S2 Ch. 19 - Tangan Arlene

367 55 6
                                    

"Eh, bukan Ibuku! Maksudnya Ayahku. Dibilang manusia mungkin kurang tepat. Singkatnya Ayahku adalah ras iblis yang berwujud manusia, penghuni asli menara ini."

"Tu-tunggu.. kenapa kau memberitau aku rahasia seperti ini?" Ryuza memotong ucapan Nevan sebelum ia berbicara lebih lagi.

"Karena aku percaya Ryuza?"

"Ya ampun.. anggap saja kau beruntung karena orang itu adalah aku. Dengar, jangan bilang hal ini pada sembarangan orang."

"Tentu saja!"

"Hah..."

Setelah sekian lama akhirnya Ryuza menghela nafas. Memang sangat benar kalau Vanya harus selalu bersama Nevan setiap waktu. Mungkin Vanya berpikir untuk menitipkan Nevan pada Ryuza ketika dia ingin pergi ke perpustakaan.

"Ibu kami, ibuku dan Vanya adalah manusia yang masuk ke menara sebagai regular biasa dan akhirnya menikah dengan Ayahku. Ibuku dan Ibu kak Nerias berbeda. Ibu kak Nerias sama seperti Ayah, ras iblis penghuni asli menara."

"Stop. Kenapa kau menceritakan ini padaku? Aku tidak ingin terlibat dengan hal yang tidak-tidak."

"Aku cuma mau curhat kok..."

"..." Ryuza memasang ekspresi senyum tertekan di wajahnya.

"Ah, ini memberatkan Ryuza ya? Maaf.."

'Benar kata Clove.. tidak ada yang bisa marah pada bocah ini.' Pikir Ryuza.

.
.

"Kita akan langsung mengikuti ujiannya?"

Tanya Nevan. Mereka bertiga kini berada di sebuah restoran lantai 23.

"Kurasa minggu depan saja."

Ryuza menjawab dan seperti biasa Vanya diam menyimak. Sementara Nevan sibuk dengan makanannya, Ryuza sibuk saling membalas pesan dengan Clove.

[Tidak! Tolong jangan beritahu kalau penulis favoritnya adalah aku..!] - Clove.

[Memangnya kenapa? Kan itu bisa membuat Vanya lebih cepat menyukaimu.] - Ryuza.

[Tidak.. aku ingin Vanya menyukaiku sebagai 'Clove' bukan sebagai 'Andrew'. Jika dia tahu aku adalah Andrew, Vanya memang akan menyukaiku. Namun dia menyukaiku sebagai penulis yang ia kagumi. Bukan menyukaiku sebagai Clove.] - Clove.

[Ck. Mempersulit hidup saja, aku setuju kalau Vanya berkata kau masokis.] - Ryuza.

Ryuza menonaktifkan pocketnya.

"Ryuza sedang mengobrol dengan siapa?"

"Bucin- maksudku guruku."

"Oh benar juga, guru Ryuza adalah kak Clove ya."

"Kak Nevan, jangan sebut namanya di depanku."

Seminggu mereka habiskan dengan bermalas-malasan. Jangan ditiru ya, readers. Ketika waktunya ujian mereka lulus dengan mudah. Walau awalnya pengurus ujian menyuruh mereka kembali lagi dengan lebih banyak anggota tim.

Ujian lantai demi lantai dengan mudah di taklukan. Dengan beberapa bantuan regular lain karena mereka kekurangan anggota tim.

"Terimakasih banyak atas bantuannya selama ini."

Salah seorang regular yang membatu, tidak mereka hanya menumpang di tim.

"Tidak apa-apa. Kami juga terbantu karena bisa menyelesaikan ujian dengan cepat. Jika tidak ada kalian kami tidak akan diperbolehkan mengikuti ujian."

Sesuai dengan sifatnya, Nevan selalu merendah dengan senyuman. Mereka akhirnya bubar di lantai 27.

"Hm.. cepat juga ya."

𝐏𝐚𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 || 𝐓𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐆𝐨𝐝 || 𝐅𝐟𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang