Airin menatap tangannya yang terluka dengan datar. Tangannya yang mulus seketika akan meninggalkan bekas luka. Ia menatap sang guru yang sedang menjelaskan materi tentang kelompok sosial.
"Manusia memiliki hasrat sejak lahir yaitu keinginan menjadi satu dengan masyarakat dan ... ayo siapa yang bisa nebak?"
Semuanya hanya diam juga berpura-pura menulis, kecuali Airin yang hanya menatap lurus papan tulis. Ia kali ini agak malas untuk menulis, namun semua materi yang dijelaskan guru ia rekam di ponselnya.
"Kamu yang nggak menulis materi coba jawab pertanyaan ibu." Sang guru menunjuk kearahnya dengan wajah masam mungkin sedikit kesal dengan muridnya.
Airin hanya duduk menjawab, "Alam, Bu."
"Benar! Wah! Ibu nggak nyangka kamu bisa menjawab padahal nggak buka buku sama mencatat."
Airin hanya tersenyum tipis menanggapi madah dari sang guru, sebenarnya ia hanya menebak jika bukan manusia pasti alam bukan. Namun, ia merasa kalau teman sekelasnya menatapnya dengan sinis padahal disini sang guru yang memerintah nya untuk menjawab.
"Baiklah, ibu lanjutkan materinya. Definisi kelompok sosial yaitu himpunan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan sehingga menimbulkan timbal balik dan saling memengaruhi."
Seluruh pelajaran hari ini telah selesai sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru!
Murid-murid berseru riang mendengar bel pulang sekolah sudah berbunyi. Mereka segera membereskan barang-barangnya dengan semangat. Namun, berbeda dengan Airin yang membereskan peralatannya dengan tenang karena ia habis ini akan mengajar kelas XI IPS 5.
Setelah ruangan kelas agak sepi ia segera membawa tasnya dengan buku yang akan diajarinya. Ia berjalan menuju kelas IPS 5 yang berada paling pojok. Ia mengerutkan keningnya kenapa kelas itu serasa dikucilkan oleh pihak sekolah ditambah dari luar terlihat banyak sampah berserakan. Bagaimana mereka bisa belajar dengan keadaan kelas yang seperti ini.
Airin mengetuk pintunya namun tidak ada satupun yang menyahutinya. Ia mengerutkan keningnya apa mungkin mereka sudah pulang. Ia mengetikkan sebuah pesan dengan cepat kepada kepala sekolah.
Airin bersandar di dinding kelas dengan memainkan ponselnya. Dari kejauhan ia melihat kepala sekolah berjalan dengan angkuh.
"Ada apa, Nak?"
"Itu Pak didalam tidak ada yang menyahut ketukan saya. Apa mungkin mereka sudah pulang?" tanya Airin dengan pelan.
"Nggak mungkin mereka pasti ada didalam."
Ia melihat kepala sekolah yang membuka pintu kelas. Tiba-tiba air berwarna cokelat mengguyur ke tubuh kepala sekolah. Seketika semua murid terkejut melihat kejadian sekilas yang mengagetkan mereka.
Airin merasa bersalah sebenarnya dia melihat dibalik pintu ada ember yang menggantung. Namun, siapa sangka itu air untuk menjebaknya. Ia meringis ngeri saat mencium bau busuk dari kepala sekolah.
"KALIAN! KALIAN KURANG AJAR! PERGI KELAPANGAN LARI 20 KALI PUTARAN!"
"Pak, sebaiknya hukumannya jangan lari karena mereka bisa saja kabur dari hukuman. Bagaimana jika pelajaran tambahan mereka ditambah menjadi setengah jam," saran Airin dengan tersenyum puas sesekali kayaknya mengerjai Ali bolehlah. Ia merupakan orang pendendam dulu Ali pernah bilang orang yang tidak tahu di untung jadi dia akan buktikan apa yang sebenarnya.
"KAMU JUGA SAMA! PASTI KAMU TAHU KALAU MEREKA MENGERJAI KAMU KARENA ITU KAMU MEMINTA BAPAK KESINI! KAMU JUGA DAPAT POINTS!"
"Lalu saya nggak akan pernah ikut olimpiade lagi," tekan Airin dengan muka datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TBM] The Biggest Mistake (END)
Teen FictionKhairina Putri atau biasa dipanggil Airin merupakan gadis yang kehidupannya tidak diperlakukan secara adil oleh keluarganya. Airin memiliki adik tempramental ini semua keinginannya harus dituruti sehingga membuatnya selalu mengalah. Airin hanya send...