KP °° 13

340 82 24
                                    

Boleh membual manis, asal ada pembuktian dibalik bualan itu.

Kegelapan Putih.
-
-
-

Melihat pengorbanan seseorang yang sepenuh hati dilakukan untuk kita, rasanya sangat menaklukan hati.

Seperti halnya yang dirasakan Putih ketika lagi-lagi seorang Elanang Munggaray menyelamatkannya, ekspresi wajahnya yang penuh rasa khawatir kala itu, masih terekam jelas dalam ingatannya. Entah mengapa dia sangat menyukainya.

Namun dibalik itu semua Putih menyadari satu hal, Lanang adalah pengawal pribadinya. Mungkin Lanang hanya memenuhi tanggung jawabnya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Nona?"

Suara bariton itu berhasil membuyarkan lamunan gadis cantik dengan gaunnya yang lusuh, Putih mendapati Lanang yang berdiri di daun pintu dan mulai mengayunkan kaki ke arahnya.

Saat ini sementara Putih dapat melihat karena masih berada di kehidupan citah.

"Terimakasih, Lanang. Berkat susu yang kau berikan, bicaraku jadi lebih lancar dan tubuhku dapat bergerak lagi." Putih tersenyum manis.

Nyatanya senyuman Putih menular pada Lanang, laki-laki itu mendudukan diri di tepi ranjang tempat Putih berbaring.

"Kau pasti sangat ketakutan berada di sana menghadapi Nona threaten? Maafkan saya karena datang terlambat," ucap Lanang penuh penyesalan.

"Tidak apa, Lanang. Dalam ketakutanku, wajahmu dan tutur katamu selalu melintas dikepalaku, hal itu membuatku tenang."

Lanang mengulas senyum tipis, mengelus pelan pelipis Putih menggunakan ibu jarinya.

Tok...tok...tok

"Permisi..." seseorang bertubuh jangkung dan memiliki otot bisep yang besar menyembulkan kepala di daun pintu.

"Masuklah, Agung!" titah Lanang yang segera dilaksanakan oleh pria bernama Agung itu.

Alis tebal yang tegas dari Agung nyatanya membuat Putih sedikit ketakutan, dia beringsut perlahan mendekati Lanang.

"Hey, Nona. Mengapa kau ketakutan seperti itu melihat wajahku? Padahal Ibu ku bilang, aku ini sangat menggemaskan," celetuk Agung ketika melihat gelagat Putih.

Putih mengerjap sambil menyunggingkan senyum canggung, "ah, bukan seperti itu."

Lanang geleng-geleng kepala melihat tingkah Agung yang sangat percaya diri itu.

"Tidak perlu khawatir, Nona. Agung merupakan pengawal pribadi saya," jelas Lanang dengan menggenggam sebelah tangan Putih.

Gadis itu mengangguk pelan, sedikit menundukkan kepala memberi salam pada Agung.

Melihat hal itu Agung tersenyum senang.

"Namanya Agung Prastakara, dia pengawal sejati saya sejak lama. Dia menghabiskan waktu 30 tahun belajar mantra agar dapat menjadi pengawal saya, dan kali ini saya memanggilnya karena Agung ingin memberi informasi mengenai Nona threaten," jabar Lanang membuat Agung merasa bangga.

"Kalau begitu silahkan duduk." Putih mempersilahkan.

"Baik, Nona." Dengan sigap, Agung duduk di sisi ranjang tepat di sebelah kiri Putih membuat Lanang mendelik.

"AGUNG!" bentak Lanang membuat Agung terjingkat, bahkan jantung Putih sampai lompat-lompat dibuatnya.

"Berani sekali kau dekat-dekat dengan gadisku? Putih ini milikku, kau cari saja gadis lain!" kesal Lanang yang sedikit menggelitik perasaan Putih.

Kegelapan Putih (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang