23. Kejadian

142 28 16
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜

Aku memacu kudaku dengan cepat menuju villa ku yang tidak terlalu jauh dari balai pengobatan semata hanya untuk mengambil obat simpanan dari paman Liu,

Tabib Damang sudah beberapa kali menyalurkan tenaga dalam pada kedua korban, tapi mereka berdua masih juga belum tersadar,

aku sempat melihat iringan bendi menuju balai pengobatan, mungkin keluarga kedua anak itu yang datang  tapi aku sedang tidak ingin tau,

begitu kembali aku segera mencairkan obat itu dan berusaha meminumkan pada keduanya,

Tabib Damang yang percaya padaku hanya mengangguk saat aku menatapnya minta izin, setelah itu aku membantunya memboreh luka robek di bagian punggung dan wajah,

.

Yaa ... aku harus ingat jika pada zaman ini di jawa masih hidup banyak binatang buas diantaranya harimau,

seharusnya luka seperti itu di jahit, tapi tentu belum ada ilmu jahit menjahit di tahun seribu tiga ratusan bukan ?

kasian sekali anak menteri itu, wajahnya akan menjadi cacat dengan garis memanjang sepanjang dahi hingga turun kearah pipi,

sementara anak asuhku ... ada bekas empat garis cakar yang dalam di punggungnya,

tidak jelas cerita yang kudapat, tapi mereka bilang Raden Turangga terpelanting ketika teman di depannya tiba tiba berhenti karena melihat harimau,

malam ini akan jadi malam yang sangat panjang untuk ku, kedua anak itu demam tinggi, jelas terjadi peradangan pada lukanya, belum lagi ternyata kuku harimau memiliki racun,

Ki Damang kembali menyalurkan tenaga dalam, sedangkan aku  memberikan air kelapa hijau hampir setiap jam meski mereka belum sadar.

.

Menjelang pagi Gusti Raden Galih Perbawa datang melihat keadaan keponakannya, aku sungguh kagum pada buyutnya buyut buyutku ini, beliau tidak pernah telat menolong orang,

dini hari yang dingin, saat semua orang lebih memilih menarik selimut di udara yang menggigit beliau datang sehabis patroli dari sungai Manuk,

memeriksa kondisi keponakannya, menyalurkan tenaga dalam pada mereka sebelum kembali ke istana pribadinya,

.

"Terima kasih Gusti Senopati ..."

.

"Aah iya ... Ibundanya tidak di beritahu karena baru saja melahirkan,

Travel To 1279 SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang