JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA!
HAPPY READING!
.
.
.
Nadya menatap gadis didepan nya yang sedang menatap tajam kepada Arga dan Silvia yang sedang bersenda gurau di pinggir lapangan.Arga saat itu sedang memakai jersey basket tanpa lengan sehingga membuat bisep nya terpampang jelas.
Sesekali Silvia tertawa dan menepuk pundak lelaki didepan nya, hal itu membuat Asha semakin menatap mereka tanpa berkedip bahkan bakso urat kesukaan nya pun terlihat tak berharga dimatanya saat ini.
"Sha, udah. Makan dulu, bakso lo keburu dingin." Tegur gadis itu.
Asha mulai mengaduk bakso nya tapi tanpa melepaskan tatapan nya dari mereka berdua. "Sha, lo kayak orang cemburu sumpah!"
"Enggak nay, gue sama sekali gak cemburu. Cuma, gue masih ga bisa menemukan letak kesalahan gue itu dimana. Tiba-tiba tuh manusia ilang, terus muncul dengan sikap seolah ga pernah kenal gue, maksudnya apa coba?" Oceh Asha.
Nadya menghela nafas, "Coba lo tanya langsung deh, Sha. Biar jelas. Dari pada lo terus uring-uringan begini, gue yang pusing jadinya."
"Oke"
"E-eh! lo mau kemana? ASHA!"
Tanpa basa-basi lagi, Asha berjalan meninggalkan Nadya yang terus memanggilnya.
Asha berjalan menghampiri mereka berdua. Arga dan Silvia menoleh karena teriakan Nadya yang menggelegar itu.
"Hai, Sha?" sapa Silvia.
"Hai, Sil. Sorry ganggu nih, tapi gue mau minjem cowok lo bentar ya, sil." ucap Asha.
Tanpa mendengar jawaban Silvia, gadis itu segera menarik tangan lelaki itu untuk mengikuti langkahnya.
Arga sama sekali tidak memberontak, ia hanya diam dan pasrah mengikuti arah langkah Asha.
Asha sadar benar kalau ia saat ini sedang menjadi perhatian semua orang yang ada di sana, tapi ia sudah tidak tahan lagi ingin menanyakan semuanya pada lelaki dibelakangnya saat ini.
Gadis itu juga bisa mendengar bisikan-bisikan para siswa di sana saat mereka melewatinya.
Langkah Asha terhenti saat mereka sudah sampai ditengah taman belakang sekolah. Asha segera melepas genggaman nya pada lelaki itu.
Saat ia berbalik menghadap lelaki itu, ia terpana. "Jadi ini pemandangan yang tadi dilihat Silvia." gumam nya.
Arga menaikkan alisnya sebelah.
Dengan cepat ia mengembalikan akal sehatnya dan menatap tajam mata milik lelaki jangkung itu.
"Lo kemana aja sih, setelah hari itu lo menghilang gitu aja! Semua orang cari lo, Ga. Setidaknya kasih tau ke Anggi lo kemana biar kita tuh gak khawatir sama lo!" Seru gadis itu.
"Terus Gue punya salah apa sih sama lo? sampe-sampe lo tuh bersikap seolah kita gak saling kenal?"
Lelaki itu tak bergeming, ia menatap Asha dengan tatapan tak dapat diartikan
"Kalau gue punya salah itu ngomong, bukannya lo diemin gue kayak gini. Memangnya lo pikir dengan lo diem begitu orang lain bisa tau kesalahan nya dimana? Gak, Arga!"
"Terus bisa gak, gak usah deket-deket sama Silvia? lo udah nolak dia kan, jadi buat apa lo deketin lagi? jangan ngasih harapan sana-sini ga, lo gak keliatan keren sama sekali."
Arga tersenyum miring, ia memalingkan pandangan nya dari Asha.
"Gue gak pernah ngerasa kalau ngasih tau kalian kemana gue pergi itu penting." Ucap Arga
"Apalagi lo, lo siapa sampe-sampe gue harus banget ngasih kabar kemana gue pergi."
Asha terdiam, kata-kata lelaki didepan nya mulai menghempaskan segala perasaan yang ada.
"Dan lagi, Gue gak pernah ngerasa kalau gue kasih harapan sana-sini. Gue gak pernah minta mereka buat deketin gue termasuk Sahabat lo, Silvia."
Arga bergerak mendekati telinga Asha. Lelaki itu tersenyum miring.
"Lo itu bukan siapa-siapa, Sha. Lo gak berhak ngatur gue, gue mau deket sama siapapun itu terserah gue. Jangan bilang cuma karna hari itu lo langsung baper sama gue?"
Asha bergerak mundur seketika, ia menatap Arga tajam. "Apa maks-"
"Jangan buat gue terbebani sama perasaan lo itu. Karna gue gak punya perasaan apapun sama lo." Potong Arga sambil melangkah pergi meninggalkan Asha yang masih mematung di sana.
Tiba-tiba langkah lelaki itu terhenti, tanpa menoleh bibirnya kembali mengucap. "Bukannya Silvia udah ingetin lo buat jangan pernah naruh perasaan sama gue?"
Asha masih tetap terdiam di sana, "Lain kali dengerin apa kata sahabat lo, jangan keras kepala."
Kali ini lelaki itu benar-benar pergi. Meninggalkan gadis itu yang masih terkejut dengan apa yang telah terjadi.
Asha ditolak bahkan sebelum ia menyadari perasaan nya.
Entah kenapa mendengar kata-kata lelaki itu terasa sangat menyakiti hatinya. Meluluh lantakkan segala perasaan yang sudah melambung tinggi.
Saat ia sedang terdiam, tiba-tiba sesosok gadis berlari menghampiri sambil meneriakkan namanya.
Saat itu juga Asha melukis senyum terbaik nya diwajahnya, menyambut gadis itu.
"Asha! Are you okay?"
Asha mengangguk disertai senyuman.
"Arga bilang apa?"
"Gak papa kok, gak penting juga. Yuk lanjut makan!" Balas Asha sambil menarik lengan gadis itu pergi.
"Ish buat gue penting, Sha. Ayo cerita dulu!"
"Nanti aja gue laper, yuk! kalau ga mau yaudah gue tinggal!" Ucap Asha lalu pergi meninggalkan Nadya.
"Dih! ASHA TUNGGU!!" Balas Nadya sambil berlari.
Tanpa mereka sadari, ada orang lain di sana sedang menatap mereka sendu.
"Maafin gue, Sha."
***
Halo semua!
Welcome to my imagination!
.hm, kira-kira siapa ya yang nguping pembicaraan mereka??
.Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen ya!
.Oiya jangan lupa follow my Instagram, karna akan ada info terupdate tentang 'Argasha' di sana.
.
@silendtaaSee you in the next part!
Luv<3

KAMU SEDANG MEMBACA
Argasha [ON GOING]
Teenfikce[BUDAYAKAN FOLLOW DULU BARU BACA] Kisah dua remaja yang sama-sama memiliki keluarga yang tidak utuh. Luka dan kecewa sudah seperti lauk sehari-hari. Tetapi setiap manusia memiliki sudut pandang dan caranya masing-masing dalam menghadapi masalah. Beg...