Kaa-san

697 58 1
                                    

Sekedar mengingatkan:
Tanda (+) untuk membedakan tokoh yang berasal dari masa depan (berlaku untuk Naruto, Sasuke dan Sarada).

3rd POV

Hinata yang mendengar hiruk pikuk warga desa dengan segera memasukkan foto keluarga yang dipandanginya sedari tadi ke dalam saku jaketnya. Alangkah terkejutnya dia melihat Kimura dan yang lainnya pulang dengan luka-luka di sekitar tubuh mereka.

Hinata merasa cemas dengan Himawari dan juga Sarada-yang sudah seperti putrinya sendiri. Dirinya benar-benar mengerti bahwa warga desa tidak suka dengan keberadaan keluarganya yang selalu menjadi kambing hitam setiap keburukan yang terjadi. Hinata hanya mampu mengamati dari jendela rumah kecilnya.

"Sakura-chan, apa yang harus kulakukan?" gumam Hinata sambil menggenggam kedua tangannya di depan dada.

Hinata mengaktifkan Byakugannya dan melihat sekeliling rumahnya. Dirinya sudah membulatkan tekat untuk menyelinap keluar mencari Himawari.

Dengan jubah hitam yang dikenakannya dia keluar melalui pintu belakang rumahnya setelah dengan waspada menghilangkan jejak chakra miliknya. Karena warga desa menyambut kedatangan Kimura beruntunglah Hinata dengan keadaan jalan yang sepi.

Sesekali Hinata menengok ke kanan dan ke kiri sambil mencari Himawari dan Sarada dengan mata spesialnya. Langkah Hinata terhenti ketika dia sudah berada di hutan luar desa, karena merasakan bahwa putrinya tidak sendirian.

"Naruto-kun" Hinata mengingat betul cakra suaminya itu. Tampa berfikir panjang dirinya langsung berlari ke arah mereka. 'Sakura-chan, Sasuke-kun juga ada disini. Kau pasti bahagia sekali saat ini' Senyum lebar terukir di wajah Hinata setelah sekian lama memudar.

'T-tapi... dimana putraku, Boruto?' Langkah kakinya semakin pelan dan dia berhenti. "Muka bodoh, bisa-bisanya kau tersenyum" Hinata menampar kedua pipinya dengan kedua telapak tangannya. "Ibu macam apa kau ini! Menjijikkan sekali" Air mata mengalir kembali.

Hinata menggertakkan giginya dan secara cepat tangan kanannya mengambil kunai yang ada di tas ninjanya. Ketika ujung tajam kunai itu berada tepat di atas kulit leher Hinata, dia teringat percakapannya dengan Sakura di Rumah Sakit Konoha.

"Hinata, berjanjilah padaku kau akan selalu ingat langkah ini. Hal yang pertama kau lakukan saat mengalami kepanikan berlebih. Ambil lah nafas panjang."

"Bagaimana kalau aku tidak menginginkannya"

"Hm? Kalau begitu langkah ke empat. Ingatlah dengan orang-orang yang berharga bagimu. Katakan padaku siapa saja mereka?"

"Oto-sama, Hanabi, Neji-niisan, Sakura-chan, Ino-chan, Naruto-kun, Boruto, Himawari, Sarada.... Himawari. Sarada"

"Hihi... Arigato Hinata, namaku dan putriku ada didaftarmu. Kalau begitu aku titipkan Sarada padamu ya"

"Himawari, Sarada... dan Naruto mereka masih disini... Bernafas. Hinata Bernafas" Kunai yang digenggamnya dengan erat akhirnya terlepas dari genggamannya. Hinata kembali berjalan meninggalkan kunai dan air matanya yang telah terjatuh di tempat itu.

"Aku tidak sendiri"
.
.
.
.
.
3rd POV

Himawari duduk disamping Naruto dan berbagi cerita tentang ujian Chunin yang dia alami dan misi pertamanya yaitu menangkap domba yang kabur dari kandangnya. Naruto tertawa dengan cerita putrinya itu.

Sarada(+) yang duduk tak jauh dari keluarga Uzumaki tersenyum mendengar cerita itu. Disampingnya duduklah Sarada dan Sasuke. "Bagaimana denganmu Sarada(+)-nee adakah cerita menarik?"

Sarada(+) berfikir cukup lama "Em... Sepertinya tidak ada" dirinya tertawa canggung begitu melihat Sasuke mengangkat alisnya.

"Hm"

Seperti biasa kecanggungan di keluarga Uchiha sangat terasa kental tanpa kehadiran seseorang berambut pink. 

