CHAPTER 13: How to Forget the Past

31 10 2
                                    


Ophe naik ke atas tempat tidurnya dengan menggerundel malam itu. Sore yang dia pikir akan menyenangkan, malah dia habiskan dengan menunggu satu-satunya ojek online yang mau mengambil pesanannya di jam sore yang sibuk itu. Setelah Kael menurunkannya begitu saja, dia langsung cabut tanpa berkata apa-apa lagi selain permintaan maaf yang terburu-buru.

Katja tidak pulang, dan hanya memberi pesan WhatsApp singkat kalau dia 'ada perlu' malam itu. Dia akan pulang besok pagi, katanya.

Ophe sudah cukup paham apa yang Katja maksud. Pastinya nggak akan jauh-jauh dari kata Wisnu.

Ophe menghapus semua make up-nya, mandi sengaja berlama-lama, membuat secangkir coklat panas, dan berbaring di kasurnya sambil bertanya-tanya, ada apakah dengan dirinya dan laki-laki? Apa dia menyebarkan aroma khusus yang hanya memikat cowok-cowok yang, kalo nggak brengsek, nggak jelas juntrungannya kayak si Kael?

Ah elo, Phe, kayak pengalaman lo banyak aja sama cowok.

Selain Kael, baru hanya ada satu orang lagi yang benar-benar bisa dibilang 'dekat' dengannya. Dan itu pun sangat, sangat harus diberi tanda kutip tebal-tebal.

Karena orang itu pula yang kini menjadi sumber traumanya sehingga sulit sekali baginya untuk jatuh cinta lagi.

Semuanya bermula lima tahun lalu, ketika Ophe masih duduk di bangku kelas dua belas SMA. Perceraian orang tua nya setahun sebelumnya membuat realita Ophe goyah. Dia menjadi pemurung, pemarah, dan penyendiri. Namun yang paling terkena imbasnya adalah nilai-nilai Ophe di sekolah. Ditambah dengan latihan judo yang semakin intens karena waktu itu kejuaraan tingkat provinsi hampir datang, Ophe terjun bebas menjadi peringkat terbawah di kelasnya. Ayahnya tetap bersikeras agar Ophe diterima di perguruan tinggi negeri yang bergengsi. Tadinya, ayahnya berniat untuk mengakhiri kegiatan judo Ophe, tapi Ophe menolak sampai menangis histeris. Baginya, judo adalah satu-satunya penyaluran amarah dan kekecewaannya pada dunia.

Maka ayah Ophe menyewa seorang guru privat mahal khusus untuk meningkatkan nilai-nilainya. Dia sebenarnya adalah dosen tidak tetap di tempat sepupu Ophe berkuliah yang menyambi menjadi guru privat anak-anak SMA. Umurnya dua puluh tujuh tahun waktu itu.

Ophe memanggilnya Kak Fero.

Kak Fero adalah segalanya yang Ophe tidak pernah temui seumur hidupnya. Rapi, wangi, karismatik, ramah, dan luar biasa cerdas. Ophe langsung menyukai bagaimana mata Fero seolah menghilang setiap kali dia tertawa. Namun dari semua itu, Fero berhasil meyakinkan Ophe bahwa hanya dia yang benar-benar bisa memberikan perhatian dan pengertian untuk Ophe seutuhnya.

Ophe selalu menanti-nanti sesi belajar privat mereka.

Tidak butuh waktu lama hingga kekaguman Ophe berubah menjadi rasa tergila-gila.

Kini, setitik saja ingatan tentang Fero membuatnya ingin berlari ke kamar mandi dan mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin.

Tubuh Ophe masih saja seperti bisa merasakan sentuhan guru privatnya itu. Bagaimana wangi parfum maskulinnya menyelubungi Ophe saat dia mencondongkan tubuhnya mendekat, nafasnya yang sesegar mint menerpa wajah Ophe. Bagaimana suaranya yang halus membuatnya terbuai, dan kata-katanya yang lembut membuatnya terlena. Tangannya yang sering mendarat di bahu Ophe, membelai dan memijat-mijat tengkuknya, dengan dalih membuat Ophe rileks.

Dan semuanya kemudian berujung kepada malam itu.

Sesi belajarnya sebenarnya sudah selesai pukul enam sore. Namun hujan badai turun begitu derasnya di luar, membuat Fero tertahan di rumah Ophe yang saat itu sedang kosong. Ibu Ophe sudah pindah lama sebelum dia resmi bercerai dengan suaminya, sedangkan ayah Ophe ada meeting di luar kota. Ophe sebenarnya sudah terbiasa dengan rumah yang dingin dan kosong, tetapi di malam itu, semuanya terasa berbeda.

Girls Like You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang