gue yang kangen sama lo."

Senja menutup mulutnya tidak percaya, rasa syok menjalar hingga ke seluruh badannya. Kedatangan Akasa sama sekali tidak terprediksi dan tidak pernah Senja bayangkan sebelumnya..

"Pergi dari sini secepatnya!" kata Anak buah Papanya dengan tegas.

Akasa menatap nyalang pria setengah baya di depannya, ia tidak akan pergi sebelum membawa kembali Senja.

Senja mengisyaratkan anak buah Papanya untuk santai dan tidak terlalu keras pada Akasa.

"Gue nggak perduli lo nyuruh gue nunggu elo datang lagi dan elo yang bakal datang ke gue, gue nggak perduli. Gue kangen sama lo, sekangen itu sampe rasanya gue pengen mati."

Akasa berjalan menghampiri Senja, gadis itu sama rindunya, hanya saja ia tidak harus membiarkan Akasa berlama-lama disini.

"Sa, nggak seharusnya el--"

Perkataan Senja terhenti, Akasa memeluknya dengan sangat erat. Pelukan yang mengisyaratkan kerinduan, bahkan tanpa sadar dengan tangisan.

Akasa menangis, tapi tidak sampai terisak. Senja sama sekali tidak ada pergerakan membalas pelukannya, tapi apapun itu ia tidak perduli.

"Ayo pulang, kita harus sama-sama lagi kayak beberapa bulan lalu. Lo nggak kangen sama matahari terbenam di pantai sebelah utara? Lo nggak kangen sama gue?" Akasa melepas pelukan mereka, menggenggam tangan Senja dengan erat.

Senja menggeleng. "Enggak, maaf. Maaf gue udah nggak bisa nemenin elo liat matahari terbit.. dan gye kangen sama lo tapi nggak bisa nemuin elo sekarang. Pulang ya, Sa. Jangan disini, elo nggak bisa lama-lama disini."

Akasa menatap Senja dengan tatapan jengkel, ia agak kesal dengan penolakan Senja setelah jauh-jauh datang kesini.

"Nggak bisa elo ikut gue pulang ke kota?" tanya Akasa sekali lagi.

Senja tetap menggeleng dengan berat. "Maaf, tapi bener-bener nggak bisa, Sa. Ada yang harus gue selesaikan disini."

"Yaudah, gue tungguin sampe elo selesai sama semua urusan lo."

Helaan napas berat kembali terdengar dari Senja, anak buah papanya juga sudah mulai geram dengan keberadaan Akasa.

"Segera kembali ke kota jika tidak ingin kenapa-napa, Akasa nasibmu hari ini masih beruntung karna hanya aku yang kau dapati, lebih baik kembali dari pada harus pulang dengan tragis," kata anak buah Papa Senja dengan penuh penekanan.

Akasa tetap teguh pendirian, ia tidak akan kembali ke kota sebelum Senja kembali padanya. Bahkan jika perlu, ia bersedia tinggal disini sampai Senja mau ikut dengannya lagi.

Akasa menatap Senja, manik hazel yang begitu ia rindukan, senyum mata yang begitu ia senangi. "Gue.. nggak bakal pulang sebelum elo ikut gue pulang."

"Kau ini sangat tidak bisa di beri tahu yaa, kau mau mati?!" seru anak buah Papa Senja agak tertahan.

Tetap dengan keras kepalanya, Akasa menggeleng. "Bahkan kalau mati karna Senja, saya siap."

Benar, alasan Akasa masih tetap bertahan adalah karna Senja bilang ia akan kembali. Walau sebelum Senja kembali sendiri, Akasa sudah lebih dulu menemuinya, tapi tetap saja karna sudah bertemu dengan Senja, Akasa ingin Senja segera kembali. Dulu saat Senja belum datang ke kehidupannya, ia hidup tanpa semangat sama sekali, lalu ketika Senja pergi malah rasanya ingin mati.

"Sa.. gue mohon, tolong tinggalin gue dulu buat sekarang," kata Senja sembari menggengam tangan Akasa.

Akasa menatap mata Senja, dari matanya ia benar-benar memohon pada Akasa. "Kenapa? Kenapa lo minta gue tinggalin elo padahal elo tau kalau gue kangen sama lo?"

"Kenapa? Jawab Ja, gue perlu jawaban yang bisa bikin gue yakin kalau elo memang pengen gue pergi. Ja, mata lo nggak bisa bohong, walaupun elo nyuruh gue pergi tapi rasa rindu itu tetap kentara di menik ini." Akasa mengelus pipi Senja dengan pelan, hatinya terus meronta untuk tetap tinggal di sisi Senja.

Senja menghela napas untuk yang kesekian kali. "Ada hal yang nggak bisa gue kasih tau lo, kenyataan yang sulit di terima kalo misalnya elo denger ini."

"Ya apa?! Apa alasan gue harus pergi Senja!"

Akasa semakin tidak mengerti dengan maksud gadis di depannya yang terus menyuruh ia pergi, padahal ia sudah senang setengah mati ketika mereka bertemu.

"Gue, gue bukan Senja yang elo kenal. Gue beda dari Senja yang ada di pikiran lo, dan gue nggak bisa lagi jadi Senja bakal selalu ada sama lo!"

"Maksud lo ap---"

Tak!

Brughh!

"Om!!"

Akasa pingsan dalam pelukan Senja, gadis itu menatap nyalang anak buah papanya yang baru saja memukul tengkuk Akasa hingga laki-laki itu ambruk.

"Maaf neng, dia nggak bisa dibiarin lama-lama di sini lagi."

Senja Dan Langit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang