C H A P T E R 13 : Amarah

10.2K 951 11
                                    

"Surat dari Putra Mahkota Herios Victorin dari Kerajaan Alumaticia telah sampai, Yang Mulia." Airos Helarium, selaku tangan kanan dan salah satu orang kepercayaan Kaisar Alcacio, sedikit menundukkan tubuhnya, kedua tangannya terulur memberi sebuah surat dengan amplop berwarna krim berstempel lambang Kerajaan Alumaticia berwarna merah.

Kaisar Alcacio yang sedang berfokus pada kertas yang dipegangnya menaikkan pandangan, lalu dengan segera menerima amplop dengan bahan mahal itu. Pria itu menopang wajahnya yang masih tertutupi topeng, tangannya mengayun-ayunkan amplop yang baru saja ia terima dari tangan Airos.

"Aku sangat yakin isi suratnya pasti tentang Putra Mahkota yang akan mengunjungi adik tersayangnya." Kaisar terkekeh pelan, terdengar sedikit nada merendahkan di sana.

"Itu artinya Putra Mahkota akan datang dan menginap di sini untuk beberapa hari ke depan?"

"Tentu saja." Kaisar mulai membuka amplop itu, membaca setiap kata yang berada di dalam surat lalu terkekeh pelan.

"Ini akan menarik."

"Apanya yang menarik?" Airos memiringkan sedikit kepalanya, menatap bingung pada Kaisar yang telah menjadi teman masa kecilnya hingga sekarang.

"Tidak. Kau hanya perlu perintahkan para pelayan untuk menyiapkan kamar tamu, tiga hari lagi Putra Mahkota Herios akan datang berkunjung ke sini. Kedepannya, layani dia dengan baik." Kaisar bersedekap, menyandarkan punggungnya pada kursi kerja miliknya.

"Baik, Yang Mulia."

"Apa yang saat ini gadis itu lakukan? Apa dia sudah menjalankan perintahku dengan baik?" Kaisar bertanya, entah mengapa Airos dapat mendengar perubahan nada yang samar pada suara Kaisar. Terdengar lebih tenang dan dingin.

Airos yang mengerti siapa gadis yang dimaksud Kaisar pun langsung menjawab, "baru beberapa saat yang lalu Nona Helcia sudah tiba di kediaman Putri Hestia. Saya rasa saat ini Nona Helcia sedang menyiapkan kamar Putri dengan baik."

Kaisar mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada meja, hanya bergumam tanpa mau menjawab Airos.

"Hm.."

"Maaf jika Saya lancang, ekhem, aku akan bertanya sebagai teman masa kecilmu, apa kau benar-benar akan melakukannya dengan Putri Hestia?" Airos merubah intonasi bicaranya, dengan tanpa takut pria itu berbicara tak formal pada Kaisar.

Mendengar pertanyaan mendadak dari Airos, Kaisar menghentikan ketukan di jarinya, "menurutmu? Memangnya aku terlihat mau melakukannya?"

"Untuk sekarang tidak, sih.. tapi tadi saat bicara dengan Nona Helcia terlihat seperti kau benar-benar akan melakukannya." Airos tampak berpikir keras, jujur saja bagi Airos, Kaisar adalah satu-satunya orang yang tak bisa ia tebak jalan pikirannya, bukan hanya dirinya, tapi orang lain pun akan berpikiran yang sama.

Kaisar Alcacio selalu membuat pernyataan yang seakan bertentangan dengan perkataan atau tindakan awalnya, namun pada akhirnya pria itu selalu berpegang pada prinsip pertama. Sulit ditebak, tak tau apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Sang Kaisar. Satu hal yang sangat Airos ketahui, Kaisar sangat suka mempermainkan lawannya hanya dengan kata-kata. Tak jarang, lawannya pun menjadi ikut termanipulasi oleh perkataan Kaisar.

Terdengar sepele namun sebenarnya sangat menyeramkan, membuat orang lain tunduk hanya dengan beberapa kalimat, dan tanpa sadar mengikuti keinginan Sang Kaisar. Tidak, tak hanya sekedar mengancam lawannya, pria itu lebih sering mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuat pikiran dan emosi lawannya menjadi tak stabil. Tak lupa dengan senyuman khasnya yang lebih terlihat mengintimidasi, daripada tatapan tajam dan kalimat dingin yang menusuk.

"Kau tau aku orang yang bagaimana, Airos. Lagipula selama ini aku hanya mengelabui orang-orang dengan mengangkat beberapa selir. Pada awalnya aku sangat tak tertarik dengan wanita-wanita itu, dan di akhir pun akan tetap sama."

The Emperor's Maid (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang