C H A P T E R 35 : Liontin Asing

6.3K 585 25
                                    

Tubuh yang dibaluti gaun tidur putih itu beberapa kali berguling tak beraturan, terlihat seperti seekor cacing kepanasan. Entah apa yang merasuki Helcia saat ini, gadis itu tak henti-hentinya berguling ke kanan dan ke kiri di atas ranjang empuknya. Wajahnya terlihat merona merah seraya mulutnya beberapa kali bergumam dengan kata 'bodoh'. Setelah beberapa menit berlalu, pada akhirnya gadis itu kelelahan juga. Ia lebih memilih menyembunyikan wajahnya yang memerah bak kepiting rebus di atas bantal.

Pikirannya kembali melayang pada percakapannya dengan Kaisar Alcacio semalam.

"Aku sangat merindukanmu, rasanya aku ingin mengurungmu di kamarku saat ini juga. Bermain-main sedikit sebagai sepasang kekasih tidak buruk juga. Bukan begitu, Sayang?"

Sontak wajah Helcia memerah dengan begitu jelas, ia meneguk salivanya yang terasa kering guna berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdebar tak karuan. Rileks, Helcia. Beberapa kali otaknya mengingatkannya hal itu, mencoba untuk mempertahankan sisi kewarasannya. Barang kali apa yang ia pikirkan berbeda dengan maksud dari ucapan Kaisar Alcacio.

"Bermain?"

"He'um. Melakukan ini dan itu.. mungkin?"

Ambigu, hanya itu yang dapat Helcia pikirkan. Melakukan ini dan itu—gadis itu gemas sendiri karena pria di hadapannya tidak mau mengatakan maksud dari yang sebenarnya. Tidak, Helcia tidak boleh terperdaya untuk kedua kalinya. Terakhir kali Kaisar Alcacio pernah mengatakan kalimat-kalimat yang ambigu seperti ini, berujung dengan dirinya yang dicap 'agresif' dan 'nakal' oleh pria itu. Mana Helcia tau jika pria itu hanya berniat menjahilinya?!

Kali ini ia tak akan terkena jebakan yang sama!

"Ini dan itu? Tidak bisakah Yang Mulia mengatakan yang lebih jelas? Ini dan itu, apa maksudnya?" Helcia tersenyum datar, mencoba untuk lebih bersabar.

Kaisar Alcacio tertawa pelan melihat reaksi Helcia yang terlihat menahan geram. Sepertinya kekasihnya ini sudah mulai kebal ia jahili. "Menurutmu apa yang dilakukan sepasang kekasih di dalam kamarnya? Kau cukup dewasa untuk mengetahui hal itu, Sayang." Ibu jari dan telunjuknya menyentuh dagu Helcia, netra emasnya menatap dengan intens. Helcia sedikit gemetar melihat senyuman miring yang terpatri di wajah bertopeng itu.

"Kenapa? Mau lebih kujelaskan?"

"A-apa? Tidak!" Helcia dengan cepat menggelengkan kepalanya, menatap Kaisar Alcacio dengan tatapan horor.

"Kalau begitu, kau saja yang jelaskan. Aku ingin tau, seberapa pahamnya kekasihku ini." Pinta pria itu dengan tatapan menggoda.

"Tidak mau! Dasar mesum!" Rona merah di wajahnya tak dapat Helcia tahan lagi, gadis itu memilih untuk menyembunyikan wajahnya di dada Kaisar Alcacio, sesekali memukul pelan lengan kekar yang melingkar di pinggangnya.

"Imutnya.."

Kaisar Alcacio mencium gemas surai Helcia yang harum, seperti harum vanila yang manis, begitu memabukkan hingga membuatnya candu. Sesekali pria itu terkekeh geli melihat tingkah Helcia yang malu-malu, tangannya dengan lembut mengelus surainya yang bergelombang, lalu turun mengelus punggung gadis itu hingga ke pinggulnya. Tanpa sadar pria itu menahan napasnya, menelusuri tiap lekukan tubuh kekasihnya yang terlihat indah. Hatinya sedikit berdesir, mencoba mengabaikan perasaan asing yang tiba-tiba menghangatkan hatinya.

"A-apa.. Yang Mulia mau melakukannya?" Kalimat kurang ajar itu meluncur begitu saja dari mulut Helcia. Seketika itu juga gadis itu merutuki perbuatannya, entah setan apa yang merasukinya hingga berani menanyakan hal mesum seperti itu. Dengan gelagapan Helcia mencoba menjelaskan, "m-maksudku—aku tidak bermaksud untuk-"

The Emperor's Maid (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang