Pria bersurai perak itu menatap bingkai dihadapannya dengan mata kosong. Rumahnya tampak gelap tidak ada secerca cahaya disana kecuali cahaya dari petir yang menggelegar, malam hari yang dingin setelah ia pulang dari makam ayahnya Kakashi hanya diam terduduk selama lima jam menatap bingkai ayahnya yang baru saja meninggalkannya. Dingin. Hawa disekitarnya menjadi sangat dingin ditambah udara dari luar membuat Kakashi menggigil.
"Tou-san." memanggil ayahnya dengan suara bergetar, berharap semua ini hanyalah mimpi
Ia tidak tahu dirinya tengah sadar atau tidak tetapi yang jelas Kakashi belum mengeluarkan cairan bening itu, dia sama sekali tidak menangis hanya ada tatapan kosong dimata onyx itu, mulutnya pun tak dapat merapal dengan jelas.
Ayahnya baru saja mati dan putranya sama sekali tidak menangis. Yah dia memang tidak menangis tetapi hati dan tubuhnya terasa remuk redam seperti tertimpa berton-ton tembaga. Menusuk jantungnya hingga menembus kebelakang tubuhnya, mengoyak jantung itu hingga tak terbentuk.
Sekarang ia harus berekspresi seperti apa? Menangis sambil menjerit dihadapan bingkai yang hanya diam dan menatapnya? Tidak. Haha dengan kesalahan ayahnya sendiri hingga mati dengan konyol karena melanggar aturan kah? Apakah temannya seberharga itu hingga ia lupa jika pria tua itu memiliki anak yang selalu menunggu kedatangnya setelah menyelesaikan misi? Ia tersenyum getir bibirnya tersenyum tetapi matanya tidak bisa berbohong, semua terlihat jelas disana dan mata itu terlihat hitam kosong dan seperti tidak ada kehidupan.
Tangan Kakashi mengepal kuat dengan menatap tajam bingkai dihadapannya dia bersumpah tidak akan pernah mengikuti jejak ayahnya. Kakashi menghembuskan nafasnya, kemudian memejamkan matanya beberapa detik hingga mata onyx itu terbuka dan menampakan wajah datar seperti tidak terjadi apapapun.
Ia akan segera melupakan semua ini dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Dengan menarik masker itu menutupi kembali separuh wajahnya dengan langkah gontai Kakashi meninggalkan kamar bercat coklat, menutup pintu kayu itu dan bersumpah tidak akan memasuki kamar ayahnya lagi. Ini adalah yang terakhir.
Hidup sendiri dan mulai terbiasa dengan kesunyiaan sudah Kakashi lewati hingga tiga tahun, waktu berjalan dengan cepat dan terasa begitu singkat, ia melupakan kenangan pahit dihidupnya dalam kepingan, membuangnya jauh dan tak ada keinginan menyematkan kenangan menyakitkan itu.
Kakashi hanya mengingat tetapi tidak lagi merasakan tampaknya hatinya telah membeku seperti kutub utara dan selatan. Hingga siapapun yang berani mengusik hidupnya Kakashi tidak akan segan-segan untuk menodongkan kunainya dan melayangkan tatapan mengerikan membuat siapapun tidak ingin berhadapan dengan Kakashi.
Ia telah menjelma sebagai seseorang yang sangat dingin dan tak bisa didekati, Kakashi tidak pernah memiliki teman selepas kematian ayahnya sang legendaris ninja Konoha. Laki-laki bersurai perak itu merasa tidak perlu ada siapapun yang repot repot mengurusi hidupnya, ia sudah bisa melakukan semua sendiri hingga akhirnya ia bertemu dengan tim 7. Tim yang merubah hidup Kakashi pandangan yang penuh kegelapan itu kini menemukan secerca cahayanya.
Tetapi semua itu tidak akan berangsur lama.
Bug
Kakashi terperanjat matanya terbuka lebar dan mulutnya yang menganga dari balik maskernya, batu besar itu telah terjatuh dan mengenai tubuh kawannya, Uchiha Obito. Laki-laki yang penuh semangat dan selalu mengalun-alunkan jika dirinya pasti menjadi Hokage dimasa depan nanti, kini telah tergeletak tak berdaya setelah tertimpa reruntuhan goa yang menjadi tempat persembunyian tim 7 tim Kakashi, Obito, dan Rin.
Kakashi mengumpat kemudian menghampiri Obito dengan tubuh yang bergetar, ia baru saja kehilangan matanya karena serangan musuh dari desa lain, kini ia harus kehilangan Obito? Yang benar saja! Kakashi bersumpah seraya merutuki dirinya sendiri karena bertindak ceroboh seperti ini. Ia harusnya melindungi anggotanya sebagai ketua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unthinkable
FanfictionKakashi sejak kecil sudah menelan kenyataan pahit dan hidup penuh dengan kegelapan semenjak ayahnya pergi, semenjak Hatake menjadi bahan cemohan penduduk desa karena insiden yang membuat ayahnya tewas, semua hidupnya yang berwarna kini hanya ada keg...