CHAPTER 12: The Other Side

38 13 8
                                    

Para gadis itu memang penggoda.

Melenggak-lenggok ketika berjalan. Berpura-pura lugu, seolah-olah mereka polos tanpa dosa. Padahal, mereka yang meminta diperlakukan begini.

Mereka suka diperlakukan begini. Mereka yang ingin disiksa, dibuat menjerit, dan dipaksa meronta.

Dasar para perayu binal.

Salah sendiri mereka berpenampilan seperti itu.

Kalimat itu berulang-ulang dirapal pria itu dalam benaknya saat dia mengamati deretan foto-foto yang di dinding di hadapannya. Setiap foto menampilkan sosok perempuan yang berbeda-beda, diambil secara diam-diam tanpa diketahui sang objek foto.

Pria itu melepaskan sebuah foto dan memandanginya. Seorang gadis berambut pendek seleher terlihat sedang berjalan keluar dari sebuah gedung sekolah. Wajahnya berpaling ke arah berlawanan dengan kamera.

Sang pria mendengkus. Jari-jarinya memainkan sesuatu yang tergantung di lehernya sendiri; sesuatu yang bisa fatal jika dignakan dengan salah. Benaknya kini berkelana liar.

Gadis seperti kalian memang pantas dibunuh.

***

"That first date was ... interesting," ujar Ophe sambil mengecek penampilannya di cermin. "Not perfect, tapi jelas menyenangkan."

Di dalam kotak kacanya, Behemoth menurunkan tubuhnya dari ranting pohon yang tadi dia lingkari dan mulai melahap makanannya, kepala ayam yang Ophe rebus terlebih dahulu. Kraken mengangkat kepalanya dengan penuh minat. Sementara itu, Castiel malah terlihat tertidur nyenyak. Dasar bayi.

Kraken mendesis, seolah meminta keterangan lebih lanjut.

"Ya makanya aku dandan lagi hari ini. Mudah-mudahan second date sekarang bisa jauh lebih menyenangkan. Supaya nggak kayak kemarin lagi, dia bilang dia mau jemput aku ke sini. Harusnya sih dia datang setengah jam-an lagi."

Ular-ularnya menatapnya. Behemoth menguap lebar, memamerkan selaput mulutnya dan gigi-giginya yang runcing.

"Kenapa gue maafin dia padahal udah bikin gue nunggu berjam-jam? Nggak tau juga sih ... It's just, something tells me I should give him another chance. I mean, nggak ada salahnya kan?"

Kraken melata mendekati meja rias Ophe dan kembali menegakkan kepalanya. Si ular betina ini memang paling kepo, nggak jauh sama ibu-ibu tukang gosip.

"God, no, of course we didn't kiss! Aku nggak segampang itu, kali."

Kraken menjulurkan lidahnya.

"Nggak tau lah kalo soal itu, Ken. Kita liat aja nanti kencan sekarang bakalan asyik atau nggak. Itu juga kalo dia bisa datang tepat waktu."

Sebelumnya, mereka hanya berjanji akan menonton film di bioskop untuk kencan kedua kali ini. Ada sebuah film superhero yang baru saja diluncurkan minggu lalu. Nonton bioskop rasa-rasanya cukup aman dan bebas kejutan aneh-aneh kan?

Ternyata Kael berhasil datang tepat waktu, dan Ophe langsung menganggap hal itu sebagai pertanda baik. Ophe menemuinya di lobi apartemen, dan Kael membawanya ke parkiran, tempat motor yang dia bilang hasil pinjam dari sepupunya terparkir di sana. Ophe adalah tipe cewek yang sangat tidak peduli apakah cowok itu naik mobil, motor, maupun kendaraan umum sekalipun. Tapi melihat Kael membawa motor, Ophe sebenarnya agak lega juga, berarti malam itu dia bisa diantarkan pulang. Mau bagaimana juga, momen ketika dia curiga bahwa dia diikuti tempo hari masih segar dalam ingatannya. Belum lagi kasus yang sekarang sedang marak.

Sekitar dua puluh menit kemudian, motor Kael mendekati gedung mall tempat bioskop yang mereka tuju. Namun, mendadak Kael berbelok memasuki sebuah jalan tembus di belakang mall tersebut.

Girls Like You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang