18.

4.6K 1K 201
                                    

Barangkali itu mengapa banyak yang bilang, saat orang jatuh cinta, dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak. Makanya Attar dan Farah sampai tidak sadar saat ibu Farah masuk rumah. Padahal sang ibu bukan masuk dengan mengendap-endap lho.

Meski Attar segera melepaskan genggamannya pada tangan Farah, tapi ibu Farah sudah terlanjur melihatnya. Attar sih tidak terlalu khawatir, karena toh sejak awal ia memang ingin segera mengatakan niatnya kepada ibu Farah. Tapi justru Farah sendiri yang tampak tidak siap. Tapi karena kejadian ini, siap-tidak-siap, mereka harus mengatakannya sekarang.

"Kenapa anak saya, Pak?" tanya Fariha, setelah mendengar penuturan Attar.

Attar menundukkan kepala sejenak di hadapan Fariha. "Mohon maaf kalau Ibu tidak berkenan dengan permintaan saya barusan. Tapi saya tadi serius, Bu. Kalau diijinkan, saya ingin menikah dengan Farah. Saya tahu, Ibu barangkali keberatan, karena usia saya beda jauh dengan usia Farah. Tapi kalau ibu tanya, kenapa harus Farah, emmm... ya karena saya sayang dan peduli pada anak Ibu."

Fariha mengalihkan tatapannya pada anak gadisnya yang sedang meremas tangannya sendiri, kelihatan gugup. Kemudian kembali mengalihkan tatapannya pada Attar.

"Farah lebih cocok jadi anak Bapak," kata Fariha.

Attar mengangguk. "Tapi saya menyayangi Farah bukan seperti saya menyayangi Ahsan."

"Apa ini cuma karena rasa simpati Bapak pada Farah, karena kejadian satu tahun lalu?"

"Mungkin memang awalnya karena rasa simpati Bu. Tapi sekarang perasaan saya pada Farah, lebih dalam."

"Apa hanya karena Farah dekat dengan Ahsan? Apa hanya supaya Bapak punya seseorang untuk mengasuh Ahsan?"

"Saya mencari istri, Bu, bukan pengasuh anak. Tapi istri yang baik, nggak akan menelantarkan anak saya kan?" jawab Attar. "Saya tertarik pada Farah. Lalu saya lihat Farah sayang sama Ahsan. Dan itu membuat saya makin tertarik. Apa salah kalau saya tertarik karena alasan itu Bu?"

Fariha tidak menjawab. Ia melihat pada anaknya yang tampak canggung.

"Orang tua Bapak sudah tahu tentang Farah? Mereka nggak keberatan kalau Bapak menikah dengan anak kecil seperti Farah?"

"Orang tua saya sudah meninggal Bu. Saya cuma punya 1 orang adik perempuan. Dan sepertinya dia nggak ada masalah dengan Farah. Keluarga besar saya yang lain, mungkin ada yang kurang setuju karena Farah bukan keturunan Arab. Tapi mereka nggak bisa mengintervensi."

Farah baru tahu bahwa ada standar khusus yang diharapkan untuk menjadi pendamping Attar. Pantas saja Kak Sarah juga menikah dengan Dokter Emir yang keturunan Arab juga. Ternyata bukan kebetulan, tapi memang tuntutan keluarga besar.

Sementara itu Fariha tampak menatap Attar. Lelaki itu tampak sudah mengidentifikasi masalah-masalah yang akan mereka hadapi, sekaligus sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Jadi ini bukan keputusan tanpa rencana.

"Bapak sudah tahu masa lalu Farah. Setahun lalu, bahkan Bapak yang mengantar Farah ke RS. Bapak nggak keberatan dengan itu?" tanya Fariha lagi.

"Kalau saya keberatan, saya sudah mundur sejak setahun lalu, Bu," jawab Attar mantap.

Fariha menggeleng. "Sekarang mungkin mudah untuk Bapak menerima Farah, karena Bapak sedang mencintai Farah. Tapi gimana kalau suatu saat nanti Bapak sedang bertengkar dengan Farah, lalu mengungkit-ungkit kondisinya yang sudah...."

"Semua orang punya masa lalu, Bu," potong Attar cepat. "Farah punya. Saya juga punya, meskipun pengalaman saya nggak tepat sama dengan yang dialami Farah. Saya nggak bisa menjanjikan bahwa kami nggak akan bertengkar atau saling menyakiti. Namanya suami-istri...."

SEGITIGA BERMUDA (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang