Lama tak jumpa, boleh dungs minta bintangnya dulu☺
-
-
-
Semenjak bertemu dengan Roro Putih Kanana yang asli kemarin, Femila terus menempel pada Lanang seolah perangko, sepertinya bumbu-bumbu cinta mulai tertuai di hatinya. Sayangnya Femila masih enggan mengakui hal itu.Masih bersemayam ditubuh Roro Putih Kanana dengan penuh kegelapan, Femila masih berusaha bertahan dan menyelidiki Nona threaten atas bantuan Lanang.
"Kau ingin pergi ke kerajaan citah?" tanya Lanang ketika mendengar ajakan Femila tadi.
"Iya, aku ingin bertemu Agung, aku merindukannya."
Lanang terlihat tidak suka dengan ucapan gadis di sampingnya, dia menatap Femila dengan bibir yang sedikit mengerucut dan alis yang mencuram penuh.
"Saya lebih tampan daripada Agung," cetus Lanang sangat percaya diri.
Femila ingin tertawa mendengarnya, namun ia masih ingin membuat Lanang kesal, "aku tau, tapi aku sangat merindukannya saat ini."
"Apa yang Agung miliki dan saya tidak memilikinya, sampai kau begitu merindukannya? Saya telah memberikan cinta hanya untukmu, pengorbanan, dan segalanya. Apa semua itu belum cukup sehingga kau ingin berpaling pada Agung?" oceh Lanang yang kini berhasil membuat Femila tertawa kencang.
Apa-apaan laki-laki bertubuh tegap dan kuat ini? Dia mudah sekali cemburu, Femila jadi gemas sendiri.
"Putih."
Tawa Femila sedikit mereda dan ekspresi Lanang berubah datar ketika suara Alira terdengar memasuki taman dan berjalan menghampiri keduanya.
"Kak Alira? Kau mencari ku?" Femila bangkit dari duduknya, dengan segera disusul oleh Lanang.
Alira tersenyum kecut kala netranya menangkap tangan kekar Lanang yang menggenggam erat tangan Femila seolah takut gadis itu terluka.
"Putih, aku membawakan sesuatu untuk mu," bisik Alira membuat Femila tersenyum.
"Apa itu?"
"Tebaklah."
Femila mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke dagu seolah sedang berpikir keras, hal itu membuat bibir Lanang tersungging walaupun sangat tipis.
"Coklat?" tebak Femila yang dibalas gelengan Alira.
Gadis cantik dengan rambut sepunggung bergelombang itu mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya, dia menyerahkannya ke tangan Femila dengan wajah senang.
"Apa ini, Kak?" Femila meraba-raba benda asing yang diberi Alira.
"Tongkat untuk mu, benda itu dapat mempermudah kau berjalan agar tidak menabrak," jelas Alira membuat Femila tersenyum senang.
"Terimakasih, Kak. Aku menyayangimu."
"Bukankah Nona Putih tidak diperbolehkan memegang tongkat?" sambar Lanang membuat keduanya terdiam.
Alira menunduk tak berani melihat tatapan tajam Lanang, "A-ayah dan Ibu sudah mengizinkan."
"Benarkah?"
"Iya, kau bisa bertanya langsung pada mereka jika tak percaya pada ku," jawab Alira masih si posisi semula.
Lanang mendengus, entah mengapa setiap kali melihat sosok Alira membuatnya gerah dan emosi.
"Baiklah, sebaiknya kau kembali masuk sekarang, Nona Alira. Tidak seharusnya kau berkeliaran tanpa Pangestu--pengawal mu."
Mendengar Lanang mengusirnya membuat mata Alira berkaca-kaca. Tanpa sepatah kata, gadis itu berlari masuk ke dalam mansion.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kegelapan Putih (LENGKAP)
FantasíaFemila merupakan gadis miskin yang serba kekurangan, sifatnya yang urakan sudah menjadi ciri khas dirinya, namun apa jadinya jika tiba-tiba dia terbangun dari koma tapi bukan menjadi Femila kembali. Melainkan menjadi gadis cantik dari keluarga berad...