Pihak sekolah lagi-lagi dihebohkan dengan sebuah kabar pembunuhan seorang siswa SMA Vegetarian. Murid-murid yang mendengar kabar itu semakin menjadi takut juga was-was.
Airin yang mendengar itu hanya mengangkat alisnya. Ia duduk di kursinya lalu menatap murid-murid yang masih membicarakan kasus pembunuhan.
Di sisi yang lain Yuda dkk sedang berada di rooftop sekolah. Mereka juga turut membicarakan kasus pembunuhan yang terjadi pada rivalnya.
"Eh, kenapa kasusnya beda ya sama Doni? Kalau dulu Doni disiksa dulu bukan kalau sekarang langsung tahap inti gitu," ucap Andra dengan mengerutkan keningnya.
"Gimana penjahatnya nggak langsung ke inti. Mungkin dengar suara cempreng dia aja sudah membuatnya pening karena itu langsung dibunuh," sahut Ali dengan bersedekap dada.
"Nggak nyadar diri," ketus David dengan memutar matanya.
Ali menatap David dengan muka masam, namun sang empu hanya menatapnya datar. David malah menatap Yuda dengan tatapan misterius.
"Menurut kalian apakah kasus ini saling berkaitan atau sekedar ingin membunuh? Seperti yang diketahui Siska dan Doni menggunakan tato bintang tapi 2 kasus terakhir hanya menggunakan 2 goresan pisau," ucap Yuda dengan menatap langit yang cerah.
"Sepertinya 2 kasus yang dulu saling berkaitan seperti tato yang digunakannya. Orang ini bukan hanya pembunuh bayaran tapi sejenis balas dendam," ucap Tian dengan menghela nafas panjang.
"Tapi Siska dan Doni itu tidak pernah berhubungan apalagi berkaitan," sahut Andra dengan menggaruk tengkuknya.
"Mungkin tidak pernah berhubungan tapi berkaitan secara tidak langsung," celetuk David dengan muka datar.
Semuanya menjadi hening mereka berpikir apa hal yang mereka lupakan selama ini. Lalu apa alasan pembunuh itu membunuh mereka berdua.
"Sepertinya kita harus lebih ketat menjaga keamanan sekolah," ucap Yuda dengan muka dingin.
∆∆∆
Airin menatap papan tulis yang dijelaskan oleh sang guru tentang materi kelompok sosial. Ia segera mencatat materi dengan cepat agar tidak ketinggalan sedikitpun.
"Faktor pembentuk kelompok sosial disebabkan oleh faktor darah yaitu dari keturunan. Kedua, faktor geografis atau tempat tinggal. Ketiga, faktor kepentingan. Lalu terakhir faktor daerah asal atau daerah kelahiran."
Airin menatap kesamping yang memperlihatkan Ayu dan Niki berbincang-bincang saat pembelajaran. Ia tidak memperdulikannya asal tidak mengganggu ada yang mengganggu ketenangannya.
"KALIAN BERDUA! PERHATIKAN SAYA MENJELASKAN MATERI!"
Airin menatap kesamping yang memperlihatkan wajah pucat dari kedua orang itu. Baru saja ia memperhatikan mereka tahunya langsung sang guru yang memarahi nya.
"Cih, dasar tukang caper ya gitu!" cibir Ona dengan menatap sinis Ayu dan Niki.
Airin kemudian mengalihkan pandangannya kearah papan tulis karena ada materi yang masih dicatatnya. Ia mencatat dengan tenang tanpa memperdulikan sang guru memarahi mereka karena ini memang kesalahan Ayu dan Niki. Ia akan maju dan protes ketika orang yang dimarahi tidak bersalah tapi jika berasal dari kesalahan sendiri dia akan malas ikut campur.
"Tapi tadi Airin juga ikut ngomong sama kami, Bu!" tuduh Niki dengan menunjuk kearah Airin.
"Kamu pikir ibu bodoh, hah?! Jarak kursi kamu sama Airin itu jauh!"
"Cih, dasar rubah! Sudah tahu diri sendiri salah malah ajak-ajak anak iblis!" cibir Ona dengan menatap sinis.
"Bener! Dasar anak nggak tahu di untung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[TBM] The Biggest Mistake (END)
Teen FictionKhairina Putri atau biasa dipanggil Airin merupakan gadis yang kehidupannya tidak diperlakukan secara adil oleh keluarganya. Airin memiliki adik tempramental ini semua keinginannya harus dituruti sehingga membuatnya selalu mengalah. Airin hanya send...