C H A P T E R 10 : Pelayan Tetaplah Pelayan

11.4K 1K 19
                                    

Setelah menunggui Kaisar menyelesaikan rapatnya, aku kembali mengikuti Kaisar ke ruang kerjanya. Membuat teh untuk ia seduh dan sesekali melakukan apapun yang diperintahkannya.

Benar-benar seperti seorang pelayan.

Ya, mau bagaimana lagi, aku memang harus melakukannya. Namun satu hal yang sedikit ku syukuri kali ini, Kaisar tidak lagi melakukan hal-hal aneh padaku. Seperti mencium bibirku, mengusap paha atau pun punggungku, atau bahkan membuat ruam merah di leherku.

Aku benar-benar bersyukur.

"Surat dari kerajaan Eventlia baru saja sampai. Ini, Yang Mulia."

Dapat kulihat Airos memberikan sebuah gulungan surat kepada Kaisar, sedangkan aku menyibukkan diri menyusun kertas-kertas, buku, atau pun membersihkan tinta yang telah digunakan oleh Kaisar.

Kaisar membaca surat itu, lalu mengembalikannya lagi kepada Airos.

"Tolak saja." Kaisar kembali berkutat pada kertas di atas mejanya.

Aku jadi penasaran dengan isi suratnya.

"Oh.. sepertinya Raja Xeliver meminta mengubah perjanjian pengambilan kekuasaan, ya.." Airos bergumam setelah membaca kertas itu.

"Mereka meminta mengubah perjanjian karena hasil tambang di sana sedang naik pesat. Aku tidak mau mengurangi hasil 35% yang mereka berikan jika mereka hanya ingin mengurangi jumlah pasukan ku di sana."

"Harga tambang di sana sedang naik pesat. Sedikit disayangkan jika kita tidak memanfaatkannya. Namun sepertinya akan sulit karena mereka bahkan ingin mengubah perjanjian." Airos sedikit menghela napas.

Yang aku tau memang hasil pertambangan di kerajaan Eventlia cukup bagus dengan perak, tembaga, dan timah sebagai hasil utama mereka. Namun yang ku tau beberapa tahun terakhir harga timah dan tembaga menurun, namun sekarang sudah kembali naik.

"Bagaimana menurutmu, Nona Helcia?"

Aku menghentikan gerakan tanganku saat Airos tiba-tiba bertanya padaku.

Huh? Apa dia berniat mengejekku atau memang mengujiku? Bagaimana mungkin tangan kanan Kaisar meminta pendapat pada seorang pelayan.

Aku hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan, "Saya tidak bisa memberikan pendapat saya. Saya sama sekali tidak mengerti dengan urusan antar kerajaan."

Tentu saja aku berbohong. Mana mungkin aku tidak tau. Hampir setiap jam dalam hidupku kuhabiskan dengan membaca buku, mempelajari sistem tata kelola dan urusan antar kerajaan.

Namun jika aku memberikan pendapat, pasti mereka akan mencurigai ku.

Bagaimana mungkin seorang gadis desa bisa memberikan pendapat yang baik tentang sistem ekonomi kerajaan?

"Tidak tau, ya?" Kaisar menopang dagunya dengan matanya menatap tajam ke arahku.

Airos tertawa kecil, "padahal aku ingin mendengar pendapatmu, Nona. Aku penasaran bagaimana tanggapan mu."

Aku hanya tersenyum kecil menatapnya.

"Nona, kau masih ingat hukuman yang akan kuberikan padamu, kan?"

Kenapa Kaisar tiba-tiba membicarakan hal itu? Bukankah hukumanku sudah selesai?

"Hukuman?"

"Jangan berpikir hukuman yang kemarin itu sudah selesai, Nona. Aku akan memberikan hukuman yang sebenarnya padamu." Kaisar menatapku penuh arti.

Aku menelan salivaku susah payah. Kenapa aku tiba-tiba menjadi gugup seperti ini? Entah kenapa aku memiliki firasat buruk tentang hal ini. Bahkan melebihi kejadian kemarin.

The Emperor's Maid (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang