KP °° 12

343 79 35
                                    

Jangan pernah membuat cerita singgah yang tak sungguh!

Kegelapan Putih.
-
-
-

Lanang mulai mengayunkan kakinya menuju bangunan tua yang di depannya terdapat ilalang, banyak dedaunan kering yang tertumpuk tepat di pintu masuk yang catnya sudah terlihat pudar.

Sunyi, sepi, Lanang dapat merasakan hawa dingin disekitarnya. Perlahan dia mendorong pintu hingga mengeluarkan bunyi berdecit. Gelap sekali.

"Bagaimana mungkin saya menemukan Nona Putih dalam waktu singkat, jika ada banyak lorong seperti ini," gumam Lanang ketika penglihatannya menangkap beberapa lorong yang dipenuhi sarang laba-laba.

Lanang meraba saku jasnya, bodoh sekali dia meninggalkan ponselnya di mansion. Sedangkan Lanang tak punya banyak waktu untuk pergi kembali ke mansion, tetapi dia butuh bantuan yang lain agar cepat menemukan Putih karena firasatnya mengatakan gadis itu ada di gedung tua ini.

Setelah beberapa detik menimang resiko yang akan dialaminya, Lanang memberanikan diri untuk mencari Putih sendirian di sini. Dia akan berusaha sekuat tenaga.

Dengan langkah pelan dan penuh hati-hati, kaki Lanang melangkah menuju lorong yang letaknya paling tengah, sejajar dengan pintu masuk.

Krek!

Jantung Lanang seakan terlepas dari tempatnya kala mendengar bunyi itu, ternyata hanya sebuah ranting yang terinjak oleh sepatunya sendiri.

"Penculik itu sangat rapi, dia tidak meninggalkan jejak apapun di sini." Lanang bermonolog sambil mengelus dagunya.

Ternyata lorong tengah yang ia masuki hanya terdapat tumpukan barang yang usang, dan sepertinya tidak ada orang didalamnya.

Otak Lanang kembali berpikir, dia menatap lorong pertama yang letaknya dekat dengan pintu utama. Mungkinkah lorong itu akan membawanya bertemu dengan Putih? Karena seseorang akan mudah melarikan diri jika ada yang memergoki.

Dengan gerakan cepat laki-laki itu berpindah tempat pada lorong pertama, iris mata Lanang menyala berwarna kuning layaknya mata citah pada umumnya.

Dia dapat mengendus aroma tubuh Putih dalam jarak dekat, Lanang terus mendekat hingga dia menemukan sebuah pintu besar nan tinggi berwarna merah tepat dihadapannya.

"Nona." Gigi Lanang bergemelatuk geram melihat Putih terbaring tak berdaya di meja besar yang terdapat di dalam ruangan pintu bercat merah ini.

Bahkan dia dapat melihat seseorang berjubah merah dengan penutup kepala dan topeng sedang berdiri di samping tubuh Putih dengan sebuah suntikan yang cairannya berwarna kuning.

Ketika orang berjubah yang tak lain adalah Nona threaten itu hendak menyuntikkan cairan tersebut ke lengan Putih, tiba-tiba suara mengerikan membuatnya urung...

Aauummm!

Sontak spuit digenggaman Nona threaten terjatuh mendengar auman keras dari depan pintu, matanya membelalak melihat seekor citah berukuran besar, bahkan lebih besar dari pintu terpampang nyata dihadapannya.

"Me-mengapa ada citah sebesar itu?" Nona threaten tergagap, tanpa memperdulikan Putih dia berlari menuju pintu penghubung yang lain.

Nyatanya auman keras tadi berhasil membuat Putih membuka matanya, juga ikatan dikedua kaki dan tangannya.

Lanang berwujud citah lantas menghampiri Putih, dia merubah wujud menjadi manusia biasa dan segera membawa Putih dalam dekapannya.

"Maaf saya datang terlambat, kau pasti sangat ketakutan hm?" ucap Lanang dengan nada cemas.

"Hiks..." Putih hanya dapat terisak sambil mencengkram kuat kemeja milik Lanang, masih terekam jelas dalam ingatannya bagaimana Nona threaten menyiksa dirinya.

"Jangan menangis, saya merasa gagal menjadi laki-laki jika wanita saya menitikan air mata." Ibu jari Lanang mengusap air mata Putih, "tidak perlu khawatir, saya bersamamu sekarang."

Putih mengangguk samar, hanya dengan mendengar suara Lanang dan merasakan kembali pelukannya sudah membuat Putih baik-baik saja.

Laki-laki itu segera membawa Putih meninggalkan bangunan tua ini, maniknya menelusuri sekitar, takut Nona threaten menyerang dari belakang.

"Lanang," panggil Putih lirih, dalam hati dia sangat bersyukur karena sudah dapat membuka mulutnya lagi.

"Iya sayang?" Lanang menunduk, menatap lembut Putih didalam gendongannya.

Masih dalam kawasan yang belum dibilang aman, sempat-sempatnya siluman citah ini membuat hati seorang Putih berdebar kencang.

"Apa kau baik-baik saja, Nona? Tubuhmu terasa begitu kaku," tanya Lanang khawatir, dia menurunkan Putih dalam gendongan dan meletakannya diatas tumpukkan daun kering.

"No-nona threaten menyuntikkan s-sesuatu ke dalam tubuhku sehingga mengakibatkan tubuhku kaku," jelasnya dengan rintihan kecil.

Lanang semakin dibuat emosi oleh kenyataan ini, tanpa disangka bibir Lanang mendarat dikening Putih, mengecupnya lama dengan penuh kasih sayang yang kehangatannya menjalar sampai dada Putih.

Air mata Putih sampai kembali luruh dibuatnya.

"Hiks... Lanang, bagaimana jika aku berubah menjadi manekin hiks... karena cairan itu?" Putih mencengkram erat gaunnya.

"Mari kita pergi ke kerajaan citah, kau harus meminum susu citah sebelum terlambat, Nona," ujar Lanang tegas.

Putih menggeleng, "aku takut."

"Mengapa kau harus takut sedangkan perisai mu sedang mendekap erat tubuhmu saat ini?" Lanang tersenyum manis yang membuat seluruh jiwa raga Putih berantakan.




Bersambung....

Vote dan komen dong cantik ganteng☺💗

Vote dan komen dong cantik ganteng☺💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nona cantik☺

Siluman tampan🤤

Kegelapan Putih (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang