24. Bad Ending

5.2K 430 48
                                    

Jungkook dan Jisoo berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan dan berhenti di sebuah stand perhiasan. Sebenarnya Jisoo tidak mengerti mengapa Jungkook mengajaknya berkeliling di pusat perbelanjaan seperti ini. Setiap kali ia bertanya, Jungkook selalu mengabaikannya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya shop assistant.

"Tolong carikan cincin cartier." Jawab Jungkook.

Setelah beberapa menit mencari barang yang diinginkan, shop assistant kembali menemui Jungkook dan Jisoo dengan membawa beberapa kotak cincin.

"Noona, aku tidak bisa memilih mana cincin yang bagus. Bisakah kau membantuku untuk memilihnya?" Bisik Jungkook.

Jisoo mencoba dan meneliti semua cincin yang disediakan entah berapa lama waktu yang Jisoo butuhkan tapi dengan sabar Jungkook menunggunya. Jungkook tidak mempermasalahkan harga cincin yang Jisoo pilih toh dia sendiri yang meminta cincin cartier.

Sebenarnya Jungkook bisa memilih sendiri cincin yang bagus, akan tetapi dia membeli perhiasan itu untuk Jisoo, iya untuk Jisoo. Jungkook sengaja meminta Jisoo untuk memilih pilihannya sendiri yang suatu saat nanti akan dia sematkan ke jari manis Jisoo.

Setelah semuanya selesai, Jungkook mengajak Jisoo untuk menikmati angin sore di sungai Han sambil menyaksikan sunset.

"Kenapa kau mengajakku? Biasanya kau bersama Chaeyoung."

"Tidak, dia sangat cerewet. Telingaku panas mendengar ocehannya setiap hari."

Jisoo mulai menggoda Jungkook, "Aku tidak percaya, Pasti kau akan memberikan cincin itu kepadanya, kan?" Jisoo mendekatkan wajahnya kearah Jungkook. Sebisa mungkin laki-laki bergigi kelinci itu menetralkan ekspresinya.

"Tidak noona, siapa yang mau dengan perempuan cerewet seperti dia?"

"Akui saja Kuki, aku mendukungmu dan akan ku rahasiakan ini darinya."

Jungkook hanya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Dia sama sekali tidak mengerti, mengapa gadis cantik disampingnya ini tidak peka dengan perasaanya, padahal dia sudah memberi kode sedemikian rupa.

***

Dua buah kursi dengan satu meja yang dikelilingi lilin sepasang kekasih itu berada. Ditambah sinar rembulan yang terang dan gemerlapnya bintang menambah kesan romantis.

"Oppa, aku senang sekali kau mengajakku ke tempat seperti ini." Jennie tak henti-hentinya mengulas senyumannya. Impiannya sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Taehyung akan menjadikannya sebagai istri sahnya. Dan mereka akan hidup selamanya.

Berbeda dengan Jennie, Taehyung yang berada didepan Jennie hanya menatapnya dengan senyuman tipis "Aku ingin mengatakan suatu hal."

Jennie semakin yakin jika Taehyung akan melamarnya malam ini, ditempat romantis, tepat seperti keinginannya. Taehyung mengelus punggung tangan Jennie membuat jantung Jennie berdegup kencang. Rona merah muncul dikedua pipinya.

"Jen, aku sadar apa yang aku lakukan selama ini salah." Jennie mengernyitkan dahinya begitu perkataan Taehyung terdengar di telinganya. Senyumannnya pun luntur seketika.

"Maafkan diriku Jennie, aku tidak bisa memenuhi janjiku sebelumnya." 

Jennie tetap berpikir positif, Jennie pikir bahwa Taehyung sedang memberikan surprise padanya. Namun pikiran itu berbanding terbalik dengan apa yang Taehyung ucapkan.

"Jen, maaf. Mari kita sudahi hubungan terlarang ini." Lirih Taehyung.

"Apa kau bercanda?" Jennie agak sediki meninggikan nadanya.

"Tidak, aku tidak sedang bercanda. Aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini."

Jennie menggelengkan kepala, tidak percaya dengan Taehyung. Jennie tiba-tiba menggebrak meja hingga minuman sirup berwarna merah mengenai kain meja. "Apa kau sudah gila?! Mana janjimu yang akan menikahiku?"

"Maka dari itu aku minta maaf, aku tidak bisa menepati janjiku." Ucap Taehyung menyesal.

Jennie mengepalkan tangannya, "Apa kau ingin meninggalkanku demi perempuan itu, hah?!"

Taehyung mencoba menenangkan Jennie, akan tetapi emosi Jennie menguasai hati dan pikirannya. Suasana yang awalnya tenang berubah menjadi keruh karena Jennie selalu berbicara dengan nada tinggi.

"Jen, Sadarlah! Kita tidak ditakdirkan untuk hidup bersama. Kau harus mengerti itu!" 

"Jika benar begitu, mengapa saat aku meminta berpisah kau justru menyuruhku untuk menunggumu bahkan kau berjanji menikahiku setelah berpisah dengan istrimu. Dan sekarang saat aku benar-benar yakin padamu, kau mengatakan itu dengan mudahnya tanpa mengetahui perasaanku, begitu? Kau sangat jahat oppa, jahat sekali." Jennie mulai terisak. Taehyung tega membohonginya bahkan memberi janji-janji manis.

"Bukan seperti ....."

"Tapi seperti apa yang kau maksud? Kau sudah mulai mencintai perempuan itu dan meninggalkanku ck."

"Jen, tolong sadarlah!"

"Kau yang harus sadar, oppa! Sadar hanya akulah wanita yang paling kau cintai, bukan perempuan pembawa sial itu."

"Jennie, jaga bicaramu! Dia bukan pembawa sial, dia gadis baik."

"Oh,, Sekarang kau berpihak kepadanya dan berani membentakku. Oppa, mengapa jadi seperti ini?" Jennie dengan sifat keras kepalanya, kekeuh dengan pendiriannya yang tidak ingin berpisah dari Taehyung. 

Taehyung yang sudah menyadari kesalahannya sama sekali tidak tergoda dengan rayuan Jennie "Terserah, mulai saat ini hubungan kita sudah berakhir." Taehyung pergi meninggalkan Jennie yang menangis.

"Yak Tae oppa!" Jennie berteriak frustasi. Air mata Jennie semakin mengalir deras. Keadannya sangat kacau sekarang. 

"Awas saja kau Kim Jisoo!"

Tak disangka malam yang begitu sempurna ini menjadi hari buruk Jennie. Jennie yang awalnya berpikir bahwa Taehyung akan melamarnya dibawah langit yang bertaburan bintang berubah menjadi malam perpisahan yang bisa dikatakan tidak baik. Terlebih Taehyung yang membentak Jennie. 

***

Tok...Tok...Tok...

Jungkook yang sedang memandang cincin Jisoo mengarahkan padangannya kearah pintu yang terketuk. Kotak cincin berwarna merah ia simpan di saku jaketnya dan berjalan menuju kearah sumber suara. Dibukanya pintu berwarna silver. Seorang laki-laki memakai kaos hitam pendek tengah berdiri tegak.

"Bisa kita bicara."

Wedding AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang