21. awal

140 17 6
                                    

Dimanapun kamu, terus berhati hati
...

Saat itu matahari tampak cerah. Waktu menunjukkan pukul 13.00, semua siswa siswi SMA Wirabrata sudah dipulangkan lebih awal karena adanya guru rapat. Anggota Rangers sudah kembali ke markas terutama Rere.

Kecuali Kahiyang, Kahiyang memilih untuk tidak ke markas, ia ingin menyendiri walaupun tadi Rajendra sudah memaksa gadis itu ke markas, tapi tetap gadis itu tak mau.

Punggung tangannya mengusap pelan dahi yang sudah bercucuran keringat. Kini ia sedang berada di kelasnya, hanya dia.

Kahiyang membereskan buku buku nya lalu keluar dari kelas menuju parkiran, cuaca hari ini tampak sangat panas, sehingga Kahiyang mengebut agar cepat cepat sampai rumahnya. Bukan karena ia takut kulitnya gosong namun ia tak betah saja kalau badannya gerah.

Sesampainya ia dirumah, ia memarkirkan sepeda nya di halaman rumah, ia tampak sangat lesu mungkin karena kegiatan hari ini sangat banyak sehingga membuat gadis itu lelah.

"Assalamualaikum" ucap Kahiyang dengan suara yang lesu.

"Waalaikumussalam, loh anak mama kenapa ini kok mukanya di tekuk" lembut Via kepada Kahiyang. "Gatau, capek ma. Dede mau ke kamar dulu ya ma" Kahiyang berlalu meninggalkan mamanya yang berada di ruang tamu dan menuju kamarnya.

Baru saja ia membuka kamarnya, ia di kejutkan dengan penampakan kamarnya yang sudah di lu ủi dengan coretan-coretan darah yang bertuliskan kamu harus mati. Bau amis darah yang membuat Kahiyang terbatuk, lalu Kahiyang keluar kamar dan segera manggil mamanya.

"Ini kenapa?" tanya Via yang sudah menegang. Via lalu membawa Kahiyang menjauh dari kamarnya, karena Via tau sejak kejadian kematian Niko Kahiyang jadi sangat trauma dengan darah.

"Mama call abang kamu dulu" Via mengeluarkan posel yang berada di saku bajunya. Ia menekan kontak bernama Rajendra lalu telpon itu berdering.

"Halo mama"

"Rajendra pulang dulu"

"Kenapa ma? Mama gapapa? Kahiyang gapapa?"

"Pulang sekarang, adek mu diteror"

Rajendra lalu menutup telpon nya sepihak, ia bilang kepada Semesta tentang ini, anggota inti Rangers beserta Rajendra mengebut dan menuju ke rumah Kahiyang.

Sedangkan Via, ia terus melihat sang phủi yang sudah melamun di kursi ruang tamu nya, ia tau bagaimana perasaan gadis itu yang trauma dengan darah.

Beberapa menit kemudian Rajendra dan yang lainnya sampai dirumah, Rajendra langsung masuk mendekap gadis itu. Ia tau bawasannya Kahiyang trauma dengan darah.

"Engap bangsat" ucap Kahiyang yang sudah tak bisa bernapas karena pelukan Rajendra terlalu kuat. Rajendra melonggarkan pelukannya lalu menatap Kahiyang sinis. "Apa lo, tau gue cantik tapi gak usah di tatap gitu juga bangsat" gerutu Kahiyang.

"Gue itu khawatir sama lo bodoh, udah buru-buru kesini cuma buat lo, malah dikatain" Rajendra menyentil dahi Kahiyang.

"Sshh aw, sakit gobloug" desis Kahiyang. Rajendra tetap mendekap Kahiyang dan tidak ia lepaskan. "Bang lepas napa dah, gerah ni" ia merengek seperti anak kecil yang meminta mainan. Rajendra melihat kebawah wajah Kahiyang dan terkekeh pelan.

"Bocil, udah pendek bocil pula" ejek Rajendra, lalu Rajendra menggendong Kahiyang layaknya anak kecil, dan Rajendra menuju kamar Kahiyang untuk mengecek teror an nya. Sepanjang jalan Kahiyang terus mengoceh namun Rajendra tak menggubrisnya.

"Lo mau bawa gue kekamar? Lo goblok atau bodoh si? Udah tau gue trauma sâm darah kok lo masi tetep bawa si" oceh Kahiyang yang berada di gendongan Rajendra. Teman temannya hanya mengikuti ẩu Rajendra dengan terkekeh melihat tingkah Kahiyang seperti bayi.

"Bawel amat lo cil" Rajendra membuka pi tu kamar Kahiyang dan hap Kahiyang lalu menyembunyikan mukanya di tengkuk leher Rajendra, ya dia takut. Badannya melemas seketika.

"Menurut lo ini kerjaan siapa?" Ganja masuk menusuri kamar Kahiyang dan melihat darah darah yang tampak sudah mengering. "Ini kayaknya udah agak lama deh darahnya nempel, sekitar 4 5 jam an yang lalu" ucap Rajes dengan menatap dan mengecek darahnya dengan teliti.

"Re panggil tante Via bentar" titah Semesta kepada Rere, Tak lama Via datang menghampiri mereka "tante, tadi selama dirumah tante kedatangan tamu?" tanya Semesta kepada Via dan Via menggeleng pertanda tidak ada.

"Abang bau tau" suara Kahiyang melengking di telinga Rajendra "santai napa anjink, budeg ni kuping gue" umpat Rajendra.

"Ya mangkannya keluarin gue dari sini boti" Kahiyang tampak kesal, akhirnya Kahiyang memilih untuk terus bersembunyi di leher Rajendra.

Kini Rama memeriksa darah yang ada di kaca meja rias Kahiyang "ada kotak, ini dari siapa?" Rama mengambil kotak itu setelah mendengar Kahiyang mengatakan tidak tau.

Rama membuka kotak itu lalu melemparnya, sontak semua kaget dengan isi dari kotak itu. Bangkai tikus dan darah yang sudah bercucuran. "Bangkai kaya lo bang bangke" celetus Kahiyang, gadis itu nampak santai namun itulah satu - satunya cara dia agar tidak membuat dirinya takut.

"Lo turun dulu ya dek" ucap Rajendra lalu dibalas gelengan oleh Kahiyang "salah siapa lo ajak gue kesini" kesal Kahiyang "takut kan lo" jail Rajes kepada Kahiyang. "Dih mana ada, lo mungkin" ketus Kahiyang.

"Itu ada surat nya, coba dibuka" ucap Rajendra kepada Rama. Rama baru ngeh jika ada surat, ia membuka suratnya lalu membaca didepan teman temannya itu dengan suara keras.

"Ini baru awal liat aja selanjutnya, selamat menikmati permainan"

"Anjing" umpat Kahiyang yang tampak sudah kesal dengan teror ini. "Gue bales lo bangsat" ucap Kahiyang yang nampak memiliki dendam kesumut kepada peneror.

...
Hai, segini dulu ya, ini lagi banyak tugas. Nanti malem kalo free double up bareng PARASAYU.

see you.

follow ig dn tt : @wp.princess24

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My messy life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang