14. Star Blood🐾

39 12 0
                                    

"AIRIN! TUNGGU!" teriak Yuda dengan berlari menyusul Airin.

Yuda terus melihat Airin berlari tanpa berhenti. Namun, saat gadis itu memasuki toilet ia berhenti karena tidak memungkinkan dirinya masuk nanti dikira mau mengintip.

Di satu sisi Airin sedang menatap dirinya dibalik cermin. Ia hanya berwajah datar tidak ada ekspresi kesedihan yang terlihat. Ia mencuci wajahnya beberapa kali hingga tidak sadar membuat bajunya sedikit basah.

Airin menjambak rambutnya dengan keras kali ini tidak ada siapapun yang bisa melihat kelemahannya. Setelah merasa lega ia keluar dengan langkah gontai sembari memegang perutnya.

Orang yang pertama kali dia lihat adalah Yuda dengan segala kekhawatirannya. Ia menatap datar kenapa yang hadir disini hanya Yuda lalu dimana kakak sepupunya.

"Gue tahu kalau Lo itu sedang berada dititik terbawah jadi sebagai teman yang baik gue akan menemani Lo," celetuk Yuda dengan mengelus kepala Airin.

"Lalu kalau mau nangis jangan ditahan," lanjut Yuda.

Airin tersenyum sendu berkata, "Hidup gue penuh terjangan ombak jadi ibaratkan gue seorang prajurit yang sudah terlatih untuk kuat tanpa perasaan. Lalu saking banyaknya masalah gue bahkan tidak bisa mengeluarkan emosi sebenarnya."

Yuda tersenyum simpul lalu membawa gadis itu kedalam pelukannya karena ia tahu bahwa Airin merupakan gadis yang rapuh juga butuh didukung oleh orang sekitarnya. Ia melakukan ini karena sebagai manusia yang baik kita harus bisa saling menolong dan menyayangi, juga mamahnya mengajarkan untuk berbuat baik antar sesama.

"Semua itu ada waktunya lalu Lo harus buktikan kalau Lo itu wanita kuat sukses kelak," pesan Yuda dengan mengelus kepala Airin.

"Mine."

Airin melepaskan pelukan lelaki itu dengan menatap bola mata coklat yang tidak luput dari kata polos. Ia tersenyum tipis setidaknya ada orang yang tahu perasaannya.

"Boleh gue curhat," ucap Airin dengan mengangkat alisnya.

Yuda mengerutkan keningnya berkata, "Boleh, dong. Siapa juga yang larang, Lo mau curhat dimana?"

"Di rooftop boleh," pinta Airin dengan tersenyum tipis.

Yuda mengangguk pelan ia menggenggam tangan Airin dengan membawa gadis itu. Saat berada di koridor murid-murid terkejut melihat Airin yang sedang bersama ketua geng Achazia.

Mereka tidak peduli dengan sifat cuek tidak semudah itu terpengaruh dengan omongan orang lain. Airin juga acuh tak acuh karena ia akan berurusan kepada orang yang menyakiti Asya atau orang yang menghinanya.

Airin menatap Yuda yang membawanya berjalan ia tidak menyangka orang yang berada disaat dirinya terpuruk hanya lelaki itu. Bahkan saudara, kakak sepupu dan kedua orang tuanya tidak ada yang mengerti akan dirinya. Tian yang menjabat saudara paling akrab dengannya pun seolah tidak perduli.

"Lo duduk dulu disini gue izinin kalau Lo lagi sakit," pamit Yuda sebelum pergi meninggalkan Airin.

Airin menatap kepergian lelaki itu dengan datar. Ia berjalan menuju pembatas rooftop lalu duduk dengan menatap langit cerah.

"Nanti gue akan secerah mentari bukan. Gue harap semuanya berubah," gumam Airin dengan tersenyum sendu.

Sebuah air mineral dengan nasi goreng berada didepan wajahnya. Ia membalikkan tubuhnya ternyata Yuda dengan senyuman manisnya.

"Nih, makanan Lo tadi sama minumannya," ucap Yuda dengan menyodorkannya makanan.

Airin menyambutnya dengan baik sembari mengatakan terima kasih. Ia menyambut uluran tangan lelaki itu tidak ada yang salah bukan membuka hati untuk berteman sama yang lain.

[TBM] The Biggest Mistake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang