22: Red Light

4.6K 427 13
                                    

Jisoo mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal. Dirinya dan Lisa usai menghadiri acara fashion yang diselenggarakan di kota lain, yang jarak tempuhnya lumayan memakan waktu lama. Namun hal yang tak terduga terjadi di saat yang tidak tepat.

"Eonnie ada apa?" Panik Lisa saat Jisoo menepikan mobilnya dengan mesin yang tersendat.

Jisoo keluar untuk memeriksa apa yang terjadi dan benar saja, mobilnya mogok dan tidak bisa menyala.

"Oh My God! Kenapa harus dijalan tol seperti ini? Kurang beberapa jam lagi  malam tiba." Lisa menggigit jari-jarinya.

Jisoo pun juga tak kalah panik, dia berjanji untuk datang ke acara ayah mertuanya tepat jam 7 malam. Sedangkan jam menunjukkan pukul lima sore. Perjalanan untuk pulang kerumah masih sekitar satu setengah jam.

Jisoo menyederkan tubuhnya bagasi mobil. "Lisa-ya, apa kau benar-benar tidak bisa memperbaikinya?"

"Aku lupa caranya eonni." Jawab Lisa dengan lesu.

Jisoo berusaha menghubungi siapapun yang bisa menolongnya tapi tidak ada signal di ponselnya.

Malam segera tiba, Lisa dan Jisoo merasa frustasi. Mereka berdua tidak ada yang bisa memperbaiki mesin mobil. Jisoo semakin pasrah jika nanti ada hal-hal aneh yang ditanyakan keluarganya.

Hari berubah menjadi malam, namun Jisoo belum menunjukkan tanda-tanda kepulangannya. Taehyung kebingungan mencari keberadaan Jisoo. Berkali-kali dia mencoba menghubungi Jisoo tapi ponselnya tidak aktif.

Dengan berat hati, Taehyung menghadiri acara tanpa Jisoo.

Semua tamu undangan sudah berkumpul, termasuk keluarga Jisoo. Taehyung berjalan dengan penuh wibawa menghampiri kedua keluarganya.

Baik Taeyon maupun Dara menanyakan hal yang sama, yaitu keberadaan Jisoo. Taehyung sendiri tidak tahu kemana Jisoo pergi.

Sungguh aneh apabila Taehyung menjawab 'tidak tahu', pikir Taehyung jawaban itu hanya akan membuat ibunya menaruh rasa curiga yang besar.

Taehyung tersenyum kikuk, "Jisoo sedang ada acara jadi sebentar lagi dia pasti akan menyusul." Jawaban Taehyung mampu membuat yang lain menggukkan kepalanya.

Tapi tidak dengan Adik kesayangan Jisoo. Laki-laki itu malah tersenyum remeh dengan alasan yang Taehyung buat.

"Tidak ada lampu merah di dalam rumah tangga kalian, kan? Ah maksud ku sedikit mencurigakan jika kalian selalu datang bersama tapi ini datang sendirian. Noona ku belum pulang tapi, apa kau tidak mau menunggunya terlebih dahulu, hyung?" Taehyung dibuat tak berkutik oleh Junkyu.

"Oh iya apa kau tahu hyung, Jisoo noona sedang menghadiri acara apa? Dimana? Dan bersama siapa? Mengapa kau tidak mengantarkannya? Ini kan hari libur." Ucap Junkyu dengan alis yang mengernyit. Semuanya menatap Junkyu tidak percaya, termasuk Taehyung.

Taehyung sendiri gelagapan. Dia tidak tahu harus berkata apa. Junkyu menatapnya seperti polisi yang sedang mengintrogasi pelaku pembunuhan.

"Junkyu, kau tidak boleh seperti itu. Taehyung sudah bilang jika Jisoo ada acara lain dan segera menyusul." Taeyang mengelus pundak Junkyu.

Junkyu masih saja menatap Taehyung tajam. Seolah tahu, Taehyung hanya bisa berusaha setenang mungkin.

"Maaf aku terlambat." Seluruh mata tertuju pada Jisoo.

Taeyon menyambut kedatangan menantu tercintanya itu dengan penuh suka cita.

"Benarkan apa kata appa, Jisoo pasti datang." Junkyu masih saja tidak merespon perkataan ayahnya.

Setalah acara makan malam usai, Junkyu mengajak Jisoo pergi ke taman belakang.

Tidak ada yang mengawali pembicaraan mereka. Hanya ada suara air yang keluar dari pancuran.

"Ayo kita hidup bahagia seperti dulu." Junkyu memecah keheningan.

Jisoo menolehkan kepalanya. Bukan bepura-pura tidak tahu namun Jisoo sangat mengerti arah pembicaraan ini.

"Daripada kau selalu disakiti oleh bajingan itu, lebih baik kembalilah bersama kami dan tinggalkan dia, noona."

"Dia lebih tua darimu. Jangan mengatakan kata itu." Kata Jisoo tidak suka.

"Kenapa kau tidak memberitahu semuanya kepada kami? Kenapa kau menyimpannya sendiri?"

Jisoo menggeleng. Dia bukanlah wanita yang suka mengadu atau merengek kepada orang tuanya. Dia yakin bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Aku tidak ingin membuat eomma dan appa menyalahkan diri mereka sendiri karena perjodohan ini. Kau tidak usah khawatir, aku bisa menyelesaikannya."

"Aku tidak mempercayaimu."

"Apa pernah aku mengingkari perkataanku, Junkyu-ya?"

"Baiklah aku mempercayaimu. Tapi berjanjilah padaku jika dia menyakitimu, beritahu aku jangan kau sembunyikan."

Jisoo mengangguk dengan senyuman, namun seketika itu berubah seperti singa. "Junkyu-ya, apa yang sudah kau lakukan dengan Hyunsuk? Apa cara kekerasan bisa menyelesaikan semua permasalahan?"

Deg...

Jantung Junkyu seakan berhenti berdetak. Meskipun nada bicara Jisoo tenang tapi bagi Junkyu itu terkesan seperti mengintimidasi dirinya.

***

Junkyu melamun sendiri di taman kampus. Apa yang Jisoo katakan semalam benar, salah dia sendiri karena tidak bisa mengendalikan emosinya. Tampak dari kejauhan dia melihat Hyunsuk, Haruto, Asahi, Yoshi, serta Jaehyuk, yang berada di gazebo, sedang asyik dengan dunia mereka tanpa mempedulikan orang-orang yang merasa terganggu dengan suara bising mereka. Junkyu tersenyum tipis.

"Apa kau tidak ingin bergabung bersama mereka?" Jihoon menepuk pundak Junkyu. Semenjak pertengakarannya dengan Hyunsuk, Junkyu tidak pernah ikut bergabung dengan yang lain kecuali jika Hyunsuk, Asahi, maupun Haruto tidak bersama mereka. 

"Junkyu-ya, mau sampai kapan kau akan terus seperti ini? Itu tidak baik untuk hubungan mu dengan Hyunsuk hyung dan bahkan teman-teman kita yang lain." Junkyu tetap saja mengabaikan Jihoon yang begitu banyak bicara. Matanya masih asyik memandangi mereka.

"Aku yakin kau sudah menyesali perbuatanmu. Segeralah kau minta maaf sebelum akhirnya kau menyesal." Junkyu menoleh kearah Jihoon yang sedang tersenyum yang kemudian dibalas senyuman Junkyu.

"Hyunsuk-ie hyung." Hyunsuk menghentikan aktivitasnya lalu menoleh kearah sumber suara bahkan yang namanya tidak disebut pun melakukan hal yang sama.

Junkyu mengulurkan tangannya, "Maafkan aku."

Wedding AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang