Cemburu

115 7 0
                                        

Hujan turun sebelum mobil yang ditumpangi Adam dan Sana sampai di basement apartemen.

Saat keluar dari mobil, udara sejuk menerpa kulit Sana yang memang menggunakan baju berlengan pendek. Dengan bibir mengerucut ia menatap pada Adam yang sama sekali tidak peka. Lelaki yang menggunakan kaos hitam lengan panjang itu malah berjalan lebih dulu meninggalkan Sana.

Tidak mau tertinggal di basement yang sepi dan dingin, Sana berlari kecil mengejar Adam dan memeluk sebelah lengan suaminya itu.

"Dingin," keluh Sana manja. Tapi Adam tak merespon, lelaki itu tetap diam.

Sampai di apartemen, Adam masih tak merespon atau menghindar ketika Sana beralih memeluk tubuhnya dari depan. Kepalanya kembali mengingat perkataan sang ayah yang menyusulnya ke ruang perpustakaan.

"Ayah bertemu dengan kedua orangtua Naya beberapa hari yang lalu, mereka bilang kalau Naya sebentar lagi akan menikah dengan laki-laki yang dulu juga sempat melamar Naya saat kalian belum bertunangan. Ayah tadinya tidak ingin bilang padamu, tapi saat melihat Sana, Ayah jadi berpikir kalau sepertinya kamu harus tahu bahwa Naya sudah mendapatkan penggantimu. Ayah harap kamu bisa menerima dan menjalani pernikahanmu tanpa harus memikirkan masa lalu lagi."

Menerima, ya?

Adam menunduk dan bertatapan langsung dengan kedua mata Sana yang sedang mendongak dengan dagu tertempel di dadanya, "menerima,"

"Hmm?" Dahi Sana mengernyit bingung, namun belum sempat bertanya wajah Adam bertambah dekat dan sebuah ciuman menuntut menelan pertanyaan Sana.

Tangan Adam merambat di punggung dan belakang kepalanya, menarik tubuh Sana mendekat hingga tak ada lagi jarak bagi keduanya.

Adam mencurahkan rasa sakit hati dan frustasinya saat menyentuh Sana. Kenyataan bahwa ia sudah benar-benar tidak memiliki celah kembali pada Naya dan harus menerima Sana di sisa hidupnya membuat ia hanya mampu pasrah tak berdaya.

Deru nafas kasar terdengar setelah pergumulan mereka usai. Sana dengan nafas yang belum sepenuhnya normal menghadap ke samping tempat Adam berbaring telentang dengan lengan menutup mata. Sana lalu menarik lengan sang suami namun Adam malah menoleh ke meja nakas samping menghindari Sana.

"Adam!" Sana berdecak sebal. Harusnya lelaki itu memanjakannya setelah mereka tadi memadu kasih atas inisiatif Adam sendiri untuk memulai, bukan malah menghindar.

"Tidur." Perintah Adam masih mempertahankan posisinya.

Dengkus kesal terdengar. "Aku mau tidur di pelukan kamu!" Tanpa menunggu persetujuan Sana merebahkan kepalanya di dada telanjang Adam tak peduli meski lelaki itu terkejut dan berusaha menyingkirkannya.

Mata Adam sontak terbuka saat merasakan tubuh depan Sana menempel lekat padanya. "Sana, pakai bajumu dulu!"

"Tidak!" Jawab Sana ketus.

"Sana!" Adam mengeram kesal.

"Tidak! Tidak! Tidak!" Teriak Sana keras kepala. Perempuan itu tetap pada posisi semula tanpa risih akan sentuhan langsung kulit mereka berdua.

*.*

Ratuqi,
09 Oktober 2021

Forced To Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang