Sudah 3 hari krist mendiamkan singto, entah kenapa ia menjadi kesal karna singto tak menjawab pertanyaannya perihal singto yang menciumnya waktu itu. Padahal krist juga tak masalah jika singto menjawab jujur.
Singto yang sudah tak tahan dengan krist yang mendiamkannya pun menghampiri krist ke kamarnya.
"Krist, kamu masih marah dengan daddy?"
"Krist tak marah"
"Tapi krist tak pernah berbicara lagi pada daddy?"
"Krist hanya kecewa"
"Kenapa?"
"Daddy tak menjawab pertanyaan krist, daddy punya banyak rahasia pada krist"
"Maafkan daddy"
"Kalau begitu beri tahu krist, di mana mommy sekarang!!"
"Mommy kamu sudah pergi jauh sayang"
"Apa sudah meninggal?"
Singto terdiam, ia bahkan tak tahu orang tua krist dimana sekarang sudah meninggal atau masih hidup ia tak tahu.
"Krist lihat daddy, apa krist membenci daddy hingga krist mencari mommy?"
"Tidak, hanya saja krist ingin tahu wajah mommy krist" ucap krist sambil menunduk.
"Apa krist benci daddy mencium krist waktu itu?"
"Tidak"
"Apa daddy boleh mencium krist lagi?"
"Hah"
"Maafkan daddy"
"Daddy boleh mencium krist"
Singto yang sedari tadi memang sudah memperhatikan bibir pink itu pun menelan saliva-nya, sebelum ia mendekatkan wajahnya ke krist lagi.
Sekarang singto beri sedikit sesapan, singto tak peduli jika bibir krist akan membengkak nantinya, krist memejamkan matanya menikmati hisapan kecil dari singto.
Singto merebahkan tubuh krist ke kasur. Ia sedikit menindih tubuh krist, tangannya mengusap lembut pipi krist sedangkan tangan krist menekan tengkuk singto memperdalam ciuman mereka.
Awalnya krist hanya diam tadi, tapi lama kelamaan krist mulai mengikuti permainan singto, ia membalas ciuman singto dan ikut memainkan lidahnya di sana, mereka saling melilit menghisap lidah hingga saliva mulai menetes dimana-mana.
Singto menyudahi ciuman mereka dan menatap krist.
"Apa daddy boleh meminta lebih?"
Krist berpikir sejenak, dari pada singto meminta semua ini dengan apple lebih baik krist yang memberikan semuanya, krist tak rela jika singto mencium apple sama seperti tadi.
Setelah bergelut dengan pikirannya krist pun menganggukan kepalanya, singto kembali melumat habis bibir krist ciuman yang tadinya ringan berubah menjadi panas, krist juga mengeluarkan lenguhan disela-sela hisapan singto pada bibirnya.
Singto mulai memindahkan ciumannya, ia menelusuri rahang krist dan memberikan banyak kecupan kecil di sana, ia menghisap leher putih krist pelan, karna tak ingin meninggalkan jejak.
Tangannya mulai masuk ke dalam baju krist, meremas dada datar milik krist.
"Nnghh daddyh"
Lenguhan krist seakan membutakan singto ia ingin lebih dari ini, ia mengangkat baju krist sebatas dada dan langsung mengulum puting pink kecoklatan milik krist, ia memainkan lidahnya disekitar puting tersebut. Krist menggelinjang keenakan mendapat perlakuan seperti itu.
Nafsu sudah membutakan keduanya, mereka bahkan melupakan status mereka saat ini.
Hingga ponsel singto berdering, singto terpaksa menghentikan aksinya dan melihat ponselnya. Terdapat nama mama dilayar tersebut.
"Iya ma?"
"Mama sudah di jalan ingin ke rumah mu"
"Kenapa tiba-tiba"
"Mama rindu cucu mama dan ingin bertemu calon menantu mama, kenapa? Apa kamu tak suka mama kesana?"
"Aku suka, bagaimana dengan papa?"
"Mama hanya 3 hari menginap sing, bukan selamanya"
"Baiklah, hati-hati dijalan"
Singto mematikan ponselnya dan menatap krist yang masih terbaring dengan tatapan sayunya.
Singto memperbaiki baju krist dan mengusap rambut krist.
"Krist, maafkan daddy"
"Krist juga mau melakukannya, kenapa minta maaf"
"T-tapi....tak seharusnya..."
"Tidak usah di perjelas dad"
2 jam kemudian mama singto tiba di rumah singto, krist dan singto menyambutnya hangat.
"Bibir kamu kenapa krist?"
"Hah?"
"Kenapa membengkak?"
"Tadi krist terjatuh di kamar mandi nek" ucap krist sambil menunduk.
Mama singto memperhatikan keduanya, bibir singto juga sedikit membengkak, apa kecurigaannya selama ini benar.
Mama singto mencoba acuh, mungkin nanti malam ia baru bicara serius dengan singto. Mereka tak bisa jika tidak dihentikan. Sebelum semuanya terlambat.
***
Setelah makan malam bersama dan mengobrol santai akhirnya krist kembali ke kamarnya, ia memang sudah mengantuk karna memang sudah hampir jam 10. Apa lagi besok hari senin, ia ada upacara jadi harus berangkat sekolah lebih awal.Setelah krist kembali ke kamarnya, mama singto menatap singto tajam.
"Jujur pada mama, kamu apakan krist tadi!"
"Hah, aku tidak melakukan apa-apa"
"Kamu pikir mama bodoh! Kamu mencium krist lagi kan!"
"Lagi?"
"Iya, waktu di rumah mama kamu juga mencium krist! Sadar sing! Krist anakmu!"
"Tapi aku mencintainya ma!"
"Cinta! Bagaimana dengan status kalian!!"
"Krist bukan anak kandungku kan jadi tak ada masalah"
"Tetap saja itu aneh singto!!"
"Kenapa? Anehnya dimana? kami tak ada hubungan darah sedikit pun, bahkan hampir tetangga kita tahu krist bukan anak kandungku"
"Kamu sudah dewasa seharusnya kamu lebih bisa berpikir jernih!"
"Aku sudah memikirkannya aku ingin hidup bersama krist selamanya, bukan sebagai ayah dan anak tapi sebagai pasangan"
Tak jauh dari mereka berbicara krist tak sengaja mendengar semuanya.
Apakah krist harus senang atau sedih? Jadi selama ini singto bukan ayah kandungnya, jadi kemana orang tua kandungnya? kenapa dia bisa bersama singto saat ini.
Krist tak jadi berjalan ke dapur ia kembali ke kamarnya dan menangis, bukankah harusnya dia senang, karna cintanya terbalas, ternyata singto juga mencintainya.
Tapi semua itu terkalahkan oleh rasa kecewa, kenapa singto tak pernah jujur padanya selama ini. Krist merasa dibohongi oleh singto.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy ✓
FanfictionBagaimana jika kamu menyukai seseorang yang sudah kamu rawat sejak kecil? Bahkan sudah kamu anggap seperti anakmu sendiri, tapi setelah ia tumbuh dewasa, perasaan berbeda mulai hadir. Itulah yang saat ini singto rasakan, ia jatuh cinta pada anaknya...