34. Para pengabdi ...

108 30 5
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜

🌻🌻🌻

Aku bersama dengan para perempuan desa dalam satu rumah besar dengan sinar redup lampu minyak jarak, kemudian meminta seorang yang kuat mendampingi seorang yang lemah, yang hamil dan menyusui berkumpul di sudut yang sama, anak anak yang cukup besar menjaga anak yang yang lebih kecil, dan semua itu setidaknya masih dalam satu keluarga,

Aku tidak berharap buruk, tapi jika sesuatu terjadi setidaknya mereka tau harus berbuat apa,

selain batas desa, pondokan ini juga di beri perisai semoga tidak terjadi apapun ...

Doaku tidak terkabul ...

dari kejauhan aku mendengar suara burung gagak ...

bersahutan mengitari desa, semua orang dalam pondok besar ini menciut menjadi beberapa gembolan kain kumal ... aku sungguh jengah,

aku benci perasaan tak berdaya seperti ini, aku lebih suka keluar dan berkelahi ...

mati ya mati ...

selesai ...

aku tak kuat dengan jantungku yang berdebar nyeri melihat mereka seolah menghiba tanpa melakukan  apapun ...

.

dari kejauhan aku mulai mendengar suara pertarungan, jika bertarung artinya perisai mereka gagal bukan ?

.

aku sungguh tidak berguna ..

.

.

.

.

.

Aku memang sombong ...

Semua yang kulakukan karena aku merasa datang dari masa depan, lebih mengerti, lebih paham, dan lebih pintar,

tapi aku salah ...

kesombonganku yang lain adalah merasa kuat karena ilmu bela diri yang tak seberapa kemudian berani menantang maut dengan menganggap kematian adalah sesuatu yang mudah ...

karena kenyataan yang terpampang di depanku saat ini membuatku bahkan tidak bisa kencing di celana saking takutnya.

.

Yang kulihat beberapa orang pucat dan mengerikan seolah datang dari langit, beterbangan disekitar pondokan dan dengan mudah menghancurkan perisai, membunuh hanya dengan menarik kepala dan memisahkannya dari badan para prajurit itu,

aku mual ...

darah segar menyembur bagai air mancur dari leher mereka sebelum ambruk bersimbah darah, kemudian kepala mereka di lempar seolah itu adalah batok kelapa tanpa isi dan tak lagi berarti,

para wanita dan anak anak berteriak berhamburan tak beraturan, lalu entah bagaimana dengan sekali tatap para wanita dan anak anak kemudian mulai berjalan dengan lunglai tanpa kesadaran mengikuti kearah mana telunjuk mereka mengacung ....

Travel To 1279 SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang