"Maaf Pa, Senja pengen berhenti. Senja nggak mau jadi orang lain lagi."
Bukan, kalian tidak sedang melihat Senja berbicara dengan Papanya, Senja hanya sedang bermonolog.
Hari ini, Senja membatalkan semuanya. Semua rencananya yang sudah dia susun mati-matian dari awal, rencana membunuh kepala desa seperti yang papanya minta. Senja ingin berhenti, sebelum ia benar-benar melakukan pekerjaan keji itu.
Semalam ia berpikir, setelah pulang dari bukit dengan Akasa, tentu saat itu adalah masa dimana seluruh nyawanya juga nyawa Akasa akan di pertaruhkan. Anak buah papanya pasti sudah menyampaikan berita itu kepada sang Papa.
Apa papanya akan tetap membiarkan Senja mengambil keputusan ini? Tentu tidak. Senja tahu watak papanya, dan beliau amat sangat tidak suka dengan perbuatan yang melenceng dari perintahnya.
Dari pada malah membuat nyawanya dan nyawa Akasa terancam dengan cepat, lebih baik mereka berdua segera bersembunyi dan menghilang. Meskipun sangat tidak mungkin sang Papa tidak bisa menemukannya, setidaknya Senja masih bisa mengulur waktu dengan bersama Akasa di sisa hidup mereka, kalaupun nanti akhirnya keduanya akan terbunuh di tangan sang Papa.
"Maaf Pa, Senja pengen hidup normal dan bahagia, maafin Senja." Gadis itu terus bergumam sembari membereskan barang-barang yang sekiranya perlu untuk ia bawa.
Tadi, Akasa sudah di beri tahu, laki-laki itu sudah siap duluan dan tinggal menunggu Senja datang menjemputnya. Persetan dengan pekerjaan, hidup bersama Senja lebih penting dari segalanya.
Setelah merasa barang bawaanya yang penting tidak ada lagi yang tertinggal, Senja bergegas keluar dari gubuknya. Gadis itu hanya meninggalkan sepucuk surat yang ia selip di pintu kayu, surat pamit kepada keluarga Pak Sulkan.
Huhh, Senja pasti akan merindukan Sita.
Setelah menatap lama pada gubuk yang sudah ia tinggali hampir satu bulan, Senja segera bergegas mengendarai motornya. Sekarang jam 9 malam, kampung sudah lumayan sepi. Senja meminta Akasa menunggu di dekat gapura selamat datang, agar para warga yang semisalnya melihat Senja tidak menaruh curiga.
"Udah semua? Aku aja yang bawa motor gimana?" tanya Akasa.
Senja mengangguk. "Tapi sebelum itu, tolong hpmu dimatikan dulu, kartunya sekalian cabut soalnya nanti Papa bisa gampang temuin kita kalau hp sama kartumu masih aktif."
Tanpa banyak bicara, Akasa mematuhi perintah Senja. Setelah selesai, barulah ia mengganti posisi Senja di balik kemudi. Keduanya meninggalkan kampung dengan terburu-buru.
Senja tidak yakin ia tidak diikuti, tapi sementara ini ia akan terus berlari menjauh dari daerah kekuasaan Papanya, Sulawesi Tengah.
Keduanya akhirnya memutuskan mengendarai motor malam itu hingga ke provinsi sebelah, di Sulawesi Tenggara. Akasa mengendarai motor seperti orang gila, mengisi bensin di warung pinggir jalan hingga penuh, sampai membawa cadangan kalau-kalau tiba-tiba habis di jalan.
Perjalanan dari provinsi satu ke yang lainnya, apalagi di pulau Sulawesi yang luas, tentu sangat panjang dan penat. Banyak sekali jalanan dengan hutan di sekeliling yang mereka lewati, mereka tidak berhenti kalau tidak ada kepentingan. Sepanjang malam mereka lalui dengan perasaan was-was, namun di satu sisi sama-sama nyaman karna keduanya sudah bersama.
Tidak ada tidur, keduanya tiba di perkampungan dekat perbatasan saat matahari terbit, namun masih terlalu sepi. Akasa mulai memelankan laju motornya, menatap Senja dari kaca spion, gadis itu terlihat sangat menahan kantuk.
"Kamu mau kita istirahat dulu? Aku rasa mereka nggak bisa nemuin kita cepet," kata Akasa.
Senja mengangguk. "Aku capek, tapi kamu pasti lebih capek karna harus bawa motor semalaman."
"Gapapa, karna kamu ada di samping aku, jadi aku ngerasa kuat."
Akasa tersenyum, menepikan motornya di pinggir jalan yang berdekatan dengan bibir pantai. Laki-laki itu membawa Senja ke arah salah satu pondok yang tersedia disana.
"Maaf harus bikin kamu ambil pilihan yang beresiko ini, makasih karna lebih milih aku daripada keselamatan kamu."
Senja menggeleng. "Ini bukan tentang keselamatan aku, Sa. Ini bagian dari kebahagiaan aku, sama kayak kamu, aku juga ngerasa bahagia kalau kita bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dan Langit [✓]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Terbit di Ralafa Publisher. Senja adalah bagian dari langit, dan langit adalah bagian dari Senja. Mereka tidak akan pernah berpisah karna keduanya adalah satu kesatuan. Senja Maharani juga berharap kisahnya dengan Akasa Chandrakala ju...