19.

4.6K 950 133
                                    

"I was so... surprised!"

Farah, yang sedang menahan ponsel di telinganya sambil bersandar pada sandaran ranjangnya, hanya diam mendengar cerita orang di seberang.

"Mama kamu kenapa tiba-tiba bisa baik sama aku?" tanya orang di seberang.

"Mama kan emang baik, Om," jawab Farah sekenanya.

"Iya, aku tahu Mama kamu baik. Maksudnya, setelah semua yang aku lakukan dan bikin Mama kamu marah, aku maklum. Dan aku emang udah siap dengan sikap Mama kamu selama ini, yang nggak marah-marah tapi jelas makin dingin ke aku. Tapi tadi, tiba-tiba dia nerima aku lagi makan bareng di rumah kalian, i was so... happy," tutur Erlang, terdengar antusias."Mama kamu lagi senang atau gimana Far?"

"Kurang tahu juga, Om. Mungkin juga."

Terdengar suara terkekeh kecil di seberang sana.

"Kamu ngomong sesuatu ke Mama kamu, sampai dia jadi baik lagi ke aku?"

"Nggak, Om," jawab Farah jujur. Ia sendiri kaget ketika melihat sikap ibunya yang lebih ramah kepada Erlang hari ini.

Sepanjang makan siang bersama tadi, meski percakapan Erlang dan ibunya belum sehangat dan sesantai dulu, tapi setidaknya sikap sang ibu tidak lagi terlalu dingin.

Tapi, meski Farah sudah bilang bahwa perubahan sikap ibunya bukan karena dirinya, sepertinya Erlang tidak percaya. Terbukti kemudian ia berkata, "Makasih ya Far, sudah bantu aku memperbaiki hubungan dengan keluarga kamu."

"Itu bukan karena aku, Om," kata Farah mengoreksi.

"Iya, iya," jawab Erlang santai. Sepertinya ia tidak terlalu peduli pada klarifikasi Farah. "Bagaimanapun, makasih. Selama ini kamu udah ngasih aku kesempatan."

Farah akhirnya hanya bisa menghela nafas. Tidak ada gunanya juga ia mengklarifikasi.

"Sebentar lagi ya Far."

"Hmm?"

"Tolong tunggu sebentar lagi," Erlang mengulang. "Sebentar lagi mungkin aku akan berhasil mengambil hati Mama kamu lagi. Setelah dia bisa nerima aku lagi di keluarga kalian, aku akan melamar kamu. Semoga saat itu, Mama kamu sudah bisa nerima aku."

"Om..." tegur Farah. Tanpa diketahui Erlang di seberang telepon, Farah menggaruk kepalanya, frustasi. "Udah ya. Jangan melakukan ini demi aku lagi."

"Maksudnya?"

"Aku pengen hubungan Om dengan Mama dan Faris kembali jadi baik, karena memang seharusnya begitu," jawab Farah. "Kalau bukan gara-gara aku, hubungan kalian akan tetap baik. Aku cuma pengen mengembalikan hal yang memang sudah seharusnya begitu. Bukan karena aku pengen nikah sama Om."

"Tapi kamu cinta sama aku kan Far?"

"I did."

"And now?"

"I don't."

"Tapi sekarang aku yang sayang sama kamu."

Kali ini Farah menghela nafas sekali lagi dengan lebih keras. "Om emang selalu sayang sama aku kan Om? Sebagai keponakan Om. Tapi itu bukan rasa cinta yang bisa jadi landasan untuk menikah."

"Setelah semua yang aku lakukan selama 1 tahun ini, apa belum cukup meyakinkan kamu bahwa aku sayang kamu bukan sebagai keponakan?"

"Om bahkan bisa salah memahami perasaan Om sendiri kepada Mama selama bertahun-tahun. Bukan nggak mungkin Om juga salah paham dengan perasaan Om ke Farah."

"Tapi kali ini aku nggak mungkin salah!" potong Erlang tidak sabar. "Aku ingin menjaga kamu. Memeluk kamu. Memiliki kamu."

"Itu obsesi, Om. Obsesi yang datang karena rasa bersalah."

SEGITIGA BERMUDA (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang