Pagi itu, Farah baru saja pulang dari HW Food, sebuah industri food and beverage. Ia baru saja menandatangani kontrak kerja dan menyelesaikan urusan personalia, sebelum hari Senin nanti ia bisa mulai bekerja di perusahaan tersebut sebagai Purchasing Supervisor. Sebelumnya ia memang bekerja sebagai Manajer di sebuah hotel. Tapi tetap saja ia baru memiliki satu tahun pengalaman. Sehingga saat ia ingin bergabung dengan sebuah perusahaan industri, kemampuannya belum cukup untuk di posisi seorang Manajer. Oleh karena itu, Farah cukup memahami dirinya yang masih perlu banyak belajar, dan cukup puas dengan posisi supervisor.
Waktu di jam tangannya belum terlalu siang saat ia keluar dari kantor barunya itu. Jadi ia memutuskan untuk berkunjung ke rumah Ahsan, untuk menjenguknya.
Farah datang ketika Ahsan sedang memainkan game di tv ruang keluarga. Dari Mbak Wati yang membukakan pintu pagar, Farah tahu bahwa saat ini pergerakan Ahsan masih terbatas di kamarnya dan di ruang keluarga. Tapi kondisi kaki Ahsan sudah jauh lebih baik sehingga kemungkinan hari Senin nanti anak itu sudah bisa masuk sekolah lagi. Dari Mbak Wati juga, Farah tahu bahwa selama Ahsan sakit, ibunya Ahsan bekerja dari rumah agar bisa sambil menemani Ahsan. Itu mengapa saat Farah masuk lebih jauh ke dalam rumah, ia menemukan Sania sedang bekerja dengan laptopnya selagi menemani Ahsan yang sedang main game.
Setelah beramah-tamah singkat dengan Sania, wanita itu pamit untuk bekerja di kamarnya, dan memberi kesempatan kepada Farah untuk ngobrol berdua dengan Ahsan.
"Kalo lagi libur sekolah, berarti libur belajar juga ya San?" goda Farah sambil terkekeh. Ia kemudian duduk di samping Ahsan.
"Kemarin aku udah belajar sama Kak Hanun," jawab Ahsan.
"Jadi kalau nggak belajar sama Kak Hanun, Ahsan nggak belajar?"
"I'm not in the mood of study, Kak!"
Farah terkesiap dengan jawaban Ahsan. Bukan dengan jawaban anak itu, lebih tepatnya, tapi ia kaget dengan cara anak itu mengatakannya. Kenapa terdengar kesal? Apa Ahsan sedang kesal padanya? Tapi kenapa?
"Ahsan..." Farah memanggil, pelan dan hati-hati.
"Apa?"
"What's wrong?" tanya Farah.
Ahsan tidak segera menjawab. Ia tampak fokus menyelesaikan game-nya. Jadi Farah menahan diri. Ia memilih diam, menunggu Ahsan menyelesaikan game-nya.
"Kak Farah mau jadi mama tiriku ya?" tanya Ahsan sekonyong-konyong. Matanya menatap Farah
Farah tidak siap dengan pertanyaan mendadak itu. "Hah? Gimana San?" tanya Farah. Pura-pura tidak mengerti maksud pertanyaan Ahsan.
"Malam itu aku dengar kak Farah bilang gitu."
"Malam kapan? Bilang apa?"
"Pas aku di rumah sakit. Pas bangun, aku dengar Kak Farah bilang suka sama Papa."
Deg!
Ya ampun Far! Pak Attar dan Ahsan langsung menangkap kata-katanya malam itu. Padahal dirinya sendiri malah nggak sadar mengatakan hal seberani itu. Dan sekarang, itu jadi bumerang.
Pantas saja, sikap Ahsan kepadanya saat di RS tidak terlalu hangat. Tadinya, Farah pikir itu karena Ahsan sedang kesal dengan ibunya. Tapi ternyata bukan hanya itu. Ternyata Ahsan juga sedang kesal pada Farah.
"Kak Farah suka sama Papa, itu artinya Kak Farah bakal jadi mama tiriku?" tanya Ahsan, dengan tatap mata menuduh.
Berhati-hati, Farah memilih kalimatnya, agar kali ini tidak menjadi bumerang.
"Ahsan juga pernah bilang i love you ke Kak Farah. Apa itu artinya Ahsan bakal jadi papa tirinya Kak Farah?"
Itu jelas logika yang ngaco. Tapi dalam waktu sesingkat itu Farah tidak mampu menyiapkan jawaban yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA BERMUDA (season 2)
RomanceCAMPUS SERIES #2 --Kisah Cinta Segitiga Bersama Dua Duda-- Setiap orang berhak atas kesempatan kedua. Tapi tidak semua orang beruntung mendapatkan kesempatan kedua. * * * First published on October 2021 Reposted on February 2024