KP °° 06

431 83 47
                                    

Tidak ada yang namanya sakit hati ditinggal kekasih, perasaan kita saja yang menganggap hal itu menyakitkan.

Elanang Munggaray.
-
-
-

Nona Putih👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nona Putih👑



Lanang membantu Putih menuruni tangga kolam renang, gadis itu ingin berendam di kolam sore hari seperti ini.

Kali ini Putih mengenakan selendang panjang berwarna ungu yang membelit tubuhnya, rambut panjangnya digulung ke atas menampilkan leher jenjangnya yang menguarkan aroma manis.

"Lanang, bisakah kau deskripsikan indahnya pemandangan di belakang rumah ini?" tanya Putih dengan mata yang tak berfungsi itu terlihat berbinar.

"Sebelumnya sudah ku bilang, sentuhlah dadaku jika ingin tahu seberapa indahnya alam di sekitar kita," jelas Lanang.

Putih tersenyum, Lanang menuntun tangan gadis itu untuk mendarat didadanya. Putih mendadak gemetar ketika telapak tangannya sudah mendarat di sana, ternyata Lanang tak mengenakan pakaian atas, bahkan Putih dapat merasakan bulu-bulu halus disekitar dada gagah Lanang.

"Indah bukan?" tanya Lanang yang diangguki Putih.

Indah, dadamu sungguh keras dan indah, tanganku terasa merekat bahkan enggan menariknya kembali, sorak Putih dalam hati.

"Saya dapat mendengar isi hatimu, Nona." Perkataan Lanang membuat Putih tersentak, dengan segera dia menarik tangannya, pipinya memerah.

"A-apa? S-sungguh?" Putih tergagap.

"Katamu dadaku begitu keras dan indah, bukan?" Lanang terkekeh, "saya dapat membaca pikiranmu karena kau sudah pernah menginjakkan kaki di kerajaan cheetah."

Putih menutup mulutnya sendiri, "apakah keluarga citah mu juga dapat mendengar isi hatiku?"

"Tentu hanya saya, sang se meresta." Lanang mencubit gemas pipi bulat milik Putih yang masih terdapat semburat merah disana.

Kepala Putih berdenyut nyeri menyadari kekuatan Lanang bukan hanya menghentikan hujan atau membuat petir, laki-laki itu bahkan mampu membaca pikirannya, ah! Putih jadi malu.

"Apa kepalamu sakit karena tahu kehebatanku? Kau tak perlu merasa malu padaku, Nona," cerocos Lanang membuat Putih mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri.

"Arghh, Lanang. Berhenti mendengarkan isi hatiku!" seru Putih yang justru terdengar menggemaskan.

"Saya tidak sengaja mendengarnya," jawab Lanang dengan wajah polosnya.

"Kalau begitu tutup saja telingamu!"

"Tidak bisa Nona Putih, bisikanmu saja terdengar begitu jelas ditelingaku."

Putih menghela napas pelan, dia mengayunkan kakinya didalam air. Sesekali mencipratkan air ke samping hingga mengenai tubuh Lanang, laki-laki itu hanya diam saja.

Kegelapan Putih (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang