25.

4.8K 1K 156
                                    

Yang terjadi selanjutnya adalah kekacauan. Ahsan menjerit marah-marah kepada Farah, dan sebelum Farah atau Attar sempat menjelaskan, anak itu sudah berlari masuk ke kamarnya. Ahsan menangis di pelukan ibunya sambil berkali-kali mengatakan bahwa dia tidak mau punya papa tiri dan mama tiri. Bahwa papa mamanya harus kembali bersama. Bahwa dia tidak mau bertemu lagi dengan Farah atau Maliki. Setelah itu Ahsan memaksa pulang saat itu juga. Ia tidak mau lagi menghabiskan waktu bersama orang lain selain ayah ibunya. Meskipun ia berangkat bersama ayahnya dan Farah, Ahsan menolak pulang bersama Farah. Jadi demi menghindari kekacauan yang lebih parah, Attar memutuskan untuk mengajak Sania pulang bersamanya, agar Ahsan lebih tenang. Ia kemudian meminta tolong kepada Maliki untuk mengantar Farah pulang ke Jakarta.

Farah berdiri gamang melihat semua kekacauan itu. Ia ingin menjelaskan kepada Ahsan, tapi Attar menahannya. Tidak ada gunanya menjelaskan saat itu, Ahsan tidak akan mau mendengar.

"Saya sudah minta tolong Maliki mengantar Farah pulang," kata Attar sebelum pulang bersama Sania dan Ahsan. "Maaf ya Far. Saya bikin kacau segalanya. Maaf, saya menyesal."

Farah tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya berdiri dalam diam, menyaksikan lelaki itu pergi.

Menyesal? Pak Attar menyesal apa? Menyesal karena mencium gue?

"It will be okay, Farah," kata Maliki, beberapa waktu setelahnya, ketika mereka akhirnya berkendara kembali ke Jakarta. Kali itu Farah hanya berdua di dalam mobil Maliki. "Ahsan masih anak-anak. Wajar responnya begitu. Tapi itu nggak akan lama."

Farah sungguh berharap perkataan Maliki benar. Meski demikian, tetap saja ia merasa bersalah karena sudah membohongi anak itu. Dia bilang tidak akan menjadi ibu tiri Ahsan, tapi ternyata malah mencium ayahnya. Ahsan pasti tidak akan percaya lagi padanya.

"Kata Sania," lanjut Maliki, "Dulu hubungannya dengan Ahsan juga kurang akrab. Karena sejak kecil Ahsan sudah tinggal bersama Bang Attar dan saat itu Sania masih fokus dengan karirnya, jadi kurang mengakrabkan diri sama Ahsan. Tapi satu-dua tahun belakangan ini hubungan mereka makin hangat. Mungkin karena itu Ahsan jadi berharap papa-mamanya kembali bersama. Itu pikiran yang wajar pada anak-anak. Dan memang butuh waktu untuk memberi pengertian. Jadi kamu nggak perlu terlalu khawatir."

Farah hanya bisa mengangguk saat itu.

"Bapak nggak pernah khawatir dengan penerimaan Ahsan?" tanya Farah. "Kalau Ahsan nggak bisa menerima Bapak, Bapak nggak bisa menikah dengan Bu Sania kan?"

"Siapa bilang? Ahsan kan bukan wali nikahnya Sania. Ayahnya Sania sudah setuju sama saya. Dengan atau tanpa penerimaan Ahsan, saya tetap bisa menikahi Sania," jawab Maliki, tampak tenang.

Farah cukup kagum juga dengan ketenangan dan kepercayaan diri Maliki. Benar juga, tanpa penerimaan Ahsanpun, ia dan Attar bisa tetap menikah. Iya kan? Tapi kan...

"Tapi Ahsan adalah orang berharga bagi Sania. Selagi masih memungkinkan, saya ingin orang-orang yang berharga bagi Sania ikut bahagia saat kami menikah," lanjut Maliki. "Tapi kalaupun butuh waktu lama untuk menaklukkan hati Ahsan, toh kami bisa menikah dulu. Saya bukan orang jahat, jadi saya yakin, seiring berjalannya waktu, saya bisa menunjukkan kepada Ahsan, bahwa dia nggak perlu takut pada saya, atau takut saya mengambil ibunya dari dia."

Farah berharap ia memiliki separuh saja kepercayaan diri Maliki dalam menghadapi penolakan Ahsan.

* * *

Farah sudah bersiap memberikan alasan kepada ibunya jika ditanya mengapa ia pulang lebih cepat dari rencana, dam mengapa ia diantar oleh lelaki lain, bukan oleh Attar. Tapi ternyata ia tidak perlu menjelaskan apa-apa ketika bertemu ibunya. Ternyata Attar sudah menelepon ibunya, meminta maaf sekaligus menjelaskan kejadiannya. Jadi ketika Farah tiba di rumah, sang ibu tidak lagi meminta penjelasan.

SEGITIGA BERMUDA (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang