Dan disinilah Aku. Di sebuah desa tanpa nama hidup bersama ayahku. Kini Aku berumur 6 tahun dan menyadari kalau aku bererinkarnasi ke dalam dunia tower of god.
Sungguh, ini mengejutkan.
Aku sekarang berada diluar menara. Ya, bukan menara bagian luar, tapi diluar menara. Sejak berumur 5 tahun ayah mengajarkan ku cara bertarung, merasakan dan mengendalikan shinsu.
Jujur saja merasakan shinsu saja sudah sulit, apalagi mengendalikan. Ayah bilang mungkin ini dikarenakan kita berada diluar menara.
Jadi.. mm, aku tidak perlu menaiki menara, kan?
"Ryuza, ayo bangun sudah pagi."
Ah itu suara ayah.
Aku segera bangun dan keluar kamar. Ayah menungguku selesai mandi dimeja makan. Rumah kami termasuk kecil, satu kamar tidur dan satu kamar mandi, juga meja makan yang berada diruangan depan, lalu satu dapur kecil dibelakang.
Halaman rumah kami cukup luas untuk latihan.
"Ayah, Aku sudah selesai."
"Ayo sarapan."
Aku duduk dikursi di depan Ayah dan kami pun sarapan.
Ngomong-ngomong soal Ayah.. dia orang yang baik, menjawab semua pertanyaan anehku dengan jawaban yang jelas, lembut dan selalu memberiku kasih sayang yang cukup.
Yah, begini saja aku sudah bahagia. Sepertinya ibuku meninggal sesudah melahirkanku, tapi aku belum pernah menanyakan apa pun tentang ibu kepada ayah.
Apa sekarang saja ya, ku tanyakan? Dah la, sekarang saja, mumpung masih kecil. Kalau sudah besar nanti canggung bagaimana?
"Um.. Ayah."
"Ya?"
Aku.. gugup.
"Itu.. a-apa aku juga punya Ibu seperti anak yang lain?"
Ya, aku berteman dengan anak-anak yang bertetanggaan denganku.
Ayah berhenti memakan makanannya. Uh.. ini membuatku semakin gugup.
"Tidak, kamu anak pungut."
Ctlang
Sendok yang kupegang jatuh kelantai. Ayah mengambil sendok baru dan memberinya padaku.
"Bercanda."
Anjir. Bisa-bisanya dia bercanda sedangkan aku menanyakannya dengan serius.
"A,Ayah yang serius dong!"
Ngambek. Ayah terkekeh sedikit, ini sungguh pemandangan yang langka, jadi kali ini kumaafkan.
"Maaf, maaf. Ibumu.. dia seorang yang baik, dia membantu semua orang yang kesusahan tanpa terkecuali. Ayah salah satu orang yang dibantunya."
Aku diam mendengarkan dengan serius. Sangat jarang Ayah berbicara panjang.
"Sejak saat itu Ayah membantunya menolong orang lain, sejak saat itu juga Ayah jatuh hati padanya."
Uwaa, kisah yang romantis. Sepertinya aku sudah tau apa yang terjadi selanjutnya secara garis besar.
"Ayah, apa ibu cantik?"
"Ya, dia cantik."
Oh, aku hampir lupa yang terpenting.
"Em.. nama ibu, siapa?"
Ayah diam sesaat. Ada apa? Hanya nama, kan.
"Namanya... Clarisa."
Aku membayangkan Ibuku, wanita yang cantik dan baik hati. Benar-benar wanita idaman para lelaki. Pantas saja Ayah yang kelihatannya tidak tertarik dengan urusan percintaan jatuh hati pada Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐚𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 || 𝐓𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐆𝐨𝐝 || 𝐅𝐟𝐧
FanfictionAku... dimana? [DROP] Tunggu, seharusnya Aku mati tertabrak kereta, tapi kenapa Aku masih hidup? Uh.. apa apaan ini? Pandanganku buram dan.. tanganku mengecil? Tangan bayi.. Sebenarnya, Aku ada dimana!? Oh! Ada seorang pria dengan rambut merah dan...