"Mangekyou?" Ujar Sasuke memecah keheningan sambil menatap langit tanpa melihat ke arah Sarada(+), dia sudah memprediksi apa jawaban Sarada(+) sebelum dia mengeluarkan suaranya. Bahkan dengan Rinnegan, Sasuke tidak bisa merasakan keberadaan perempuan yang dicintainya itu.

"Ya" Jawab Sarada(+) lirih. Sasuke mendengar konfirmasi dari putrinya langsung memejamkan mata. Sarada terlihat kebingungan dengan percayakan kedua Uchiha itu sebelum akhirnya dia ingat telah membaca buku di perpustakaan tentang klan Uchiha yang salah satu topiknya menyinggung tentang Mangekyou Sharingan.

"Kapan kau mendapatkannya?"

Sarada(+) tersenyum kecut "Satu Minggu setelah Papa dan Boruto kembali"

"Hm" gumam Sasuke sebelum akhirnya dia menatap putrinya yang sudah dewasa itu. "Aku akan mengingatnya. Aku janji Sarada(+). Aku tak akan membiarkan kejadian itu terulang"

Sarada(+) tersenyum mendengar pernyataan Sasuke. Air mata perlahan terbendung di kelompak matanya. Sarada(+) melepaskan kacamata dan mengusap air mata yang mulai merembes keluar.

"Papa, mama bilang dia orang yang paling bahagia karena dia mempunyai kita" Sekarang giliran Sasuke yang tersenyum pada Sarada(+).

"Hei Sarada, Papa kita akan memastikan semua baik-baik saja. Jangan khawatir!" Ujar Sarada(+) pada Sarada yang duduk terdiam sedari tadi.

"Aku juga akan melindungi Mama"

"Ya, aku percaya padamu"

"Kaa-san!!" Teriakan Himawari membuat Uchiha mengalihkan pandangannya pada gadis berambut biru ungu itu.

"Hinata?" Ujar Naruto. Sarada(+) langsung berdiri dan berlari mengikuti Himawari yang menuju ke arah Hinata.

Sarada(+) begitu melihat jejak air mata di pipi bibinya itu segera ingin menanyakan keadaannya tetapi Himawari sudah terlebih dahulu menghujani ibunya dengan berbagai pertanyaan.

"Kaa-san daijobu desu ka? Kenapa kau menangis? Ada ada masalah di desa? Atau Kaa-san terluka? Kenapa kaa-san di sini?" Himawari bertanya seraya mengamati ibunya dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas dengan wajah khawatir.

"Himawari tenanglah, aku tidak apa-apa. Hanya mencarimu saja" balas Hinata seraya berusaha membuat putrinya tenang kembali.

"Hontou ni?" Tanya Himawari kembali untuk memastikan keadaan ibunya. Hinata hanya mengangguk membalas pertanyaan Himawari.

Hinata mengalihkan pandangannya ke arah Sarada(+) "Sarada(+) kenapa kau tidak mengenalkan tamu mu padaku?"

Sarada(+) menjadi gugup "A–Aku... Em..." Sarada(+) menghela nafas panjangnya dan melirik ke arah Himawari yang menganggukkan kepalanya. "Maaf Hinata-san, mereka bukan Nanadaime dan Papa" mendengar itu Hinata mengangkat alisnya meminta penjelasan lanjut pada Sarada(+) "M-maksudku mereka Papa dan Nanadaime tapi bukan dari masa kita"

"Aku tidak mengerti Sarada(+) apa maksudmu berkata begitu?" Kedua tangan Hinata menggenggam dan wajahnya mulai memucat.

Himawari berlari ke arah Naruto "Tou-san, Sasuke-san dan Sarada aku ingin kalian bertemu Kaa-san... Tapi... Jangan terlalu keras padanya. Kumohon" ucap Himawari sambil membungkukkan badannya. Ketika orang itu hanya mengangguk meskipun dalam pikiran mereka banyak pertanyaan yang ingin terjawab.

"Yo Hinata" ujar Naruto begitu melihat istrinya di masa depan itu. Naruto yang tidak membaca situasi dan keadaan Hinata tersenyum lebar dan melambaikan tangan.

Hinata menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia kembali meneteskan air mata "Naruto-kun?" Bisiknya sebelum akhirnya Hinata pingsan. Beruntung Naruto mempunyai refleks yang sempurna, berhasil menangkap tubuh Hinata.

Naruto memandang Himawari dan Sarada(+) dengan nada tegas dan alisnya yang bertaut dia bertanya "Adakah diantara kalian yang ingin menjelaskan ini?"

(Bersambung)

Naruto: To Future Boruto [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang