Pilih Mana?

138 11 1
                                    


Bugh!

Brakk!!

"Sa.. AKASAAA!!!"

Senja yang saat itu baru saja terbangun dari pingsannya, mendengar suara gedebug, setelah membuka mata, Senja melihat Akasa sudah di gebuki di hadapannya.

Tunggu, dimana mereka?

Bukannya sebelumnya mereka berada di pinggir pantai sedang beristirahat? Lalu mengapa mereka tiba-tiba berada di tempat usang ini, juga dengan beberapa orang yang terlihat menyeramkan.

"Kalian siapa?! Kenapa pukul Akasa?!" jerit Senja histeris. Akasa sudah babak belur di hadapannya, baru saja akan berlari menghampiri, ia malah dengan segera di tahan oleh seorang lelaki berperawakan kekar.

Senja meronta-ronta, memanggil nama Akasa dan menyuruh orang-orang itu berhenti memukuli cintanya. Air mata terus mengalir deras, diiringi dengan erangan sakit yang Akasa rasakan.

Akasa terjatuh, lalu bangun lagi. Babak belur karna yang memukulnya bertubuh sangat tinggi, besar dan tegap. Akasa oleng, sudah diambang batas kesadaran, laki-laki itu akan segera pingsan.

"Kalian siapaaaa? Jawab saya, bangsat!!!"

"Diam, nona. Kau hanya perlu diam!" sentak laki-laki yang menahannya.

Senja yang kesal, langsung menyikut orang yang menahan dia, Senja bahkan langsung melayangkan tinjunya dengan cepat tepat di wajah laki-laki itu.

Setelah sang lawan tumbang, Senja berlari ke arah tiga orang yang memukul Akasa. Gadis itu meloncat ke salah satu punggung dari mereka, Senja kembali menggunakan tinjunya, meninju punggung dan kepala orang itu hingga tumbang.

Dua rekannya menyadari, lalu berusaha menjauh dan tidak berani berkelahi dengan Senja. Mereka bahkan langsung pergi dari gudang kumuh itu. Senja tentu merasa kebingungan, gelagat mereka sangat aneh.

Tapi tanpa memperdulikan keadaan sekarang, Senja lebih terfokus pada Akasa yang sudah terbaring lemas. Matanya memanas melihat Akasa dipenuhi luka memar, lalu beberapa bercak darah.

"Sa.. hei, masih bisa denger aku?" tanya Senja dengan lembut, tangannya bergetar menyentuh wajah Akasa.

Akasa membuka mata pelan, melihat Senja tepat di depan matanya. Laki-laki itu tersenyum sebentar, lalu mengerang kesakitan.

"Kita harus pergi dari sini, aku harus bawa kamu berobat. Sa, kamu harus tetep kuat. Demi aku, Akasa harus bertahan!" jerit Senja yang melihat semakin lama Akasa semakin melemah.

Gadis itu berusaha membuat Akasa berdiri, badan Akasa lebih besar darinya tapi ia tidak ingin menyerah. Dengan sekuat tenaga, Senja membopong Akasa hingga mereka berdua berjalan beberapa langkah.

Namun sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu, langkah mereka kembali di cegat oleh orang-orang tadi. Mereka datang lagi, tapi kali ini jauh lebih ramai.

Senja panik, Akasa yang lemah menoleh ke arahnya. "Mereka mungkin incer Aku, kamu kabur aja, biarin aku disini. Demi keselamatan kamu."

"Apasih ngomongnya? Kalaupun aku keluar dari sini, itu harus bareng sama kamu atau nggak sama sekali!" tegas Senja.

Senja kembali mendudukkan Akasa, bersandar di dinding sampingnya. Kemudian gadis itu menatap orang-orang tadi yang masih setia memperhatikan ia dan Akasa.

"Mau Kalian apa sih?" tanya Senja kesal.

Tidak ada yang menjawab, namun langkah kaki pelan namun tegas terdengar dari belakang kerumunan orang-orang yang berdiri diantara mereka.

Awalnya Senja tidak mengenalnya, namun semakin dekat, Senja semakin merasa tidak asing. Ia memakai topi, jaz, juga memegang tongkat sambil berjalan.

Mata Senja membulat, begitu menyadari siapa dia.

"Senja pilih mana, pergi sama Papa sekarang juga, atau tetap sama laki-laki itu tapi Papa tembak mati dia sekarang?"

Senja Dan Langit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang