Another Identity

2.4K 271 59
                                    

Singto rasanya frustasi sendiri gara-gara sikap Krist yang saat ini mengerjai dirinya. Singto beringsut ke samping Krist dan memeluknya dari belakang. "Babe selesaikan apa yang kamu mulai," bisik Singto tepat disamping telinga Krist.

Krist membalikkan badannya dan melihat Singto yang saat ini sedang memandangnya cemberut akibat ulah Krist yang mengerjai Singto, "Kalau aku nggak mau gimana?" bukanya melakukan apa yang Singto inginkan, Krist justru menantang Singto dengan senyuman miringnya.

"Babe, jangan gini ah. Kasian lion nih udah mulai bangun gara-gara kaki kamu," gerutu Singto.

"Salah sendiri, kamu cepet banget sih terangsang padahal cuma gitu doang," jawab Krist dengan tawanya pelan karena melihat Singto yang menggerutu itu menggemaskan baginya.

"Oh my goodness, sayang please bantu Phi." Singto mendekat ke Krist dan menggesekkan hidungnya ke leher Krist dengan harapan Krist mau melanjutkan apa yang tadi dimulainya.

"Kalau aku turutin Phi malam ini, berarti sebulan setelahnya aku tidak memberi jatah pada Phi, gimana?" Krist memberikan sebuah penawaran yang sangat sulit dirinya pilih saat ini.

"Sayang ih jahat banget sama suami."

"Haha udah sana selesain sendiri," ucap Krist yang memilih bangkit dari tidurnya dan meninggalkan Singto yang sekarang sedang frustasi akibat harus bermain solo. Untuk kali ini Singto akan mengalah, jangan harap Krist bisa lolos setelah ini.

Krist memilih turun ke bawah menuju dapur untuk membuat susu hangat, karena tiba-tiba dirinya merasa sangat haus. Selesai membuat susu hangat, Krist membawanya ke area kolam renang yang terletak di samping mansion Singto. Melihat air membuat Krist rasanya ingin berenang saat ini, karena sudah lama tidak berenang semenjak sibuk dengan novel-novelnya. Tapi, kalau berenang sekarangpun tidak memungkinkan. Hari sudah larut malam dan bisa dipastikan Krist akan sakit setelahnya jika tetap nekat berenang.

Krist kembali ke kamar untuk menghampiri Singto yang tadi ditinggalkannya. Namun, ketika dirinya sampai kamar ternyata tidak ada Singto disana. Tapi, mendengar suara air dari kamar mandi membuat Krist tahu kalau saat ini sedang menuntaskan hasratnya yang sempat tertunda tadi.

Dia merebahkan badannya di ranjang lalu menuju ke alam mimpinya. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukannya besok, karena itulah tadi Krist menolak ajakan Singto. Kalau dia tetap menuruti keinginan Singto, bisa dipastikan kalau dirinya tidak akan bisa berjalan dengan normal besok.

Singto yang baru selesai menyelesaikan permainan solonya, kini keluar dari kamar mandi hanya menggunakan boxernya saja. Terlihat Krist yang sudah terlelap di ranjangnya, membuat Singto yang melihatnya kesal sendiri. Namun, sekesal apapun Singto pada Krist saat ini. Singto tetaplah Singto yang akan selalu menempel pada Krist, seperti yang Singto lakukan sekarang membawa tubuh Krist kedalam pelukannya.

Pelukan sambil tidur sudah menjadi kebiasaan mereka semenjak menjalin hubungan. Krist yang merasakan dirinya di peluk tanpa sadar juga ikut melingkarkan tangannya dipinggang Singto sekarang.

**

Pagi harinya Krist sudah pulang kembali ke apartementnya setelah tadi Singto berangkat ke kantor. Sedangkan dirinya diantarkan oleh sopir lain untuk pulang ke apartementnya, Singto tadi terlambat karena mereka telat bangun dan akhirnya tidak bisa mengantarkan Krist terlebih dahulu.

Krist menyuruh sopir yang tadi mengantarnya untuk kembali saja ke mansion Singto, karena saat ini dirinya sedang tidak ingin dikawal oleh orang lain. Krist memasuki apartementnya dan menemukan Ohm yang sedang memakan sarapannya sembari menonton televise.

"Kau sudah pulang Phi?" tanya Ohm ketika melihat Krist yang memasuki apartement.

"Nggak, ini arwahku aja yang pulang," celetuk Krist.

Sexy Writer [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang