Yuda menatap Ali dan Andra yang banyak bicara. Ia ini pasien seharusnya mereka tidak ribut dihadapannya tapi apalah daya.
"Lo itu cuman sahabat Yuda dari SMP! Gue sahabat Yuda dari bayi! Semua yang disukai atau tidak disukainya gue tahu!" seru Andra dengan berkacak pinggang.
"Lo itu cuman sahabat kecilnya aja belagu! Gue yang menemaninya disaat dia susah aja biasa!" balas Ali dengan melotot tajam.
Yuda yang mendengarnya hanya bisa pasrah ia membuka televisi karena bosan. Namun, yang ditemukannya hanyalah berita padahal dia butuh hiburan.
"Berita harian terkini di sebuah hotel A ditemukan sebuah mayat yang diduga dibunuh. Sebelum meninggal korban ditembak diperut lalu disiksa dengan organ dalamnya menghilangkan. Saat ini para polisi masih mengejar pelaku yang membunuh pengusaha roti tersebut."
Yuda menatap Ali dengan serius yang diberikan anggukan kecil oleh sang empu. Ali mengeluarkan laptop dari tasnya dengan cepat ia mengotak-atik keyboardnya lalu muncul sebuah informasi.
"Yud, orang yang membunuh Doni sepertinya memiliki kesamaan juga perbedaan," ucap Ali dengan memperlihatkan layar laptopnya.
Yuda menatap dengan raut wajah berubah menjadi dingin berkata, "Kesamaannya terdapat dari cara membunuh juga organ dalam korban menghilang kecuali Siska. Perbedaannya terdapat dari peninggalan yang diberikan oleh pelaku. Dua korban yang kita temui menggunakan tato bintang hitam namun ini hanya menggunakan goresan pisau."
"Sepertinya korban yang diberitakan itu bukan orang yang sama dengan dua korban lainnya. Dari gayanya pun pengusaha itu dibunuh dengan cara rapi sedangkan Doni dibunuh dengan cara brutal tanpa ampun," sahut Tian dengan mengerutkan keningnya.
"Dua korban sebelumnya sepertinya memiliki musuh yang dendam dari lama sehingga penjahat itu membunuhnya dengan brutal berbeda dengan yang kali ini. Tapi apa mungkin Siska dan Doni memiliki musuh yang sama?" sahut Andra dengan menggaruk tengkuknya.
"Apa yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin," ucap Yuda dengan mengepalkan tangannya.
"Airin," celetuk David yang membuat semuanya bingung.
"Maksud Lo ada apa dengan adik gue?" tanya Tian dengan mengerutkan keningnya.
"Sebelum tragedi pembunuhan kalian ingat-ingat hanya Airin bukan yang bermasalah dengan Doni. Airin terlihat sangat memiliki dendam dengan Doni namun saat itu ada kita-kita makanya dia tidak berani melawan secara langsung. Tapi akhir-akhir ini Airin mulai menunjukkan sikap bengisnya bukan," jelas David dengan mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja.
"Benar juga! Apalagi dia pernah bilang kalau ada seseorang yang berbuat salah dengannya akan diingatnya terus! Ditambah kejadian di UKS dia terlihat biasa-biasa saja saat tertusuk beling kaca bahkan mencabutnya dengan keras biasa kalau orang normal akan menangis bahkan cowok sekalipun," sahut Ali dengan muka serius.
"Hey! Kalian kalau nggak tahu apa-apa itu diam! Lo berdua nggak tahu apa-apa tentang kehidupan dan keterpurukan Airin! Airin gadis yang selalu dijadikan bodyguard Asya. Airin yang selalu dipukul oleh mamanya karena tidak menjaga Asya. Airin yang selalu mengorbankan semua yang dimilikinya kepada Asya. Airin selalu memberikan uang juga otaknya kepada Asya bahkan uang tabungannya selalu diminta mamanya untuk keperluan Asya seperti baju dan yang lain. Airin yang malang tidak mungkin melakukan hal sekeji itu walaupun dia terlihat bengis diluar," seru Tian dengan memijat pelipisnya.
"Gue selalu menjadi tempat curhatnya maka dari itu gue tahu perasaannya bagaimana," lanjut Tian dengan menghela panjang.
Semuanya tertegun mendengarkan penuturan dari Tian yang sedikit dark. Yuda juga turut diam karena ia tidak percaya kalau gadis itu melakukan hal yang sekeji.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TBM] The Biggest Mistake (END)
Novela JuvenilKhairina Putri atau biasa dipanggil Airin merupakan gadis yang kehidupannya tidak diperlakukan secara adil oleh keluarganya. Airin memiliki adik tempramental ini semua keinginannya harus dituruti sehingga membuatnya selalu mengalah. Airin hanya send...