Trust

50 17 10
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA!
HAPPY READING
.
.
.
.

     Bel pulang sekolah mulai berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar kelas, bergegas untuk pulang.

     Begitupun dengan Nadya, Asha, dan Silvia. Mereka berjalan beriringan dengan sesekali tertawa karna celoteh Nadya yang kesal pada Faris tadi.

    "Sumpah, gue gak bakalan maafin tuh anak!!"

    Asha terkekeh, "Gue sih jadi lo minta ganti, Nay" kompornya.

    "Awas aja dia besok, gue jambak jambulnya ampe rontok." Nadya menghela nafasnya.

    Silvia yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala, "Emang awalnya gimana, kok earphone lo bisa sama dia?"

   "Jadi, tadi gue kan ketahuan pake earphone sama Pak Bagus. Nah, disita dong. Terus katanya dibalikin pas selesai jam mapel, eh malah di maenin sama Faris ."

    "Terus jatoh deh, eh rusak sampe gak ada suaranya lagi." Potong Asha diakhiri kekehan.

    Silvia tertawa, "Kasian banget sih lo nay, udah dapet poin, earphone rusak pula"

    "Apa yang rusak?"

    Suara berat khas Arga terdengar dari belakang mereka. Sontak membuat ketiga gadis itu menoleh, tak hanya Arga tapi juga Anggi yang sudah berada disampingnya.

   Melihat Anggi, Nadya sedikit salah tingkah karna Anggi tepat berdiri dibelakangnya dan sedang menatapnya yang lebih pendek darinya.

   "Eh, ini ga. earphone nya Nadya rusak gara-gara Faris." Jelas Silvia sambil tersenyum.

    Asha melirik keduanya. Namun, saat Arga melirik Asha, ia justru membuang pandangan nya.

    "Hai, Sha!"

    Remaja berwajah manis dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu berhasil membuat membuat perubahan drastis pada ekspresi Arga. Dan Semuanya menyadari itu, termasuk Silvia.

    "Eh, hai Vano!" balas gadis itu.

    "Hai, Van." Sebuah sapaan terlontar dari mulut Arga, membuat suasana semakin canggung.

     "Sha, pulang bareng gue yuk!" Ucap Devano tanpa membalas sapaan Arga.

     Asha menatap wajah teman-teman nya, ia bisa melihat ekspresi dingin Arga. "Hm, boleh. Kebetulan gue lagi males naik bus."

    Jawaban itu berhasil membuat Arga kesal setengah mati. Ia mengepal tangannya. "Asha pulang sama gue." Putusnya.

    Devano menatapnya tajam, "Tapi Asha udah setuju buat pulang sama gue"

    "Arga" tegur Nadya.

    Arga menoleh, Nadya memberi isyarat padanya untuk berhenti. Namun tak diindahkan Arga.

    Tangannya bergerak menarik tangan Asha, membuat Asha memekik tertahan. "Lepasin, Ga."

    "Asha pulang sama gue, titik."

Argasha [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang