"Farah belum tidur?"
"Kalau udah tidur, ini siapa yang ngangkat telepon Bapak?"
"Hahaha. Pinter kamu!"
"Kalau saya nggak pinter, Bapak masih suka sama saya nggak?"
"Kalau kamu nggak pinter, kamu nggak bakal jadi guru les Ahsan, dan kita mungkin nggak jadi dekat. Jadi kemungkinan saya suka sama kamu, lebih kecil."
"Prof!"
"Apa?"
"Kok nggak romantis?"
"Yang romantis itu kayak gimana?"
"Tau ah!" Saat mengatakan hal itu, tiba-tiba mata Farah menatap bayangannya di cermin kamarnya.
Far! Jijik, tau nggak, kalo sok ngambek gitu! Ini lo lagi ngomong sama profesor lho. Sopan dikit, napa! kata sang bayangan menegur.
"Ya kan kita realistis aja, Farah," suara Attar di seberang telepon terdengar seperti sedang menyabar-nyabarkan diri, menghadapi gadis dua puluh tahunan ini. "Kalau kamu nggak pinter, kamu nggak kuliah di kampus kita. Kamu nggak daftar jadi guru les di bimbel temen kamu. Kamu nggak jadi guru les Ahsan. Trus gimana kita ketemu?"
"Tapi kan katanya, kalau jodoh pasti bertemu Pak."
"Yang bertemu kan belum tentu bisa bersatu. Bisa jadi, hanya bisa bertamu."
Farah tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar kata-kata Attar.
"Prof, dapet kata-kata gitu dari mana?" Kalau mereka sedang berhadapan sekarang, Attar pasti bisa melihat mata Farah mendelik ngeri.
"Apa gunanya saya jadi Manajer Kemahasiswaan kalau tidak bisa mempelajari gombalan mahasiswa?"
"Astaga!"
Lalu tanpa diberi aba-aba, serentak saja Attar dan Farah tertawa di telepon masing-masing.
"Ahsan gimana Pak?" tanya Farah setelah tawa mereka reda.
"Kakinya membaik. Mungkin 2-3 hari lagi sudah bisa sekolah lagi."
"Alhamdulillah Pak. Saya jenguk kesana, boleh nggak Pak?"
"Boleh dong! Saya jemput ya? Kapan?"
Farah terkekeh. "Saya mau jenguk Ahsan, Pak. Bukan mau jenguk Bapak. Kok Bapak yang antusias?"
"Hehehe. Kalau kamu jenguk Ahsan, saya jadi punya alasan buat ketemu perempuan yang saya suka. Memangnya nggak boleh antusias?"
Farah kicep. Ini bapak-bapak, kedengarannya nggak ngegombal, tapi kok gue tersipu? Kampret nih bapak-bapak!
"Emangnya kalau nggak ada alasan khusus, Bapak nggak bisa ketemu saya?" tanya Farah sok cool, demi menyembunyikan salah tingkahnya.
"Bisa sih. Asal Farah ijinin, saya pasti nemuin Farah."
"Kalau nggak saya ijinin?"
"Ya saya rayu, supaya diijinin."
Skak mat lagi!
"Prof... " keluh Farah. Pusing, karena kalah melulu dengan pesona dosennya ini.
Terdengar Attar tertawa senang. "Nggak kuat ya?"
"Hah? Nggak kuat apa?"
"Nggak kuat sama gombalan saya?"
Farah melongo. "Saya speechless Pak," Farah mengaku. "Saya nggak pernah lihat Bapak kayak begini. Selama ini Bapak selalu... apa ya?"
"Serius? Cool?"
"Nggak juga sih. Nggak usah sok pede!"
Attar tertawa lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA BERMUDA (season 2)
RomanceCAMPUS SERIES #2 --Kisah Cinta Segitiga Bersama Dua Duda-- Setiap orang berhak atas kesempatan kedua. Tapi tidak semua orang beruntung mendapatkan kesempatan kedua. * * * First published on October 2021 Reposted on February 2024