1.

16.4K 1.2K 91
                                    

Halo Kakak2.
Awalnya saya ingin membiarkan cerita Erlang-Farah-Attar berakhir open ending.

Tapi ternyata kayaknya asik juga melanjutkan cerita ini. Jadi saya memutuskan utk memperpanjang cerita Erlang-Farah-Attar ini di lapak baru. Supaya pembaca ga bosen baca cerita 100 bab. Hahaha.

Btw akhirnya di lapak ini Kakak2 udah tahu kan kenapa judulnya "Segitiga Bermuda"? Hehehe.

"Kok judul lapaknya begini sih Thor? Alay bgt?!"

Wkwkwk. Iya, penulisnya emang lagi alay, ciiinnn.

Semoga Kakak2 berkenan ngikutin cerita ini disini.

Nah, utk para pembaca baru, sebelum baca yg ini, baca dulu lapak sebelah "Segitiga Bermuda (1)" ya Kak, biar ga bingung hehe.

* * *

Ada yang kurang dari kunjungan ke Bali jika tidak berkunjung ke pantainya. Meski pantai di Bali makin ramai dengan wisatawan dalam dan luar negeri, sehingga kadang pengunjung tidak lagi bisa benar-benar menikmati pantai yang tenang, tapi pantai di Bali tetap memiliki pesona tersendiri. Itu mengapa sore itu Farah mengajak tamunya ke sebuah restoran di tepi pantai.

Dari restoran itu, mereka bisa makan malam (makan sore, lebih tepatnya) sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Beragam pilihan makanan laut segar tersaji, siap untuk dipilih.

"Makasih ya, sudah menemani saya seharian ini," kata lelaki itu sambil tersenyum pada Farah.

"Sama-sama, Pak," jawab Farah, sambil membalas dengan senyum yang tidak kalah lebar. "Makasih juga nraktir saya seharian ini. Padahal saya bukan mahasiswa Pak Attar lagi, tapi tetep ditraktir terus nih. Saya jadi ketagihan," lanjutnya, lalu terkekeh sendiri.

Attar ikut tertawa menanggapinya. "Kalau Farah mau ditraktir seumur hidup juga boleh."

Farah tertawa. Dia bukan tidak tahu maksud tersembunyi di balik kata-kata tersirat itu. Tapi dia tidak ingin menanggapinya lebih jauh.

"Jadi kapan kamu balik ke Jakarta?" tanya Attar sebelum menyuap makanannya.

"Bulan depan Pak. Saya sudah mengajukan pengunduran diri ke Hotel."

Attar menggangguk-angguk.

"Faris pindahan ke Bandung bulan depan. Jadi saya pengen udah ada di Jakarta sebelum Faris pindah. Kasian Mama kalau sendirian kan."

"Adik kamu itu hebat juga. Kelihatan galau melulu takut nggak diterima kuliah dimana-mana, nggak tahunya malah dapet Teknik Elektro & Informatika ITB."

"Wajar sih dia galau melulu Pak. Nilai sekolahnya dia kan biasa aja, jadi udah jelas nggak bisa masuk dengan jalur prestasi. Setahun ini, setelah Papa meninggal, baru Faris mulai lebih... apa ya?... bertanggung jawab gitu. Dia baru mulai serius memikirkan masa depan. Alhamdulillah akhirnya dia bisa mengejar ketinggalan dan akhirnya bisa masuk PTN yang dia mau."

"Padahal sudah saya tawarin kuliah di tempat saya ngajar, dia nggak mau. Katanya takut IPnya 4 kalau dikasih nilai bagus terus sama saya."

"Pede banget tuh anak," kata Farah dengan tawa yang renyah.

Tawa yang cantik. Rambut pendeknya yang melambai terhembus angin. Matahari senja yang kemerahan... Makan malam yang sempurna bagi Attar hari ini.

* * *

"Harusnya Bapak nggak perlu nganterin saya pulang segala. Kan asrama karyawan hotel sebelahan sama hotel," kata Farah, pada Attar yang melangkah di sisinya, memasuki gerbang asrama karyawan.

SEGITIGA BERMUDA (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang