15.

4.8K 1.1K 280
                                    

Ya ampun, saya takjub bgt sm komen di bab sebelumnya. Makasih byk ya Kak utk supportnya. Maaf blm bisa bales komen satu per satu. But every single of those kind words (atau bahkan komen kebucinan), mean a lot to me.

Yow, mana yg nungguin update yow? Lambaikan tangan sini! Hehehe

* * *

Sekembalinya ke kamar rawat sang ibu, Farah sebenarnya berencana untuk segera istirahat. Tapi meskipun ia telah berusaha memejamkan mata, ia selalu gagal untuk terlelap. Bayang-bayang percakapannya dengan Attar mengganggu pikirannya.

Sikap Attar yang lugas dan tegas sejak awal, membuat Farah dengan mudah merasa yakin bahwa lelaki itu menginginkannya. Di sisi lain, sikapnya yang tidak memaksa, membuat Farah merasa nyaman terhadap lelaki itu. Kalau dipikir-pikir, pendekatan yang dilakukan lelaki itu selalu tegas namun perlahan. Itu mengapa Farah tidak segera menyadari bahwa dia nyaman dengan cara Attar mendekatinya. Saat lelaki itu mundur, barulah Farah menyadari bahwa ia merasa kehilangan.

Percakapannya tadi dengan Attar membuat hati Farah berbunga-bunga, tapi sekaligus penuh antisipasi. Jika Attar serius ingin menikah dengannya, maka banyak hal yang harus dilaluinya. Mendapatkan restu ibunya dan persetujuan Ahsan, salah dua diantaranya. Farah tidak tahu seberapa besar usaha yang harus dilakukannya, tapi setidaknya untuk malam ini ia ingin menikmati perasaan berbunga-bunga di dadanya ini dulu.

Pak Attar: Selamat tidur, Farah

Sebuah pesan masuk ke ponselnya ketika Farah sedang asik berkhayal. Dari Attar. Dan refleks saja, pesan itu membuatnya tersenyum. Padahal itu pesan biasa saja.

Farah baru saja akan membalas pesan itu ketika ponselnya bergetar saat sebuah pesan lain datang.

Om Erlang: Besok Mama keluar RS jam brp?

Saat menerima pesan singkat itu, tiba-tiba Farah tersadar. Betapa beraninya dia memulai dengan Attar, padahal dia masih punya urusan yang belum selesai dengan Erlang. Bagaimanapun, ia masih berhutang pada lelaki itu, untuk memperbaiki hubungan Erlang dengan keluarganya.

* * *

Meski Farah tidak menjawab kapan sang ibu pulang, tapi ternyata pagi itu Erlang sudah tiba di kamar rawat ibunya, tepat ketika mereka bersiap meninggalkan kamar rawat setelah Farah selesai mengurus administrasi perawatan ibunya. Pria itu langsung saja menyambar tas pakaian Fariha, dan wajahnya nampak tidak menerima penolakan. Jadi akhirnya kedua perempuan itu membiarkan Erlang membantu mereka membawa tas pakaian.

"Kami belum langsung pulang," kata Fariha pada Erlang, sebelum ia meninggalkan ruang rawatnya. "Aku mau jenguk Ahsan dulu."

"Ahsan? Muridnya Farah?" tanya Erlang.

"Iya. Dia keserempet motor, dan dirawat disini juga. Jadi sebelum pulang, aku mau jenguk dia dulu."

Wajah Erlang nampak enggan. Tapi dia tidak punya hak untuk berpendapat. Dia bebas saja jika tidak ingin ikut menjenguk. Tapi Erlang sendiri yang akhirnya memutuskan untuk ikut bersama Farah dan Fariha ke kamar Ahsan, karena tidak mau Farah bertemu dengan ayah anak itu diluar pengetahuannya.

Ketika Farah, Fariha dan Erlang tiba di kamar Ahsan, disana sudah ada dua orang lagi selain Ahsan dan ayahnya. Attar memperkenalkan kedua orang itu  sebagai ibunya Ahsan dan teman ibunya Ahsan. Saat Farah, Fariha dan Erlang menjenguk, Attar dan kedua orang lain tersebut melipir ke sofa di pojok kamar tersebut.

Farah, Fariha dan Erlang tidak lama berada di sana. Fariha hanya berbincang sebentar dengan Ahsan, menyemangatinya agar cepat sembuh. Ia juga berbincang sebentar dengan Attar. Setelah itu mereka bertiga pamit.

SEGITIGA BERMUDA (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang