C H A P T E R 5 : Para Selir Kaisar

12.7K 1.2K 3
                                    


Hariku masih berlanjut. Kukira Kaisar akan memintaku untuk membantunya memakaikan pakaian, namun nyatanya tidak. Pria itu memerintahkan pelayan lain untuk membantunya. Tentu saja aku turut bernapas lega karena hal itu. Namun sayangnya, aku takut pandangan Kaisar padaku menjadi buruk.

Pelayan yang tidak berguna, tidak bisa melakukan apa-apa, membantah perintah Kaisar dan pelayan yang bodoh. Argh, pasti dia menilaiku seperti itu, kan?

Setelah menata sarapan pagi Kaisar, menunggui pria itu selesai dengan sarapannya lalu membereskannya setelah itu, aku langsung berniat menemui Madam Katrina.

Berjalan menyusuri lorong sendirian, tak jarang beberapa pelayan yang lewat menatapku aneh, mungkin karena aku memakai selendang berwarna merah. Namun aku tidak memedulikannya, yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya melewati istana Glory tanpa bertemu dengan Hestia?

Entah apa yang harus kukatakan padanya jika selir Kaisar itu melihatku menjadi seorang pelayan, apalagi pelayan pribadi Kaisar.

Aku terus berjalan pelan, sedikit bernapas lega karena tak bertemu satupun selir Kaisar saat melewati lorong. Namun kelegaanku hanya berlaku sesaat, saat ingin melewati taman yang berada di istana Glory, netraku menangkap beberapa wanita cantik yang sedang berpesta teh kecil-kecilan.

Sial. Aku harus apa?

Sudah pasti aku akan terlihat oleh mereka karena warna selendang ku yang mencolok.

Aku menarik napas dalam, menyembunyikan tubuhku dibalik salah satu pilar, sesekali melirik ke arah taman. Mataku sedikit membulat melihat Hestia juga berada di sana.

Ada tiga selir Kaisar termasuk Hestia yang sedang mengadakan acara minum teh, duanya lagi aku tidak tau kemana. Lalu ada beberapa pelayan yang menemani mereka juga, setia berdiri membantu kapanpun mereka butuhkan.

Satu ide terlintas di benakku. Ku lepas selendang yang melilit pinggang, lalu berganti melilitkannya di leher, tak lupa juga menutupi setengah wajahku dengan selendang itu. Setidaknya Hestia tidak boleh tau aku adalah pelayan Kaisar yang baru.

"Ah, pelayan baru itu, ya? Aku sungguh terkejut mendengar Kaisar mengganti pelayan pribadinya." Bisa kudengar salah satu dari selir Kaisar berujar.

Beritanya cepat sekali tersebar, padahal aku baru bermalam satu hari disini.

"Berapa orang?" Itu suara Hestia!

"Hanya satu dan dia seorang perempuan."

"Apa? Bagaimana mungkin?" Hestia terkejut mendengarnya.

Kaisar sialan. Ini semua salahnya. Padahal aku tidak mau terlihat mencolok disini. Apalagi berurusan dengan selir-selir Kaisar. Jangan sampai mereka berpikiran macam-macam tentangku.

"Kudengar pelayan itu cantik, mungkin karena itu Kaisar menjadikannya pelayan pribadi."

"Padahal Kaisar sudah memiliki kita." Hestia bergumam.

"Jangan seperti itu, Hestia. Kau tau sendiri kan Kaisar orangnya bagaimana?" Salah satu selir menegur Hestia.

"Hei, tidak baik bergosip membicarakan Kaisar." Salah satunya lagi menanggapi.

"Ah, maaf."

Kurasa pembicaraan mereka tak penting. Aku mengambil napas sejenak lalu kembali mengambil langkah pertama, tak lupa dengan pandangan yang menunduk. Aku sedikit mempercepat jalanku saat melewati taman.

Dan ya! Aku berhasil. Huft, rasanya seperti melewati jembatan kematian saja. Untung mereka tidak menyadari kehadiranku tadi.

"Ah, apa itu pelayan baru Kaisar?" Suara asing menginterupsi pendengaranku.

The Emperor's Maid (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang