Perpustakaan

65 29 5
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA!
HAPPY READING!

.
.
.


   "Hah, Pak Surya kuat juga ternyata." Ucap Rahmat sembari terengah-engah. Tepat dibelakang nya Anggi sedang menyusulnya dengan berjalan santai.

   Rahmat menoleh, seketika kerutan terlihat diwajahnya. "Kok lu santai banget, ngab?" tanya nya.

   "Dia udah nyerah, terus mampir ke kantin buat beli es cekek." ujar Anggi. Seketika Rahmat mendudukkan tubuhnya ke lantai.

   "Kenapa lo ga bilang, Anggi supandi?! Gue ampe engap begini gila." Keluh Rahmat.

   Anggi menyilang tangan nya didepan dada. "Gausah ganti-ganti nama gue, sialan. Lagi Lo aja lari kaya lagi dikejer-kejer setan. Sampe Asha lo tabrak gitu aja, mana gak tanggung jawab lagi." Cecar Anggi.

   "Eh, serius?! Gue ga sadar, sumpah!" Ucapnya membela diri.

   "Gimana lo mau sadar, orang lari kaya dikejer utang gitu." Sahut Arga yang baru saja datang sembari mengelap keringat nya dengan handuk kecil.

    "Handuk dari mana, Ga? Nyolong punya tukang somay depan gerbang ya?" Tebak Rahmat.

    Alhasil dia mendapat jitakan di kepala nya. "Ya kali, biasa dapet dari adek kelas." sahutnya.

    "Oh, pasti dia ngasih bekal kan? Sini gue yang makan, laper nih abis lari maraton." Ucap Rahmat

    "Ambil aja, masih ada di loker gue."

    "Sip, mantap bro!" Saat Rahmat berjalan melewati Arga, matanya terkunci pada gadis yang sedang berjalan menghampiri nya.

    Segera Rahmat memberikan senyuman terbaiknya. Tepat saat gadis itu didepan matanya, jantungnya semakin berdebar.

    "H-Halo Sil!" Sapa Rahmat, sang empunya hanya tersenyum dan menghampiri Arga.

    "Arga! Lo disuruh ke perpus buat ambil buku paket kimia ama Pak Bagus." Ucap nya. 

    Arga yang merasa namanya disebut menoleh. "Kok gue sih, sil? Gue mau pimpin rapat OSIS lima menit lagi." Ucap nya sambil melirik jam tangan nya.

   "Lah, mana gue tau. Intinya lo disuruh sama Pak Bagus, lagian juga berdua kok sama Asha" Sahut Silvi

   Ketika nama Asha disebut, kerutan terpampang jelas di dahi remaja itu. "Asha Cousin maksud lo?" Tanya Arga memastikan kalau nama tersebut adalah milik gadis yang tadi ketahuan sedang menatap nya.

   Seketika Silvi mengangguk, "Iya, Asha sahabat gue." Sahut Silvi.

   Arga mengangguk paham, "Yaudah, gue ke perpus dulu. Anggi, tolong bilangin ke anak OSIS buat kumpul dulu aja, biar nanti pas gue masuk udah tinggal mulai." Tuturnya kepada Anggi.

   Anggi mengangkat ibu jarinya. Lalu Arga berlalu menuju perpustakaan.

   "Yaudah gue ke kelas duluan ya," pamit Silvia lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

    Anggi menoleh, menatap Rahmat yang masih melongo sambil menatap Silvia yang sudah mulai menghilang dari pandangan nya. "Gila ya, cantik banget bro. Kok bisa Arga nolak dia?" ucap nya sambil menggelengkan kepalanya.

    "Cantik dimata lo, belum tentu dimata Arga. Lagian Arga mana mungkin pacaran."

***

   

    Arga berjalan masuk ke perpustakaan, seluruh mata gadis tertuju pada ketos tampan mereka.

Argasha [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang