Setelah suasana kembali mencair dengan lawakan Lee dan Gai serta Kakashi yang tertawa lepas melihat kelucuan mereka membuat suasana itu kembali seperti semula, semua orang melanjutkan pestanya dan memilih untuk berhenti bermain. Atau korban selanjutnya berjatuhan, tidak ada yang boleh bersedih dipesta malam ini.
Sedang Kapten Yamato yang datang terlambat menjadi sasaran empuk para senpainya mengerjai hingga pria yang biasa memakai hitai-ate logamnya itu harus mengumpat keras ketika Kurenai dan Anko menanyakan masalah kelajangannya dan betapa kakunya sang Kapten.
Yamato yang ingin mendapatkan makanan gratis itu harus menahan kesabarannya demi mendapatkan seporsi daging sapi yang akan mengisi perutnya yang kelaparan.
Sebenarnya ia melajang sampai sekarang karena terlalu sibuk. Ia tidak memiliki waktu untuk hal seperti itu.
Disisi lain, tampak seorang gadis dengan surai yang tergerai angin malam yang menyapu permukaan wajahnya hingga kulit putih itu semakin tampak bersinar layaknya kejora tampak memeluk tubuhnya yang kedinginan, udara malam begitu menusuk hingga ketulang membuat bibir mungil itu mengeluarkan uap disekitarannya, menepatkan dirinya disamping kedai dengan mencari udara segar dimalam hari. Sakura sedang berusaha menghilangkan efek mabuk yang terasa mengganggu.
Sebenarnya ia tidak masalah dengan itu, namun masalah utama baginya adalah menghilangkan rasa canggung yang mungkin hanya dirinya sendiri yang merasakan. Tidak ingin melibatkan lebih lama lagi didalam pesta, Sakura takut jika dirinya akan berbuat hal dibatas wajar.
Seperti mengatakan hal yang sebenarnya didepan banyak orang. Uh! Membayangkannya saja membuat bulu kuduknya meremang. Pesta dan alkohol dua hal yang tidak boleh terjadi dalam bersamaan.
"Sakura?"
Tampaknya yang datang terlambat ke pesta Rokudaime bukan hanya Kapten Yamato, tetapi pria bermata safir yang kini menghampirinya.
Kedua netra itu menyipit tanda jika Naruto sedang bingung dengan Sakura yang berdiam diri diluar.
"Kenapa kau malah sendirian disini? Kau harus masuk Sakura-chan udara malam begitu dingin."
Naruto tampak khawatir karena tuduhannya terbukti ketika melihat hidung dan kedua pipi Sakura yang memerah. Apalagi gadis itu memakai pakaian tipis dan celana pendeknya.
Kemudian gadis bersurai merah muda itu tersenyum, "Aku sedang berusaha meredakan mabuk ku Naruto. Kau masuk saja, sebentar lagi aku harus pulang."
"Kau yakin aku tidak harus menemani mu?"
"Kau pikir aku ninja lemah seperti apa yang harus ditemani ke apartemennya?" nada suara Sakura meninggi menjadi begitu tempramen, efek alkohol.
Naruto menggeleng dengan cepat. "Tidak tidak bukan itu yang ku maksudkan. Kau sedang tidak sepenuhnya sadar Sakura-chan. Ayo ku antar dulu."
Naruto menarik lengan putih itu sebelum akhirnya Sakura meneriaki kata shannaro kemudian menghantam pundak pria itu hingga sang empu terpental.
Dengan kedua pipi yang mengembang, Sakura bersedekap, "Huh! Sudah ku bilang kan tidak perlu Naruto baka!"
Lantas gadis itu melangkah pergi dari sana, meninggalkan Naruto yang kini babak belur didepan kedai daging yang menjadi pertemuan pesta pelepasan status Hatake Kakashi yang akan segera menjadi Rokudaime Hokage.
"S-Sakura-chan..." Naruto memegangi pipinya yang mengembang dengan warna biru yang menghiasi
Begitu terkejut dengan kekuatan monster yang dimiliki Sakura. Biasanya gadis itu saat menghajarnya tidak pernah seserius ini, entah mengapa rasanya Naruto menjadi korban samsak seorang Haruno. Padahal niatnya baik ingin mengantar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unthinkable
FanficKakashi sejak kecil sudah menelan kenyataan pahit dan hidup penuh dengan kegelapan semenjak ayahnya pergi, semenjak Hatake menjadi bahan cemohan penduduk desa karena insiden yang membuat ayahnya tewas, semua hidupnya yang berwarna kini hanya ada keg...