"Aku tidak tau sejak kapan aku begitu mendambakan waktu, waktu yang terasa begitu cepat berlalu jika berada didekat mu. Sekarang yang ku inginkan hanya waktu dapat terhenti."Chord Overstreet - Hold On
-
Kakashi bergerak tangannya ia sampirkan kebawah mengambil kunainya dengan gerakan perlahan kemudian memotong benang hitam yang berada tepat dibawah kakinya. Jebakan yang dibuat oleh ninja Amegakure tampaknya tidak berhasil mengelabui ninja terbaik dari Konoha.
"Kakashi Sensei kau sudah menemukannya?" Sakura bertanya dengan wajah gusar
Pria itu tidak menjawab, Kakashi lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya berjalan dengan pelan langkah demi langkah ia lewati sebisa mungkin ia tidak menginjak apapun yang mungkin akan membelah tubuhnya menjadi dua, pandangannya fokus berada didepan ia mengaktifkan sharingannya kemudian tepat berada dibalik pohon ia menemukan apa yang selama ini menjanggal—srett Kakashi menarik benang yang terikat disebuah ranting pohon kemudian melayangkan kunainya keatas dimana jaring-jaring raksasa itu terjun bebas dari pohon lebat diatas mereka kemudian beberapa benda aneh turut terjun beriringan dengan ribuan senjata yang akan mendarat kearah mereka.
"Lari!" pekik Kakashi
Kemudian kedua ninja itu menjauh dari sana terdengar ledakan dari tempat mereka beriringan dengan senjata yang menancap ditanah dan pepohonan beruntung dengan timing yang tepat mereka tidak terkena satu gores pun dari jebakan yang mematikan itu.
"Sakura kita harus pergi cepat dari sini, jebakan itu membuat mereka akan segera ke tempat jadian." Kakashi memerintah yang dibalas anggukan oleh gadis tersebut
Keduanya berlari secepat mungkin ranting demi ranting mereka pijaki hingga setelah berhasil keluar dari hutan terlihat sungai yang besar dan luas tidak ada lagi daratan disekitar sana kecuali sungai yang terbentang, Kakashi bergeming otaknya sedang berpikir.
Sedang Sakura yang berada dibelakang Kakashi terpengarah matanya membelak lebar ketika dirinya tidak melihat daratan didepan sana, matanya melirik kebawah terlihat sungai yang deras dengan warna keabu-abuan, seketika lidahnya terasa kelu.
"Kakashi Sensei apa kita harus kembali dan meneruskan perjalanan melalui tempat jebakan itu?" Sakura menoleh berharap Kakashi menjawabnya dengan cepat
Tetapi yang ia dapatkan hanya Kakashi yang diam tampak tengah berpikir dengan sharingannya yang menyoroti sungai deras itu—hingga suara pijakan, gerombolan orang tengah mendekat kearah mereka Sakura memekik tertahan kedua tanganya dengan cepat menutupi mulutnya.
Ia menoleh kearah Kakashi yang masih saja terdiam dengan kening yang berkerut. Sementara Sakura sudah tampak frustasi pria itu tidak memberikan perintah atau keputusan apapun membuat Sakura tidak bisa lagi menunggu.
Sakura membalikan tubuhnya mengambil mode kuda-kuda menyampirkan jubah putihnya, mengambil shuriken dari saku ninjanya mata emerlard itu menatap kearah depan dengan tajam bersiap melayangkan shurikennya hingga sebuah tangan menariknya terjun kebawah—kebawah sungai yang deras. Apa?
"Tunggu ap—tidak!!!"
Sakura selalu berharap jika dirinya dapat membantu Konoha dengan seluruh kemampuan yang ia miliki, dengan berlatih, berlatih dan berlatih untuk menjadi kuat untuk dapat berjalan bersejajar dengan rekan-rekannya, tim 7. Setelah tim itu dinyatakan bubar dan berpisah dengan jalan ninja masing-masing membuat Sakura berkalut dilanda kesedihan setiap malamnya ia hanya dapat menangis dan menangis dengan nasib tim yang hancur berantakan.
Hingga tekadnya membuat Sakura berubah, ia ingin berubah menjadi kuat dan lebih kuat dari sebelumnya gadis bersurai merah muda itu dengan nekat mendatangi ruang Hokage meminta Tsunade—Godaime Hokage membimbingnya untuk menjadi Kunoichi terkuat dan untuk mendapatkan itu harus dibayar dengan harga yang setimpal. Dengan menagabaikan tubuh yang telah remuk redam ketika berlatih dengan Tsunade karena yang penting adalah ia dapat berjalan bersejajar dan tidak lagi melihat kedua punggung itu. Punggung Naruto dan Sasuke ia tidak ingin lagi menjadi lemah dan hanya bisa dilindungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unthinkable
FanfictionKakashi sejak kecil sudah menelan kenyataan pahit dan hidup penuh dengan kegelapan semenjak ayahnya pergi, semenjak Hatake menjadi bahan cemohan penduduk desa karena insiden yang membuat ayahnya tewas, semua hidupnya yang berwarna kini hanya ada keg...