"Serius kamu nggak mau kerja di bidang perhotelan lagi?"
Tanpa menghentikan tangannya dari mengupas jeruk, Farah mengangkat wajahnya dan menatap lelaki yang duduk di sampingnya.
"Aku punya beberapa kenalan di beberapa hotel. Aku bisa rekomendasiin kamu, kalau kamu mau."
Farah tersenyum kecil. Ini bukan pertama kalinya Erlang memawarinya bekerja di salah satu hotel milik salah seorang koleganya. Tapi saat ini Farah sedang tidak berminat melanjutkan karir di bidang itu. Farah menerima pekerjaan di hotel di Bali setahun yang lalu hanya untuk iseng-iseng dan melarikan diri. Bukan untuk meniti karir. Sekarang, setelah dirinya kembali ke Jakarta, dia ingin mencoba peruntungan di bidang yang memang diminatinya.
Meski bukannya sangat mudah, tapi mencari pekerjaan bagi lulusan universitas negeri seperti Farah juga sebenarnya tidak terlalu sulit. Dengan jaringan alumni yang luas, serta nilai-nilai kuliah yang tinggi dan pengalaman yang dimilikinya (meski hanya setahun), sebenarnya Farah bisa dengan mudah menemukan pekerjaan. Jadi kalau hingga saat ini Farah belum juga bekerja lagi, itu adalah karena Farah terlalu pemilih.
Ia pulang ke Jakarta karena tidak ingin ibunya sendirian selama Faris kuliah di ITB. Jadi saat mencari pekerjaan, ia juga mempertimbangkan lokasi kantor yang masih dapat dijangkau dari rumahnya. Masalahnya, kebanyakan industri manufaktur yang ditarget oleh Farah berada di wilayah pinggir Jakarta. Ia harus kos jika bekerja disana. Itu mengapa pilihan Farah menjadi lebih terbatas.
"Makasih, Om. Tapi beneran aku pengen coba bidang lain," kata Farah. "Om ga perlu khawatir karena aku belum kerja juga. Lagian, ada hikmahnya kan. Karena aku belum kerja, jadinya aku bisa nungguin Mama pas lagi dirawat begini."
Farah menyerahkan jeruk yang sudah dikupas kepada sang ibu yang sedang berbaring (setengah duduk) di ranjang rumah sakit.
"Makasih, Far," kata sang ibu ketika menerima jeruk yang sudah dikupas oleh Farah.
Sejak kemarin, ibu Farah terpaksa dirawat di rumah sakit karena demam berdarah.
"Kalau soal Mama kamu mah, meski kamu udah kerja, aku bisa bantu menemani," kata Erlang.
Farah mengangguk dan berkata, "Makasih Om."
Ibu Farah, entah karena sedang lemas karena sakit, atau sedang malas berkomentar, hanya diam mengamati interaksi kedua orang di hadapannya. Dan karena selama 20 tahun lebih Erlang terbiasa menghadapi Fariha yang cerewet dan kadang galak, kini melihat wanita itu hanya diam saja, membuat Erlang tidak nyaman.
"Besok udah boleh pulang belum, Mbak?" tanya Erlang. Akhirnya ia mengalihkan pembicaraan. Tidak lagi membahas Farah, tapi mengajak Fariha ngobrol.
"Kayaknya belum. Tadi pagi dokter bilang trombositnya udah naik, tapi belum normal. Jadi masih terus dipantau. Belum bisa diputuskan kapan boleh pulang," jawab Fariha.
Erlang mengangguk. "Kalau gitu, biar malam ini aku yang menjaga disini."
Kata-kata Erlang itu membuat Farah dan Fariha saling bertatapan, lalu beralih menatap Erlang.
"Farah sudah disini dari kemarin kan? Kemarin malam juga nginep kan? Jadi nanti malam, biar aku yang jaga disini. Supaya Farah bisa istirahat."
"Nggak perlu, Lang. Makasih," jawab Fariha, tenang tapi cepat.
Erlang cukup kaget dengan respon Fariha yang sangat cepat. Juga kaget dengan penolakan wanita itu.
"T-tapi, Mbak, Farah...."
"Dia masih muda. Nggak akan sakit hanya karena menungguiku beberapa malam," potong Fariha.
Fariha melihat Erlang bersiap membuka mulutnya, maka ia segera membungkamnya dengan argumennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA BERMUDA (season 2)
RomanceCAMPUS SERIES #2 --Kisah Cinta Segitiga Bersama Dua Duda-- Setiap orang berhak atas kesempatan kedua. Tapi tidak semua orang beruntung mendapatkan kesempatan kedua. * * * First published on October 2021 Reposted on February 2024