Singto dan krist tengah berjalan-jalan ke tempat keramaian saat ini.
"Bagaimana, apa kamu senang?" Tanya singto.
"Iya daddy, krist mau itu" tunjuk krist pada sebuah jajanan yang di jual di pinggir jalan.
Singto membelikan apa yang krist inginkan.
Mereka duduk di sebuah taman saat ini, tak lama ada teman lama singto menghampiri mereka.
"Singto...kapan kamu kembali kesini" ucap tay, teman singto saat masih kuliah dulu.
"Kemarin, aku hanya seminggu disini"
"Wah apa ini krist? Sudah sebesar ini kamu sekarang, apa kamu sudah mempunyai mommy baru?" Tanya tay.
"Belum om, daddy masih belum laku" ucap krist.
Tay dan krist memang sudah akrab karna sejak dulu tay sering mengajak krist bermain, saat krist masih kecil.
"Singto, apa aku boleh jadi menantu mu?" Ucap tay
Sontak singto memukul kepala tay.
"Bodoh! Krist masih terlalu kecil untuk mu yang sudah tua"
"Cinta tak memandang usia kan?"
"Sampai kapanpun aku tak akan mau mempunyai menantu sepertimu"
Tay tertawa lebar mendengarnya, sedangkan krist hanya diam, ia tahu tay hanya bercanda.
"Bagaimana jika kita pergi ke taman bermain? Krist ingin memainkan banyak permainan di sana"
"Baiklah, kemana pun krist ingin pergi daddy akan menemanimu"
"Apa aku boleh ikut?" Tanya tay.
"Tidak boleh" jawab singto.
"Om tay jika mau ikut ayo, lebih ramai lebih bagus kan?" Ucap krist.
"Om tay sibuk krist, sebaiknya kita pergi berdua saja" ucap singto.
Tay memandang singto aneh, padahal ia tak sibuk sama sekali, ia serius ingin ikut bersama mereka tetapi singto seakan melarangnya untuk ikut, tay menjadi curiga pada singto saat ini.
Singto langsung menarik tangan krist pergi dari sana meninggalkan tay yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
Hampir seharian singto dan krist menghabiskan waktu diluar, sudah jam 9 malam saat ini, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah.
Saat ini krist dan singto tengah berbaring dikamar mereka dengan krist memeluk erat tubuh singto dari samping.
"Bagaimana hari ini? Apa krist senang?"
"Krist sangat senang terima kasih dad"
Singto mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap krist, ia menatap wajah krist dalam, sehingga yang ditatap langsung menjadi salah tingkah.
Singto mengusap kepala krist lembut, dan krist memejamkan matanya menikmati usapan lembut dari daddynya.
"Apa daddy boleh mencium krist?" Ucap singto memberanikan diri.
Krist membuka matanya dan menatap singto, ia hanya menganggukan kepalanya.
Singto mengikis jarak diantara mereka, perlahan namun pasti sehingga bibirnya menempel sempurna di bibir Cherry milik krist.
Lama terdiam akhirnya singto memberanikan diri melumat bibir tersebut, krist hanya memejamkan matanya, pikirannya buntu saat ini, entah apa yang terjadi krist tak dapat mencernanya.
Celah bibir krist sedikit terbuka sehingga mempermudah singto melesakkan lidahnya kedalam mulut krist.
Singto mengubah posisinya menjadi menindih krist dibawahnya, krist melenguh pelan saat singto mengobrak-abrik mulut dalamnya lidah singto melilit lidah krist didalam sana.
Saliva mulai menetes keluar dari kedua mulut tersebut, singto memperdalam ciumannya tangannya mulai bergerak menelusuri lekuk tubuh krist, namun tiba-tiba ia tersadar, singto menyudahi ciumannya sebelum ia menjadi lebih tak terkendali lagi.
Krist yang kehilangan kenikmatan itupun membuka matanya, ia menatap singto dengan tatapan sayunya.
"Sebaiknya sekarang krist tidur, bukankah besok kita harus pulang?" Ucap singto.
Singto membersihkan sisa saliva disekitar bibir krist yang membengkak itu.
Krist memejamkan matanya kembali dan terbang ke alam mimpinya tak lama disusul singto.
Singto memeluk tubuh krist erat saat ini.
****
"Jika sudah tiba hubungi mama" ucap mama singto pada singto.
"Krist sayang, yang pintar sekolahnya nanti jika libur kembali, krist harus main ke sini lagi?"
"Iya nek, krist akan ke sini lagi nanti dengan daddy"
"Singto, secepatnya perkenalkan apple pada mama, jika bisa liburan nanti bawa dia pulang ke sini"
Singto hanya terdiam tak berniat menjawab ucapan mamanya.
"Aku pulang dulu ma, pa" ucap singto berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Kakek, nenek, krist pulang dulu, kakek dan nenek kapan main ke rumah?"
"Kakek masih sibuk urusan kantor krist, nanti kakek cari waktu luang"
Setelah berpamitan krist dan singto masuk ke dalam mobil, singto melajukan mobilnya membelah jalanan.
"Jika krist masih mengantuk, krist tidur saja"
Dari pada keadaan canggung seperti ini memang lebih baik krist tertidur.
Krist memejamkan matanya, ia mengingat semalam, saat singto mencium bibirnya haruskah ia bertanya kenapa singto melakukan itu padanya?
Hampir 3 jam menyetir, singto memberhentikan mobilnya disebuah restoran, ia ingin mengajak krist makan terlebih dahulu.
Singto memandang wajah krist yang masih tertidur pulas.
Singto mengusap pelan rambut krist dan memanggilnya, hingga krist tersadar wajah singto sangat dekat saat ini dengan wajahnya."S-sudah sampai dad?"
"Belum, kita makan siang dulu di sini"
"Oh, baiklah. Ayo turun"
Keadaan masih canggung sama seperti tadi mereka makan dalam diam, krist ingin sekali menanyakan kenapa singto menciumnya dibibir semalam, ia juga membutuhkan penjelasan, tapi mungkin nanti akan ia tanyakan jika sudah sampai di rumah.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy ✓
FanfikceBagaimana jika kamu menyukai seseorang yang sudah kamu rawat sejak kecil? Bahkan sudah kamu anggap seperti anakmu sendiri, tapi setelah ia tumbuh dewasa, perasaan berbeda mulai hadir. Itulah yang saat ini singto rasakan, ia jatuh cinta pada anaknya...