C H A P T E R 29 : Syarat

7.4K 778 37
                                    

"Jadi, apa kekasihmu ini boleh bergabung?"

Tatapan intens nan tajam itu membuat hati Helcia berdesir, antara rasa rindu dan takut bercampur aduk. Entah kenapa, tatapan Kaisar Alcacio kali ini terlihat berbeda dari biasanya. Netra emas itu tak lepas—terus menatap matanya seakan mencari sesuatu yang ia sembunyikan. Helcia meneguk salivanya, menyadari saat ini Kaisar Alcacio sedang marah padanya, namun ia tak tau pasti apa kesalahannya.

"S-selamat malam, Yang Mulia." Cicit Helcia begitu kecil.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya, "ini sudah menjelang pagi."

"Oh! Kalau begitu selama-"

"Ignatius," memotong ucapan Helcia, pria itu memberi isyarat pada Ignatius untuk segera pergi yang langsung dipatuhi olehnya.

Kepergian Ignatius semakin membuat Helcia tak nyaman. Gadis itu awalnya memang ingin bertemu dengan Kaisar Alcacio, namun jika pria itu mengeluarkan aura aneh seperti ini membuat Helcia lebih baik berdiam diri saja di kamarnya sampai pagi. Gadis itu sedikit merengut kesal, setelah seharian mereka tidak bertemu dan akhirnya ada kesempatan kecil seperti ini, kenapa pria itu malah bersikap seperti ini padanya?

Beberapa saat mereka saling tatap tanpa satupun dari mereka yang berniat mengeluarkan suara. Helcia mencoba menahan degup jantungnya, ia merasa ngeri dengan situasi seperti ini. Ditambah suasana istana yang terasa sunyi dan sepi. Belum lagi tatapan tajam milik Kaisar Alcacio membuat bulu kuduknya meremang. Gadis itu memilih mengalihkan pandangannya, tak kuat jika harus berlama-lama menatap netra emas itu.

"Helcia.."

Panggilan lirih itu membuat Helcia kembali menatap pria di hadapannya, "ya?"

Kaisar Alcacio melangkah maju, mencoba mengikis jarak di antara mereka—membuat Helcia spontan melangkah mundur. Namun tetap saja, pada akhirnya gadis itu tetap terpojok. Ia mendongak, menatap Kaisar Alcacio yang kini tengah menghimpitnya di antara dinding dan tubuh atletisnya. Apa yang harus ia lakukan di situasi seperti ini?

"Yang Mulia?" Helcia mencoba keluar dari atmosfer yang begitu sesak ini, namun percuma saja, rengkuhan erat di pinggangnya dan juga tangan Kaisar Alcacio yang mencengkram pelan sisi wajah Helcia menggunakan jempol dan jari telunjuknya—membuat Helcia mau tidak mau harus tetap berada di posisi yang menyesakkan.

"Apa saja yang kau lakukan hari ini?" Tak ada lagi tatapan tajam, digantikan dengan tatapan datar yang berhasil membuat Helcia semakin menciut.

"S-saya hanya berjalan-jalan di istana ini.."

Tak ada lagi sautan yang semakin membuat jantung Helcia berdegup kencang. Tidak mungkin kan Kaisar Alcacio marah karena mengetahui apa saja kegiatannya hari ini? Pria itu tidak mungkin tau apa yang Helcia lakukan, tidak mungkin juga Ignatius ataupun Airos yang memberitahu—seharian ini juga Helcia tidak bertemu dengan dua orang kepercayaan Kaisar itu. Namun kenapa rasanya, Helcia seperti tertangkap basah? Hanya dengan tatapan dari balik topeng emas itu benar-benar membuat Helcia seperti maling yang tertangkap basah.

"Oh.."

Oh?

"Kau datang untuk menemuiku?"

Tak ada lagi tatapan tajam ataupun datar, kini Helcia dapat melihat Kaisar Alcacio yang menyeringai kecil dengan tatapan jahilnya seperti biasa. Kemana perginya Kaisar Alcacio yang dingin beberapa detik lalu? Kenapa pria itu bisa berubah dalam sepersekian detik? Walau tentu saja, Helcia terbebas dari atmosfer yang menyesakkan, tapi tetap saja seakan ada hal ganjal yang membuat hatinya merasa ragu.

"Tidak, saya tidak berniat menemui Yang Mulia." Gadis itu menyangkal, berusaha bersikap seperti biasa—mencoba mengikuti alur yang dibuat oleh pria di hadapannya.

The Emperor's Maid (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang