Bab 10: Gila Karena Merindu

990 21 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Pagi itu aku bangun dengan tubuh letih namun aku merasa puas akannya. Semalam aku bercinta habis-habisan dengan Danu --bintang sinetron yang sedang naik daun. Lagi-lagi aku mendapatkan klien artis kenamaan. Selain kenal dia sebagai bintang iklan kondom yang selalu aku beli, selebihnya aku tidak tahu dia. Yang membuat perasaanku ringan saat pertama kali membuka pintu kamar suite hotel bintang lima semalam ialah dengan menemukan fakta ia mirip dengan mas Pram.

Iya, mas Pram yang hanya dengan menyebut namanya saja sudah sukses membuat vagina-ku berkedut. Akhir-akhir ini selama aku melayani para pelanggan aku dengan sengaja membayangkan mas Pram-lah yang tengah menggauli-ku.

Maka selama percintaan kami aku terus membayangkan mas Pram. Danu memang tak kalah perkasa dari mas Pram dengan lengan kekarnya yang dihiasi tato. Bulu dada-nya lebat dan dia selalu melenguh nikmat saat aku menjambaknya. Puting susu kecilnya nampak menggemaskan karena tersembunyi diantara bulu dada-nya.

"Astaga Lisa!" teriakannya patah-patah ketika tengah menggenjotku habis-habisan hingga membentur dinding rahim-ku.

Ku peluk tubuh kekar-nya dengan pikiran berkelana membayangkan melakukan seks lagi dengan mas Pram di tempat yang eksotik. Bercinta di berbagai tempat dan tanpa merasa puas. Dan itu sangat efektif untuk meningkatkan gairah.

"Kamu ssh-sangat nikmat--"

"Engghh... ahh-- ahh--- lebih cepat. Ssshh." Mas Pram, tolong. Aku ingin penis-mu lagi. Aku merintih dalam hati dengan putus asa.

Danu yang seperti kerasukan makin beringas menyiksa liang-ku. Titik nikmat-ku dibentur berkali-kali hingga rasanya aku melayang ke nirwana. Miliknya lebih besar, kuat dan berurat dan ini sangat nikmat saat mengobok-obok liang-ku.

Bayangan erotis itu membuat payudara-ku yang terbuka menegang. Semalam aku hanya melepas gaun mini dan tertidur dalam keadaan bertelanjang dada. Aku menggeleng cepat mengusir bayangan adegan panas itu dan beranjak turun dari kasur.

.
.
.

Hari minggu ini aku berencana untuk pergi ke mal karena ada satu buku mata kuliah yang harus aku beli. Sebelumnya, buku dan diriku adalah teman sejati --bahkan seseorang masih ingat betapa aku mencintai buku. Namun sekarang, teman sejatiku adalah kondom dan pil KB. Mereka yang menjagaku sejauh ini.

Aku mengenakan jeans dan atasan blouse warna pastel. Rambut digerai biasa dan mencoba untuk tak terlihat mencolok. Tapi sialnya karena rupa elok dan tubuh seksi ini, membuat orang pasti menoleh saat aku melewati mereka.

Buku sudah di tangan dan secara tak sengaja mataku menatap pada toko yang menjajakan pakaian malam yang menggoda kaum Adam. Mas Pram kembali menari-nari di pelupuk mata dengan bokong sekal-nya. ATM-pun ada di tangan dan aku memutuskan untuk mencoba menggunakannya. Siapa tahu jika aku menguras isinya bisa mendatangkan mas Pram.

Aku terpesona, girang dan basah melihat betapa banyak dress dan lingerie yang menantang. Sisi jalang ini menguasai hingga aku memboyong yang paling seksi dan sangat terbuka. Semuanya tampak pas membentuk setiap lekukan tubuh-ku. Aku serahkan kartu hitam itu dan meyakinkan kalau semua ini demi kepuasan mas Pram, bukan untuk kesenanganku saja.

Seperti Tuhan sedang mendengarkan doa-ku, 50 meter di depan aku melihat wujud mas Pram yang gagah dengan setelan kerjanya. Hatiku menggembung hingga mengganjal di tenggorokan saking senangnya. Ku yakini aku tak salah mengenali pria tampan itu. Mungkin mas Pram langsung mendatangi tempatku karena notifikasi pengeluaran yang jebol.

Baru saja selangkah ingin mendekati, dari toko pakaian anak-anak ku lihat seorang wanita paruh baya keluar dengan perut buncit menghampiri mas Pram dengan senyuman riang. Mas Pram sendiri langsung membuka lengannya lebar-lebar dan merangkul mesra wanita yang hanya sebahunya itu.

Setitik Temu di Ujung Sendu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang