"Ujian ketiganya akan dimulai disini."
Semua regular yang berhasil melewati dinding shinsu sedang beristirahat sambil menunggu giliran untuk ujian ketiga.
Terdengar teriakan-teriakan para regular yang sepertinya gagal dalam ujian ketiga.
"Hei, bangunkan Aku saya giliran kita tiba."
Ryuza lalu menutup matanya, ia ingin tidur sebentar. Di sisi lain..
"Langit!?"
Nevan yang melihat Bam heran, "Bam tidak tau langit? Dia memangnya hidup di dalam gua?" Celetuk Nevan.
'Iya, dia hidup di dalam gua.' Batin Ryuza.
"Polos sekali, Aku merasa kasihan padanya." Ucap Vanya lalu membuka buku yang ia pegang.
.
.
."Ryuza, hiduplah sesuai keinginanmu. Jangan biarkan dirimu terikat oleh peraturan."
"Jangan biarkan dirimu dikendalikan oleh peraturan, karena yang mengendalikanmu hanyalah dirimu sendiri."
"Baik, Ayah."
"Ryuza, kamu jangan sampai berpihak pada Jahad apa pun itu alasannya."
"Memangnya kenapa, Ayah?"
"Dia bukanlah Raja yang sebenarnya, dia hanyalah Raja palsu."
"Begitu.."
"Ryuza ..." "Ya, Ayah!"
"Ryuzalein ..." "Tentu, Ayah."
"Ryuza ..." "Baik, Ayah."
"Ayah."
"Ayah .."
"Yah..."
.
.
."... Za!"
".. Uza!"
"Ryuza!"
Ryuza terbangun dari tidurnya, ia merasakan pipinya sedikit basah.
"Ryuza kamu baik-baik saja? Kamu menangis! Apa kamu mimpi hal buruk? Ryuza kamu baik-baik saja kan? Aku khawatir!"
Bangun dari tidur Ryuza sudah diberikan pertanyaan berantai oleh si putih ini. Nevan memegang pundak Ryuza, menggoyangkannya ke depan ke belakang.
"Apa kamu baik-baik saja? Ayo bilang kalau sedang tidak enak badan. Kamu berkeringat banyak saat tidur tadi, Aku mencoba membangunkan mu tapi tidak bisa."
Jelas Nevan panjang lebar.
"Aku.. baik-baik saja. Kalau kau terus menggoyangkanku mungkin Aku jadi tidak baik-baik saja."
"Ah." Nevan berhenti menggoyangkan pundak Ryuza.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja.. empat tim lagi giliran kita."
"Tenang saja, Aku tidak apa-apa."
Nevan kelihatannya masih khawatir, apalagi..
"Dari tadi Aku penasaran, saat tidur kau mengigau menyebut 'Ayah' berulang kali, memangnya kenapa dengan Ayahmu?" Tanya Vanya.
'Tadi Aku mengigau menyebut Ayah..? Sial.'
Ryuza diam, tidak menjawab pertanyaan Vanya.
"Tidak apa-apa kalau kamu masih belum mau memberitahu, setelah itu beritahu kami ya."
Nevan memang peka.
"Aaarrrrgggfhhhhh--"
Teriakan terdengar dari lorong tempat ujian ketiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐚𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 || 𝐓𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐆𝐨𝐝 || 𝐅𝐟𝐧
Fiksi PenggemarAku... dimana? [DROP] Tunggu, seharusnya Aku mati tertabrak kereta, tapi kenapa Aku masih hidup? Uh.. apa apaan ini? Pandanganku buram dan.. tanganku mengecil? Tangan bayi.. Sebenarnya, Aku ada dimana!? Oh! Ada seorang pria dengan rambut merah dan...