Dua tahun setelah Ryuza bertemu kembali dengan Bam. Hari ini mereka berdua akan pergi melakukan tes di lantai 20.
"Ryuza, kau pakai ini."
Ha Jinsung memberikan jubah hitam dengan lambang fug di sekelilingnya. Ryuza menatap jubah itu horor.
"Gak mau, norak."
"Bocah ini..."
Akhirnya Ryuza memakai jubah hitam biasa yang diberikan Hwaryun. Sebelum mereka berangkat, Clove datang. Katanya ia ingin ikut melepaskan sepenuhnya Ryuza dan Bam.
Tapi buket bunga 'mewah' yang ada di tangannya itu.. mencurigakan. Tidak mungkin kan Clove memberi mereka buket bunga mewah itu? Apalagi dengan ekspresi wajah yang berseri-seri. Sepertinya ada sesuatu di lantai 20.
Dengan begitu Ryuza dan Bam pergi ke lantai 20 diantar oleh Clove.
.
.Di lantai 20 Clove pergi ke sebuah bangunan satu-satunya di tengah hutan. Itu.. game center. Tentu saja Ryuza dan Bam tidak ikut. Mereka bisa telat kalau ikut dengan Clove.
Clove disambut oleh Khun Hatzling, "Yo."
"Lama tak bertemu, Hatzling."
"Heh, kau masih terlihat muda saja, Clove."
Dari dalam keluar seorang dengan rambut dan mata silver, dia tinggi.
"Oh, datang juga, Clove. Apa kau benar tidak ingin bergabung dengan Wol ha ik song?" Tanyanya.
"Sudah kubilang, Aku tidak tertarik, Nerias."
Dia adalah Nerias, apa ada yang ingat siapa Nerias ini? Nevan menyebutkan soal Nerias di chapter 'Taruhan'. Dari dalam keluar lagi dua orang, mereka adalah si kembar, Nevan dan Vanya.
Clove langsung berdiri di depan Vanya dan berlutut, sambil mengangkat bunga di tangannya, menatap Vanya.
"Oh Vanya, malaikat di hatiku, kamu masih tetap cantik seperti biasa. Sungguh bahagia rasanya bisa melihatmu setelah sekian lama, ini bagaikan sebuah berkah untukku."
Wajah Vanya menggelap.
"K-KENAPA ORANG GILA INI ADA DI SINI!!!??"
.
.
.Wangnan Jah, keluar dari lift. Dia bersiap untuk berteriak namun tertahan setelah melihat tiga mayat berserakan disekitar seorang berambut panjang.
Dia juga melihat seseorang berjubah menutupi wajahnya sedang duduk bersender ke tembok.
'D-dia.. tidak dibunuh? Sepertinya dia lebih kuat dari yang rambut panjang itu..?'
Wangan berjalan pelan sambil membungkukkan badannya sopan, duduk dengan hati-hati di sebelah orang yang berjubah tersebut.
"H-halo..?"
"Halo."
Wangnan menghela nafas lega, setidaknya sapaannya dijawab. Orang berjubah itu berbicara, "kalau kau mau menyerangnya kusarankan jangan. Itu sama saja dengan berlari sendiri pada kematianmu." Ucapnya.
"Terimakasih.. sudah bilang." Bisik Wangan.
"Ngomong-ngomong Aku rekannya."
Wangan tanpa sadar bergidik ngeri dan menegup ludahnya.
Wanita? Sepertinya pria. Pria berambut panjang itu berjalan ke arah mereka berdua dan duduk disebelah si jubah.
"Viole, kau baik-baik saja?"
"... Mereka yang menyerangku duluan."
"Bukan itu yang kutanyakan..."
Setelah itu keheningan melanda mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐚𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 || 𝐓𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐆𝐨𝐝 || 𝐅𝐟𝐧
FanfictionAku... dimana? [DROP] Tunggu, seharusnya Aku mati tertabrak kereta, tapi kenapa Aku masih hidup? Uh.. apa apaan ini? Pandanganku buram dan.. tanganku mengecil? Tangan bayi.. Sebenarnya, Aku ada dimana!? Oh! Ada seorang pria dengan rambut merah dan...